BAB 5

Arumi melangkahkan kakinya cepat memasuki butiknya, rambut panjangnya tergerai semrawut ditimpa angin kencang dari luar. Wajahnya yang biasanya tenang kini tampak bersemu merah, sinyal kemarahan yang sedang meluap.

"Apa-apaan dia itu! Seenaknya saja mengajak orang menikah! Apa dia tidak takut kalau aku ini seorang psikopat?" teriak Arumi tiba-tiba, melemparkan tasnya dengan marah ke sudut ruangan.

Bella dan Rindu yang sedang membantu mengatur barang dagangan di toko hanya bisa saling pandang dengan ekspresi kebingungan. "Mama, keculupan cetan apa, Aunty? Pulang-pulang malah-malah," tanya Bella polos, berusaha memahami keributan yang mendadak itu.

Arumi menghentikan gerakannya, menatap putrinya dan Rindu dengan mata yang masih menyala. "Coba bayangkan, belum juga kenal sudah langsung main terima-terima saja! Tidak ada basa-basinya sama sekali, tidak ada permisi. Kan aku jadi deg-degan, mana ganteng lagi!" cerocos Arumi dengan nada tinggi, tangannya memegang dadanya yang berdegub kencang.

Siapa yang tidak deg-degan kalau tiba-tiba diajak nikah oleh Alvaro Danendra, seorang CEO tampan di perusahaan Danendra Group?

Bella dan Rindu saling pandang sekali lagi, kali ini dengan tatapan serius, mencoba memahami situasi yang baru saja dijelaskan oleh Arumi. Keduanya kemudian mendekati Arumi, berusaha menenangkan wanita itu dengan pelukan kecil. "Apa yang terjadi, Rum? Kenapa sampai deg-degan gitu?" tanya Rindu penasaran.

Arumi menghela napas, merasakan sedikit ketenangan dari pelukan Rindu. "Tadi waktu antar pesanan Nyonya Danendra, tiba-tiba cucunya minta aku jadi ibunya. Mana bapaknya main terima-terima aja lagi!" jelas Arumi, suaranya menggebu-gebu, masih belum sepenuhnya reda.

Dengan sedikit lebih tenang, Arumi mulai mengatur barang-barang yang berantakan, meski rasa kesal dalam hatinya masih bergulir lambat. Rindu mendudukkan tubuhnya di sofa, menyilangkan kaki dengan santai sambil menyesap teh, mendengarkan Arumi bercerita.

"Dia tampan sih, tapi kan kamu tahu kalau aku ini janda," gumam Arumi sambil menaruh beberapa majalah ke dalam rak.

"Terus kenapa kalau janda? Kalau dia mau ya... sikat aja. Apalagi keluarga Danendra itu kaya raya. Kalau kamu menikah sama dia, kamu tidak perlu susah-susah kerja untuk menghidupi Bella," sahut Rindu dengan mata berbinar, seolah melihat peluang emas.

Arumi menghela napas, berhenti sejenak dari aktivitasnya dan menoleh ke arah Rindu dengan tatapan tajam. "Kamu ini pikirannya hanya uang saja, aku juga harus jual mahal lah. Masak iya langsung terima" ucapnya dengan nada kesal yang terpendam.

Rindu tertawa kecil, mengibaskan tangan seolah mengusir argumen Arumi. "Terus harus mikirin apa kalau bukan uang? dengan uang, setengah permasalahan hidup kita terselesaikan." balasnya ringan, menyampaikan alasan yang nampaknya sangat logis baginya.

"Tidak usah jual mahal, nanti keburu di sikat sama perempuan lain" lanjut Rindu.

Arumi menggigit bibir, menahan rasa frustrasi. Ia kembali fokus pada tugasnya, tetapi perkataan Rindu berputar-putar dalam pikirannya. Dalam hati, ia bertanya-tanya, apakah kebahagiaan benar-benar hanya bisa diukur dengan materi? Atau ada hal yang lebih berharga daripada harta yang bisa membawanya menuju kebahagiaan yang sebenarnya?

Bella menggaruk pipinya, melihat mereka bingung. "Ngoblol apa meleka ini, Bella nda ngelti. Ciapa yang jual mahal? kenapa nda jual mulah aja"

******

Keesokan harinya Julia datang kembali datang ke butik Arumi, wanita tengah baya itu benar-benar ingin menjadikan Arumi sebagai menantunya.

"selamat siang, nyonya Danendra" sapanya terlebih dahulu.

