BAB 2. CAMELLIA

Beverly Hills, Los Angeles.

Hujan mengguyur kota dalam diam yang seolah bersekongkol untuk mewarnai hari menjadi suram. Di lantai dua rumah keluarga Dawson milik mendiang orang tua Camellia yang kini dikuasai oleh paman dan bibinya, angin berdesir di sela-sela celah jendela tua, menyelusup lembut ke dinding kamar gadis buta berusia dua puluh dua tahun.

Camellia Dawson duduk diam di tepi ranjangnya, jari-jarinya menyusuri sisi kotak kayu kecil tempat ia biasa menyimpan bros milik mendiang ibunya. Ia tidak tahu pukul berapa sekarang, hanya bisa menebak lewat aroma malam yang dingin menusuk dan bunyi samar jam dinding di kamarnya yang bahkan ia sendiri tidak tahu dimana letaknya.

Tak ada siapa-siapa di rumah ini yang benar-benar mencintainya, ia tahu itu. Setelah orang tuanya meninggal karena kecelakaan mobil dua tahun lalu, ia diwariskan rumah besar dan harta dalam jumlah luar biasa banyak termasuk hotel mewah milik sang ayah. Tapi karena usianya belum genap dua puluh satu waktu itu, semua dikendalikan oleh pamannya, Oliver Dawson dan istrinya Margaret Dawson.

Malam itu, Camellia merasa gelisah. Beberapa malam terakhir ia mendengar suara-suara dari kamar sebelah, kamar Briana, sepupu perempuannya yang berusia sama dengan Camellia. Suara seperti ... desahan tertahan, rintihan, bunyi kasur berderit. Tapi Camellia bukanlah gadis yang mudah menuduh, mengingat ia tidak dapat melihat dan membuktikan apa yang ia dengar. Camellia buta, dan itu menjadikannya sasaran empuk ketidakpedulian dan juga tuduhan palsu jika gadis itu berulah.

Tapi malam ini, suara itu lebih jelas dari biasanya. Bahkan terdengar seperti ada dua suara berbeda. Dan mengejutkan namun Camellia takut salah bahwa telinganya menangkap suara pria dari kamar sepupunya itu.

Camellia menggenggam tongkat putihnya dan berdiri perlahan, langkahnya menyusuri lorong panjang yang remang, mengikuti suara. Suara detakan ranjang, napas yang terengah, dan suara laki-laki yang berbisik lembut. Itu bukan suara pamannya, ia yakin sekali.

Camellia mengetuk pintu kamar Briana dengan pelan. Tak ada jawaban.

"Briana?" panggil Camellia dengan suara yang mengalun indah dalam kelembutannya.

Suara di dalam kamar mendadak sunyi. Hanya satu detik hening yang begitu menusuk sebelum langkah cepat dan desahan tertahan kembali terdengar, tapi kali ini lebih pelan, seperti mencoba menyembunyikan sesuatu.

Camellia membuka pintu perlahan. Briana tak pernah menguncinya.

Udara hangat dan lembab langsung menyambutnya, aroma samar parfum wanita bercampur keringat menyapu hidung. Mata Camellia yang buta tak bisa melihat apa pun, tapi seluruh indera lainnya bekerja lebih peka.

"Lia, ada apa?" tanya Briana ketika mendapati Camellia masuk ke dalam kamarnya.

"Aku hanya ingin bilang, aku akan keluar sebentar dengan Jane. Ada yang harus aku beli," kata Camellia, tangannya meraba kusen pintu.

Di dalam kamar, pria bernama Adrian Jarrel membeku. Tubuhnya masih bersandar di atas tubuh Briana, kulit mereka berkeringat, napas mereka tercekat. Hanya selimut tipis yang menutupi bagian tubuh yang tersisa. Briana menatap Adrian sejenak, lalu menahan tawa kecilnya yang tak sabaran.

Camellia tidak tahu. Tentu saja tidak. Gadis itu tidak dapat melihat apa yang dua orang itu tengah lakukan. Hal tidak senonoh tanpa rasa malu dilakukan hanya kerena Camellia tidak dapat melihat kelakuan mereka.

"Oh," jawab Briana dengan suara tenang, hampir ceria. "Ya, silakan. Tapi bawa payung, ya. Hujan agak deras."

Camellia mengangguk pelan. "Aku akan bawa. Maaf kalau aku ganggu."

"Tidak, tidak. Sama sekali tidak mengganggu," ucap Briana sambil menahan senyum licik. Tangannya tetap meremas punggung Adrian di bawah selimut, jari-jarinya menyuruhnya tetap diam.

Camellia ragu sejenak di ambang pintu. "Kau sendirian, Bri?" tanyanya.

Adrian dan Briana saling melirik. Mata Adrian sedikit panik, tapi Briana tetap tenang.

"Tentu. Hanya aku dan musikku," jawabnya santai, meski playlist dari ponselnya telah mati sejak beberapa menit lalu. "Kenapa?" tanya Briana.

Camellia menggeleng. "Aku dengar suara ... entahlah. Mungkin aku cuma lelah. Kalau begitu aku pergi dulu, good night, Bri."Ia tersenyum kecil, lalu menutup pintu pelan.

