BAB 4. PERTEMUAN

Senja turun perlahan di tanah milik keluarga Dawson. Udara musim gugur membawa aroma pohon oak yang tumbuh di tepi jalan setapak menuju rumah utama serta aroma tanah lembab akibat hujan yang sering membasahi bumi. Di balik jendela kaca besar, Camellia Dawson duduk diam di sofa ruang tengah, tangannya menelusuri pola braille pada buku di pangkuan. Matanya yang tak melihat menatap kosong ke arah cahaya jingga yang menerobos masuk. Bagi orang lain, dunia senja ini adalah lukisan, namun bagi Camellia, keindahan hanya terasa lewat hawa dan suara.

Di luar gerbang besi berukir, sebuah mobil hitam berhenti dengan lembut. Seorang pria turun dengan langkah tenang namun pasti. Tubuhnya tegap, berbalut jas gelap yang dipadukan dengan kemeja putih bersih. Wajahnya menyiratkan ketenangan dengan sedikit intimidasi, serta kehangatan dan ketegasan. Ia membawa sebuah koper kecil dan sebuah map bersegel.

Lucas berdiri sejenak, mengamati rumah tiga lantai nan besar yang tampak seperti tinggal dalam kenangan. Tangannya sedikit gemetar, bukan karena gugup, melainkan karena kesadaran akan beratnya misi yang ia emban. Lucas mungkin sudah banyak membunuh orang, tapi ini pertama kalinya ia harus bermain peran dan menghadapi seorang perempuan di luar keluarganya.

Lucas mengetuk pintu.

Seorang pelayan membukakan pintu dengan ekspresi kaget, tidak mengenal siapa pria ini. Tapi sebelum pelayan itu sempat bertanya, muncul suara berat dari arah tangga, Oliver Dawson.

"Siapa kau?" tanya Oliver dengan nada curiga, matanya menyipit. Di belakangnya, Margaret menyusul, dengan tatapan tak kalah sinis.

Lucas mengangguk singkat, sopan. "Nama saya Lucas Lorenzo. Saya di sini sesuai dengan wasiat mendiang Tuan dan Nyonya Dawson."

Oliver dan Margaret saling berpandangan. Lucas tidak memberinya waktu lebih banyak.

"Saya adalah tunangan resmi Camellia Dawson. Ditunjuk langsung oleh mendiang orang tuanya. Saya juga akan tinggal sementara di sini, sebagaimana tertulis dalam surat wasiat mereka," kata Lucas tenang.

"Bullshit!" sergah Margaret tajam. "Camellia sudah bertunangan dengan Adrian, seperti yang telah kami tetapkan. Kami keluarganya. Kami yang paling tahu apa yang terbaik untuknya."

Lucas tak bereaksi terhadap emosi yang memuncak di sekelilingnya. Ia membuka map di tangannya, mengeluarkan lembaran kertas berstempel hukum, lalu menyerahkannya kepada Oliver.

"Wasiat ini ditulis dua bulan sebelum kecelakaan yang merenggut nyawa mereka. Lengkap dengan tanda tangan notaris, saksi, dan segel resmi." Nada suaranya tetap tenang, tapi penuh otoritas.

Oliver membacanya. Wajahnya menegang seiring dengan matanya yang bergerak cepat menyusuri tiap baris. Margaret mencoba ikut melihat, tapi suaminya menggenggam dokumen itu erat.

"Ini tidak mungkin," gumamnya. "Mereka tak pernah menyebut namamu."

"Itulah sebabnya saya datang," jawab Lucas. "Untuk melaksanakan kehendak terakhir mereka. Termasuk menjaga Camellia, dan … mengenalnya. Saya belum pernah bertemu dengannya."

Margaret menyeringai tipis. "Ah, jadi kau mengaku sebagai tunangannya, tapi bahkan belum pernah melihat wajahnya?"

Lucas membalasnya dengan senyum tipis yang justru membuat lawannya merasa tidak nyaman. "Dan itulah yang akan saya perbaiki mulai hari ini."

Tanpa menunggu izin dari Oliver atau pun Margaret, Lucas melangkah masuk. Para pelayan menatapnya dengan bingung dan ragu, tapi tidak satu pun dari mereka menghalangi.