"Siang nona Arumi" balas Julia sambil tersenyum.

Kedatangan Julia membuat hatinya berdebar, seolah intuisinya sudah merasakan akan ada pembicaraan penting.

"Ada yang bisa saya bantu, nyonya?" tanya Arumi dengan ramah.

"Terima kasih, saya datang kesini ingin melamarmu sebagai menantuku. Saya harap kamu tidak menolaknya, karena cucu saya menginginkan mu menjadi ibu sambungnya," ucap Julia tanpa basa basi, nada suaranya terdengar mendesak namun ada sedikit kelembutan di dalamnya.

Arumi terkejut, matanya membulat sempurna. Dia memandang Julia, mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk merespon situasi yang tidak terduga ini.

Dia tahu betul bahwa menolak permintaan Julia itu sama saja membuat butiknya di ambang kebangkrutan, tapi di sisi lain, dia juga belum siap untuk mengambil tanggung jawab sebagai ibu sambung, apalagi saat ini dia juga memiliki putri yang harus ia pikirkan juga.

"Oh, Nyonya Danendra, saya... saya terhormat dengan permintaan Anda," Arumi akhirnya berbicara, suaranya tergagap sedikit, "Namun, saya perlu memikirkan hal ini lebih lanjut. Ini adalah keputusan besar, dan saya ingin memastikan bahwa saya siap untuk semua tanggung jawab yang akan datang. Saya juga harus bertanya terlebih dahulu dengan putri saya, seperti yang anda ketahui, saya ini seorang single mother" jelas Arumi, dia berharap Julia mengerti keadaannya.

Julia mengangguk, wajahnya menunjukkan pengertian. "Tentu, saya mengerti. Saya berharap kamu akan mempertimbangkan ini dengan baik. Cucu saya sangat menyukaimu, dan dia sudah tidak sabar ingin menjadikanmu sebagai ibunya." Dengan perasaan campur aduk, Arumi tersenyum lemah.

"Mengenai status mu, kami tidak masalah. Yang terpenting kamu bisa menyayangi cucu saya seperti kamu menyayangi anakmu sendiri" ucapnya.

"Terima kasih atas kepercayaan Anda, Nyonya Danendra. Saya akan berpikir dan memberi tahu Anda secepatnya." ucap Arumi.

"Jika kamu menerimanya, kamu bisa datang langsung ke kediaman Danendra, sekalian ajak anakmu, kami juga ingin mengenalnya" ucap Julia.

Setelah berkata seperti itu Julia pergi meninggalkan butik milik Arumi.

"Mama kenapa diam? nda keculupan lagi kan?" tanya Bella seraya berjalan mendekati mamanya.

Suara Bella membuyarkan lamunan Arumi, dia tersenyum sambil mengusap kepala putrinya.

"Bella sudah makan, sayang?" tanya Arumi.

"Cudah, tadi cama aunty Lindu, lihat pelut Bella cudah buncit cepelti badut"jawabnya sambil menunjukkan perutnya yang sedikit membuncit.

Arumi terkekeh, dia mencubit pipi putrinya gemas."Anak mama memang pintar" puji Arumi.

Lalu wanita itu mengangkat putrinya duduk di atas pangkuannya, ditatapnya wajah putrinya dengan begitu dalam. Sejak bayi putrinya belum pernah mengenal sosok ayahnya, karena setelah perceraian itu mantan suaminya tidak pernah sekalipun menjenguknya.

Arumi menghela napas panjang, membelai lembut rambut Bella yang ikal. Mata cokelatnya menatap dalam ke dalam bola mata anaknya, seakan mencari jawaban atas kegelisahannya.

Bella, dengan polosnya, membalas tatapan ibunya, senyum lebar terukir di wajah mungilnya yang menggemaskan.

"Kamu tau nggak, sayang" ucap Arumi lembut, "Mama lagi mikirin sesuatu yang penting."

"Mama mikilin uang cucu Bella ya?" tanyanya dengan antusias, ingin terlibat dalam segala hal yang berhubungan dengan mamanya.

Arumi menggelengkan kepalanya, menandakan tebakan putrinya salah, "Kamu ingin punya papa?" tanya Arumi hati-hati.

"Mau mama, mau cekali Bella. Kata teman Bella punya papa itu cangat celu, Bella ingin punya papa juga mama. Tapi kalau nda ada, nda apa-apa, Bella cama mama aja" jawabnya membuat hati Arumi terenyuh.