Di sisi lain Camellia mendengar langkah kaki seseorang yang belum pernah ia dengar, membuatnya berpikir kalau ada tamu yang berkunjung ke rumah. Langkahnya tidak terburu-buru, tidak ragu. Ada semacam ketenangan di dalamnya, seperti seorang yang datang bukan untuk memohon, tetapi menyapa.

"Camellia?" suara berat Lucas terdengar memenuhi ruangan.

Sang empunya nama mengangkat wajahnya. "Kau siapa?" tanyanya.

Lucas menahan napas sejenak, lalu menjawab, "Lucas Lorenzo."

"Nama yang asing," gumam Camellia pelan, suaranya bening tapi menyiratkan kehati-hatian. "Tapi bukan suara yang mengancam," sambungnya.

Lucas menghampiri Camellia, lalu duduk di kursi seberang. Ia tak mendekat terlalu cepat, tak ingin membuat Camellia takut akan kehadirannya yang masih merupakan orang asing. "Aku datang karena sebuah janji. Orang tuamu, mereka meninggalkan pesan untukku. Dan dalam pesan itu, mereka berharap aku menjagamu, menjadi pasanganmu."

Camellia terdiam. Tangannya berhenti bergerak di atas kertas braille. Ada perubahan kecil pada alisnya, nyaris tak terlihat, namun bagi Lucas, cukup untuk tahu bahwa gadis itu sedang mencoba memahami situasi dan juga ucapan Lucas barusan.

"Kau tunanganku?" tanyanya pelan, hampir tak terdengar.

Lucas menjawab dengan jujur. "Secara hukum dan wasiat, ya. Tapi aku tahu semua ini mendadak. Aku tidak berharap kau menerimaku sekarang. Aku hanya berharap kau memberiku kesempatan … untuk berada di dekatmu."

Camellia menghela napas. "Dan pamanku tahu tentang ini?"

Lucas mengangguk, meskipun tahu Camellia tak bisa melihat. "Mereka … tidak senang. Karena mereka sudah menetapkan pilihan lain."

Camellia tertawa kecil, tapi ada kegetiran di dalamnya. "Adrian."

Lucas memerhatikan wajah Camellia. Meski matanya kosong, ada kehidupan dalam cara ia berbicara, penuh kelembutan, tapi menyimpan luka.

"Mereka ingin aku menikah dengannya. Walau bukan itu yang aku inginkan. Tapi Uncle dan Auntie mengatakan itu hal terbaik. Tidak ada pria yang mau menikahi gadis buta sepertiku kecuali Adrian yang mereka bilang telah menyukaiku sejak lama. Tapi aku tahu kalau itu bohong. Adrian tidak menyukaiku sebagai pasangannya. Aku bahkan jarang mengobrol berdua dengannya untuk bertanya lebih banyak," kata Camellia dengan suara selembut beledu.

Lucas menatapnya, kagum pada kepekaan gadis itu. "Lalu apa yang kau inginkan, Camellia?"

Camellia menggeleng pelan. "Aku ingin sebuah kebebasan untuk memilih."

Lucas tersenyum. "Maka kau akan mendapatkannya."

Suasana menjadi hening. Di luar, suara jangkrik mulai terdengar. Camellia mengulurkan tangannya. Lucas menyambut tanpa ragu. Camellia terkejut betapa besar tangan Lucas, memberikan kesan tegas dan kokoh namun memiliki kelembutan dan satu hal yang Camellia suka dari tangan besar Lucas itu, hangat.

"Kau tidak takut padaku?" tanya Camellia ketika tangannya bersentuhan dengan tangan Lucas.

"Kenapa aku harus takut?" Lucas bertanya balik.

"Karena aku buta. Karena aku tak bisa memberimu kehidupan seperti pasangan lainnya," jawab Camellia dengan nada sendu. Fakta menyakitkan yang selalu gadis itu emban sejak lama sekali.

Lucas menggenggam tangan Camellia lebih erat dan berkata, "Camellia, aku tidak datang untuk menuntut apa pun darimu. Aku datang karena seseorang mempercayakan hidupmu dan adikmu kepadaku. Aku tahu ini aneh, mungkin setidaknya kita bisa berteman lebih dulu agar kita sama-sama nyaman dalam situasi ini."

Camellia tersenyum tipis. Dan untuk pertama kalinya sejak pertemuan mereka, ia berkata dengan nada yang lebih ringan, "Aku terima kalau begitu. Tapi dengan satu syarat.”

Lucas menunggu.

"Kau harus jujur sepenuhnya padaku. Tak peduli seberapa menyakitkannya," ucap Camellia.

Lucas mengangguk. "Janji. Tapi aku juga ingin kau berjanji padaku."

"Apa itu?" tanya Camellia.

"Jangan pernah mengkhianatiku dan jangan takut padaku jika suatu hari kau tahu tentang siapa diriku sebenarnya," pinta Lucas.

Camellia terdiam sejenak mendengar penuturan dari Lucas. Ia tidak bodoh untuk tahu bahwa pria yang tidak bisa ia lihat wajahnya ini ternyata memiliki rahasia besar yang mungkin saja jauh dari kata baik.

"Bagaimana?" tanya Lucas saat gadis itu diam saja.

"Aku akan janji jika kau tidak menyakitiku, adikku, atau orang-orang yang aku sayang," ucap Camellia yang menambahkan janji untuk Lucas.

"Baiklah. Aku janji. Lagi pula aku datang ke sini untuk menjagamu, bukan untuk menyakitimu," kata Lucas dengan nada lembut. Memberitahu kalau Lucas bukanlah ancaman untuk Camellia.

...***...

Namun kedamaian itu tidak bertahan lama. Malam itu, saat Lucas selesai meletakkan kopernya di kamar tamu, Oliver dan Margaret memanggilnya ke ruang kerja keluarga. Lampu redup dan dinding kayu membuat ruangan itu seperti ruang interogasi.

"Kami tidak akan membiarkanmu merusak rencana yang sudah kami bangun sejak lama," ujar Oliver, nadanya dingin.

Margaret menimpali, "Camellia tidak butuh pria asing yang mengaku-ngaku. Adrian sudah lama dekat dengannya. Kami menyekolahkan dia, membimbingnya. Dia berhak atas semua ini."

Lucas duduk, tak gentar. "Berhak atas warisan, maksud kalian?"

Oliver mendesis, "Dia bagian dari keluarga besar. Dan kau? Hanya orang luar yang kebetulan dapat kehendak dari surat yang mungkin … bisa saja palsu."

Lucas membuka ponselnya, memerlihatkan foto-foto dari proses pembacaan wasiat yang dihadiri notaris, pengacara keluarga Dawson, bahkan wali kota setempat sebagai saksi. Lucas melakukan semuanya secara sempurna, memanipulasi informasi dan bukti seperti ini bukanlah hal sulit untuk Lucas lakukan.

"Silakan uji keabsahan dokumen ini ke pengadilan kalau kalian mau," tantang Lucas. "Tapi sementara itu, aku akan tinggal di sini. Dan Camellia sudah mengizinkan," lanjutnya penuh percaya diri.

Margaret melemparkan tatapan tajam, tapi Lucas berdiri.

"Aku tidak akan membiarkan kalian memanipulasi tunanganku lebih lama lagi. Jika kalian berani menyentuhnya maka kalian akan menghadapi hal mengerikan dalam hidup kalian," ancam Lucas sebelum akhirnya ia melenggang pergi meninggalkan ruangan tersebut. Tak ingin lebih lama berada satu ruangan dengan dua manusia berhati busuk itu.

Untuk sesaat, malam terasa damai. Tapi Lucas tahu, badai yang sesungguhnya belum dimulai. Karena tidak mungkin Philip meminta bantuan Lucas jika pria itu dapat menyelesaikannya dengan mudah dengan bermodalkan tunangan wasiat mendiang orang tua Camellia.