"Kalau misal mama nikah lagi boleh?" tanya Arumi lagi.

Bella menyipitkan matanya menatap mamanya, "Banyak uangnya nda? kalau kele nda ucah, cucah lagi nanti kita" ucap Bella polos.

Arumi menepuk keningnya, "Kaya lah, rumahnya besar, orangnya juga sangat tampan" ucap Arumi.

Bella, dengan raut muka yang serius dan mata yang berbinar harap, menatap langsung ke arah Arumi. Gadis kecil itu benar-benar tampak seperti sedang mengusulkan ide besar.

"Bella cetuju, bial nanti mama nda pelu bangun pagi-pagi buat jahit baju lagi, nda ucah antal-antal baju. Bial papa balu aja yang cali duit, mama di lumah cama Bella," ucap Bella dengan nada yang penuh keingintahuan dan harapan.

Saat mendengar kata-kata itu, Arumi merasakan perasaan campur aduk di dalam dada. Senyum getir menghiasi wajahnya, sebuah senyuman yang menyimpan rasa bersalah karena terlalu sibuk dengan pekerjaan sehingga sering mengabaikan kebutuhan dan kehadiran putrinya.

Air matanya mulai mengumpul di sudut matanya, tetapi ia berusaha keras untuk menahannya. Arumi membungkuk, memeluk tubuh kecil Bella yang hangat dan lembut itu.

"Maafkan mama ya, sering meninggalkan Bella sendirian di toko," bisiknya dengan suara yang bergetar, mencoba menenangkan hati kecil yang mungkin terluka karena keabsenannya.

Sambil memeluk, sesekali dia mengecup puncak kepala Bella, berharap setiap kecupan itu bisa mewakili kata-kata maaf yang tak terucap sepenuhnya. Bella membalas dengan memeluk erat leher Arumi, seakan memaafkan segala kekhilafan ibunya tanpa perlu kata-kata lebih lanjut.

"It's okay mama, Bella nda apa-apa" ucap gadis kecil itu, seakan mengerti dengan semua kesusahan yang mamanya alami.

Di sisi lain, Arumi merasa bersyukur memiliki putri seperti Bella. Putrinya itu tidak pernah protes ataupun rewel meskipun sering kali ia abaikan.

"Apa kamu akan menerima lamaran pria itu?" tanya Rindu tiba-tiba.

Wanita itu memandangi wajah polos Bella yang baru saja terlelap di pangkuannya, bibir mungilnya yang bergerak-gerak seakan sedang bermimpi. Rambut ikalnya yang lembut tergerai di pangkuannya, membuat hati Arumi bergetar.

Rindu, sahabatnya, duduk di sampingnya, menyentuh bahu Arumi dengan lembut.

"Kamu tahu, aku hanya ingin yang terbaik untuk Bella" ucap Arumi dengan suara yang bergetar, matanya berkaca-kaca. "Aku takut, Sin. Takut jika dia tidak diterima." perceraiannya di masa lalu, membuat Arumi trauma untuk menerima orang baru.

Rindu menggenggam tangan Natasha, "Tapi kamu tidak akan pernah tahu jika tidak mencoba, Rum. Tuan muda Danendra itu, dari cerita yang aku dengar, dia orangnya baik."

Arumi menghela napas, memandang Bella yang tidur pulas. "Aku tahu, dan nyonya Danendra juga sangat baik padaku. Tapi Bella. .. dia adalah bagian dariku. Aku tidak bisa hidup jika dia terluka lagi."

"Tidak semua laki-laki sama seperti Reza, Rum" Rindu memotong, suaranya tegas namun penuh kehangatan. "Dan kamu tahu itu. Mungkin ini kesempatanmu untuk memulai lagi, kesempatan untuk Bella mendapatkan ayah yang dia layak dapatkan." Mata Arumi masih ragu, tetapi dalam keraguan itu, ada secercah harapan. Harapan untuk kebahagiaan yang mungkin bisa mereka raih, bersama-sama sebagai keluarga baru.