Terpopuler

Comments

ir

ir

serius kalian ga tau LORENZO FAMILI, kalian tinggal di gua kah? LORENZO si raja bisnis di San Francisco, etdah buset baca berita makanya baca berita
aku yakin kalo Briana tau siapa Lucas, pasti dia bakal jadi ulat birahi di hadapan Lucas, dan Adrian bakal di depak sama Briana

2025-07-22

3

PengGeng EN SifHa

PengGeng EN SifHa

Suatu janji juga kepastian yang saling menguntungkan dua belah pihak...good job👏👏

2025-07-22

1

Atik Marwati

Atik Marwati

hemmm hati hati lukas

2025-08-02

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1. PERMINTAAN
2 BAB 2. CAMELLIA
3 BAB 3. IZIN
4 BAB 4. PERTEMUAN
5 BAB 5. MARAH
6 BAB 6. RENCANA
7 BAB 7. PERMINTAAN MAAF
8 BAB 8. AMBISI
9 BAB 9. MANIPULASI
10 BAB 10. HASRAT
11 BAB 11. MISI
12 BAB 12. JEJAK
13 BAB 13. KHAWATIR
14 BAB 14. KERAGUAN
15 BAB 15. INVESTIGASI
16 BAB 16. PROVOKASI
17 BAB 17. ULAR BERLIDAH MADU
18 BAB 18. JEJAK DI KOMPLEKS MATI
19 BAB 19. USAHA
20 BAB 20. BODOH
21 BAB 21. DIAM
22 BAB 22. CURHAT
23 BAB 23. HASUTAN
24 BAB 24. TERDENGAR
25 BAB 25. PENGAKUAN
26 BAB 26. KESEMPATAN
27 BAB 27. MENUJU ZURICH
28 BAB 28. OPERASI
29 BAB 29. DUNIA CAMELLIA
30 BAB 30. JALAN-JALAN
31 BAB 31. PARIS DAN MASA LALU
32 BAB 32. LUKISAN
33 BAB 33. PULANG
34 BAB 34. MENJIJIKAN
35 BAB 35. KEGILAAN DAN RASA AMAN
36 BAB 36. AKHIR DARI KEPURA-PURAAN
37 BAB 37. ANCAMAN
38 BAB 38. NOLAN
39 BAB 39. KEHANGATAN DAN KEBENARAN
40 BAB 40. PERJALANAN
41 BAB 41. AMBANG BAHAYA
42 BAB 42. BAHAYA DATANG
43 BAB 43. PERTOLONGAN
44 BAB 44. KELUARGA LUCAS
45 BAB 45. MENGAKU
46 BAB 46. TAWA DAN CINTA
47 BAB 47. DISKUSI
48 BAB 48. BERKUMPUL KEMBALI
49 BAB 49. KEPUTUSAN
50 BAB 50. KUNCI YANG TERBUKA
51 BAB 51. BAYANGAN MASA LALU
52 BAB 52. KEGILAAN
53 BAB 53. AKAN DIMULAI
54 BAB 54. DIMULAI
55 BAB 55. PENYERBUAN
56 BAB 56. EVAKUASI
57 BAB 57. NERAKA DI ARIZONA
58 BAB 58. MENANG ATAU KALAH?
59 BAB 59. EFEK
60 BAB 60. PULANG
61 BAB 61. OBROLAN TENGAH MALAM
62 BAB 62. BEBAN
63 BAB 63. TENTANG LUCAS
64 ALBUM LORENZO
65 BAB 64. RENCANA
66 BAB 65. BANTUAN
67 BAB 66. KAMPUS
68 BAB 67. PAKET
69 BAB 68. PANIK
70 BAB 69. TEGANG
71 BAB 70. TERDETEKSI
72 BAB 71. MULAI JELAS
73 BAB 72. PENCARIAN
74 BAB 73. PENGEJARAN
75 BAB 74. INTEROGASI LAINNYA
76 BAB 75. KONFLIK BATIN
77 BAB 76. KEBENARAN SANG PENEROR
78 BAB 77. UMPAN
79 BAB 78. KEDATANGAN
80 BAB 79. TAKTIK
81 BAB 80. KONFRONTASI
82 BAB 81. KALAH
83 BAB 82. TERJEBAK
84 BAB 83. TUMBANG
85 BAB 84. LEGA
86 BAB 85. MAKAN MALAM
87 BAB 86. PERNIKAHAN
88 BAB 87. KEBAHAGIAAN
89 BAB 88. MALAM BAHAGIA
90 BAB 89. PENYATUAN
91 BAB 90. EPILOG: KABAR TERBAIK
92 LAUNCHING KARYA BARU
Episodes

Updated 92 Episodes

1
BAB 1. PERMINTAAN
2
BAB 2. CAMELLIA
3
BAB 3. IZIN
4
BAB 4. PERTEMUAN
5
BAB 5. MARAH
6
BAB 6. RENCANA
7
BAB 7. PERMINTAAN MAAF
8
BAB 8. AMBISI
9
BAB 9. MANIPULASI
10
BAB 10. HASRAT
11
BAB 11. MISI
12
BAB 12. JEJAK
13
BAB 13. KHAWATIR
14
BAB 14. KERAGUAN
15
BAB 15. INVESTIGASI
16
BAB 16. PROVOKASI
17
BAB 17. ULAR BERLIDAH MADU
18
BAB 18. JEJAK DI KOMPLEKS MATI
19
BAB 19. USAHA
20
BAB 20. BODOH
21
BAB 21. DIAM
22
BAB 22. CURHAT
23
BAB 23. HASUTAN
24
BAB 24. TERDENGAR
25
BAB 25. PENGAKUAN
26
BAB 26. KESEMPATAN
27
BAB 27. MENUJU ZURICH
28
BAB 28. OPERASI
29
BAB 29. DUNIA CAMELLIA
30
BAB 30. JALAN-JALAN
31
BAB 31. PARIS DAN MASA LALU
32
BAB 32. LUKISAN
33
BAB 33. PULANG
34
BAB 34. MENJIJIKAN
35
BAB 35. KEGILAAN DAN RASA AMAN
36
BAB 36. AKHIR DARI KEPURA-PURAAN
37
BAB 37. ANCAMAN
38
BAB 38. NOLAN
39
BAB 39. KEHANGATAN DAN KEBENARAN
40
BAB 40. PERJALANAN
41
BAB 41. AMBANG BAHAYA
42
BAB 42. BAHAYA DATANG
43
BAB 43. PERTOLONGAN
44
BAB 44. KELUARGA LUCAS
45
BAB 45. MENGAKU
46
BAB 46. TAWA DAN CINTA
47
BAB 47. DISKUSI
48
BAB 48. BERKUMPUL KEMBALI
49
BAB 49. KEPUTUSAN
50
BAB 50. KUNCI YANG TERBUKA
51
BAB 51. BAYANGAN MASA LALU
52
BAB 52. KEGILAAN
53
BAB 53. AKAN DIMULAI
54
BAB 54. DIMULAI
55
BAB 55. PENYERBUAN
56
BAB 56. EVAKUASI
57
BAB 57. NERAKA DI ARIZONA
58
BAB 58. MENANG ATAU KALAH?
59
BAB 59. EFEK
60
BAB 60. PULANG
61
BAB 61. OBROLAN TENGAH MALAM
62
BAB 62. BEBAN
63
BAB 63. TENTANG LUCAS
64
ALBUM LORENZO
65
BAB 64. RENCANA
66
BAB 65. BANTUAN
67
BAB 66. KAMPUS
68
BAB 67. PAKET
69
BAB 68. PANIK
70
BAB 69. TEGANG
71
BAB 70. TERDETEKSI
72
BAB 71. MULAI JELAS
73
BAB 72. PENCARIAN
74
BAB 73. PENGEJARAN
75
BAB 74. INTEROGASI LAINNYA
76
BAB 75. KONFLIK BATIN
77
BAB 76. KEBENARAN SANG PENEROR
78
BAB 77. UMPAN
79
BAB 78. KEDATANGAN
80
BAB 79. TAKTIK
81
BAB 80. KONFRONTASI
82
BAB 81. KALAH
83
BAB 82. TERJEBAK
84
BAB 83. TUMBANG
85
BAB 84. LEGA
86
BAB 85. MAKAN MALAM
87
BAB 86. PERNIKAHAN
88
BAB 87. KEBAHAGIAAN
89
BAB 88. MALAM BAHAGIA
90
BAB 89. PENYATUAN
91
BAB 90. EPILOG: KABAR TERBAIK
92
LAUNCHING KARYA BARU

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!