Terpopuler

Comments

awesome moment

awesome moment

nikah koq kek bli es teh

2025-08-11

0

Evi Lusiana

Evi Lusiana

natasya sp thor

2025-08-05

0

Adinda

Adinda

ceritanya bagus

2025-07-26

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1
2 BAB 2
3 BAB 3
4 BAB 4
5 BAB 5
6 BAB 6
7 BAB 7
8 BAB 8
9 BAB 9
10 BAB 10
11 BAB 11
12 BAB 12
13 BAB 13
14 BAB 14
15 BAB 15
16 BAB 16
17 BAB 17
18 BAB 18
19 BAB 19
20 BAB 20
21 BAB 21
22 BAB 22
23 BAB 23
24 BAB 24
25 BAB 25
26 BAB 26
27 BAB 27
28 BAB 28
29 BAB 29
30 BAB 30
31 BAB 31
32 BAB 32
33 BAB 33
34 BAB 34
35 BAB 35
36 BAB 36
37 BAB 37
38 BAB 38
39 BAB 39
40 BAB 40
41 BAB 41
42 BAB 42
43 BAB 43
44 BAB 44
45 BAB 45
46 BAB 46
47 BAB 47
48 BAB 48
49 BAB 49
50 BAB 50
51 Promo : Kontrak cinta sang milliader
52 BAB 51
53 BAB 52
54 BAB 53
55 BAB 54
56 BAB 55
57 BAB 56
58 BAB 57
59 BAB 58
60 BAB 59
61 BAB 60
62 BAB 61
63 BAB 62
64 BAB 63
65 BAB 64
66 BAB 65
67 BAB 66
68 BAB 67
69 BAB 68
70 BAB 69
71 BAB 70
72 BAB 71
73 BAB 72
74 BAB 73
75 BAB 74
76 BAB 75
77 BAB 76
78 BAB 77
79 BAB 78
80 BAB 79
81 BAB 80
82 BAB 81
83 BAB 82
84 BAB 83
85 BAB 84
86 BAB 85
87 BAB 86
88 BAB 87
89 BAB 88
90 BAB 89
91 BAB 90
92 BAB 91
93 BAB 92
94 BAB 93
95 BAB 94
96 BAB 95
97 BAB 96
98 BAB 97
99 BAB 98
100 BAB 99
101 BAB 100
102 BAB 101
103 BAB 102
104 BAB 103
105 BAB 104
106 BAB 105
107 BAB 106
108 BAB 107
109 BAB 108
110 BAB109
111 BAB 110
Episodes

Updated 111 Episodes

1
BAB 1
2
BAB 2
3
BAB 3
4
BAB 4
5
BAB 5
6
BAB 6
7
BAB 7
8
BAB 8
9
BAB 9
10
BAB 10
11
BAB 11
12
BAB 12
13
BAB 13
14
BAB 14
15
BAB 15
16
BAB 16
17
BAB 17
18
BAB 18
19
BAB 19
20
BAB 20
21
BAB 21
22
BAB 22
23
BAB 23
24
BAB 24
25
BAB 25
26
BAB 26
27
BAB 27
28
BAB 28
29
BAB 29
30
BAB 30
31
BAB 31
32
BAB 32
33
BAB 33
34
BAB 34
35
BAB 35
36
BAB 36
37
BAB 37
38
BAB 38
39
BAB 39
40
BAB 40
41
BAB 41
42
BAB 42
43
BAB 43
44
BAB 44
45
BAB 45
46
BAB 46
47
BAB 47
48
BAB 48
49
BAB 49
50
BAB 50
51
Promo : Kontrak cinta sang milliader
52
BAB 51
53
BAB 52
54
BAB 53
55
BAB 54
56
BAB 55
57
BAB 56
58
BAB 57
59
BAB 58
60
BAB 59
61
BAB 60
62
BAB 61
63
BAB 62
64
BAB 63
65
BAB 64
66
BAB 65
67
BAB 66
68
BAB 67
69
BAB 68
70
BAB 69
71
BAB 70
72
BAB 71
73
BAB 72
74
BAB 73
75
BAB 74
76
BAB 75
77
BAB 76
78
BAB 77
79
BAB 78
80
BAB 79
81
BAB 80
82
BAB 81
83
BAB 82
84
BAB 83
85
BAB 84
86
BAB 85
87
BAB 86
88
BAB 87
89
BAB 88
90
BAB 89
91
BAB 90
92
BAB 91
93
BAB 92
94
BAB 93
95
BAB 94
96
BAB 95
97
BAB 96
98
BAB 97
99
BAB 98
100
BAB 99
101
BAB 100
102
BAB 101
103
BAB 102
104
BAB 103
105
BAB 104
106
BAB 105
107
BAB 106
108
BAB 107
109
BAB 108
110
BAB109
111
BAB 110

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!