Langkah-langkahnya memudar kembali ke lorong, kemudian menuruni tangga perlahan menuju kamar Jane yang ada di lantai bawah. Begitu suara tongkat putihnya tak lagi terdengar, Briana menghela napas dan menyandarkan tubuhnya ke bantal.

"Kau gila," bisik Adrian, suaranya tertahan antara terkejut dan bergairah. "Itu hampir saja," lanjutnya.

"Tapi dia tidak tahu, kan?" sahut Briana. Ia mencium Adrian di bibir, menggigit pelan layaknya perempuan binal. "Dia buta. Dia bahkan tidak tahu kau tunangannya kalau pun ketahuan aku tidur dengan pria," sambungnya.

Adrian terdiam.

Ya. Camellia memang tidak tahu. Ia dijodohkan dengan Adrian oleh pamannya sebagai bagian dari 'melindungi masa depannya'. Tapi kenyataannya, semua adalah permainan dari paman dan bibinya agar Camellia dapat segera menikah sehingga harta warisan orang tua Camellia dapat mereka rebut.

Camellia tidak pernah benar-benar mengenal Adrian. Ia hanya mendengar suaranya sesekali saat paman memerkenalkan mereka secara formal. Tidak pernah ada cinta, bahkan tidak ada kejelasan. Adrian terkadang menginap di rumah besar itu dengan alasan untuk menjaga tunangannya yang buta, Camellia. Tapi lihatlah, kini pria itu berbaring telanjang di atas sepupu Camellia itu tanpa sang gadis tahu.

Di luar, Camellia berdiri di teras depan ketika menunggu mobil yang sedang diambil dan juga Jane yang ke kamar Camellia untuk mengambil jaket sang gadis agar tidak kedinginan. Jane satu-satunya yang peduli pada Camellia, pelayan yang telah bersama Camellia sejak gadis itu kecil. Perempuan yang lebih tua tiga tahun dari Camellia.

Sejak beberapa waktu belakangan ada yang mengganggu pikiran Camellia, dan bukan hanya karena suara-suara dari kamar Briana.

Ada sesuatu yang tak bisa ia pahami. Bau asing di kamar Briana. Suara laki-laki. Dan kenapa jantungnya terasa sakit setiap kali ia mendengar suara-suara itu.

Apakah ini firasat?

Ia menarik napas dalam-dalam dan bergumam yang terdengar seperti doa, "Mom? Dad? Tolong bantu aku dan Nolan agar tetap dapat menjaga rumah dan peninggalan kalian ini. Aku tahu kalau Uncle dan Auntie memiliki niat tidak baik. Tapi dengan keadaanku seperti ini, aku tidak dapat melawan mereka. Karena itu, tolong bantu aku bagaimana pun caranya agar mereka tidak mengambil milik kalian ini."

Angin meniup rambutnya, dan untuk sesaat, Camellia merasa sendirian di dunia yang tidak peduli padanya. Tapi ia tidak boleh lemah. Tidak sekarang. Ada adik, Jane, dan orang yang bekerja di bawah naungan ayahnya yang harus dilindungi. Sebagai anak pertama sudah selayaknya Camellia menggantikan ayahnya melindungi semuanya, tapi kekurangannya justru membuatnya buruk, lemah, dan terkesan bodoh. Ia membenci dirinya yang tidak berdaya ini.

Keesokan harinya, saat sarapan, Adrian duduk di meja makan bersama Oliver dan Margaret yang baru kembali dari perjalanan luar kota mereka untuk urusan bisnis kemarin. Briana muncul lima menit kemudian, tersenyum cerah dengan rambut disanggul, seolah malam sebelumnya tidak pernah terjadi.

Camellia menyusul terakhir, mengenakan gaun abu-abu sederhana dan tongkat putih di tangan. Berjalan pelan-pelan dan hati-hati.

"Selamat pagi semuanya," sapa Camellia lembut.

"Pagi, Lia," jawab Briana cepat, berusaha terdengar bersahabat dan ramah seperti biasa.

Adrian hanya melirik sekilas, matanya menyembunyikan sesuatu. Ada ketakutan kalau apa yang ia lakukan diketahui oleh Camellia, terutama setelah ia nyaris ketahuan semalam kalau dirinya sedang menikmati malam panas bersama sepupu Camellia itu di kamar Briana.

"Adrian," panggil Camellia lembut. "Aku ingin bicara denganmu nanti, kalau bisa."

Adrian terlihat kaku. "Tentu," jawabnya cepat. "Apa ada yang salah? Tanyanya.

Camellia tersenyum kecil. "Tidak. Hanya ingin mengenal tunanganku lebih baik, mungkin."

Briana memalingkan wajahnya, pura-pura sibuk dengan sarapan. Tapi tatapannya menusuk, dan Camellia bisa merasakannya. Ingatlah bahwa indra gadis itu jauh lebih peka dan sensitif ketika matanya tidak dapat digunakan. Hal yang telah terlatih sejak lama.

Dalam hatinya, Camellia itu tahu bahwa dunia tidak akan memberinya keadilan dengan mudah. Tapi ia akan menemukan kebenarannya sendiri, dengan cara apa pun. Camellia yakin kalau Tuhan tidak tidur, dan akan membantunya suatu saat nanti. Namun sekarang Camellia hanya akan berpura-pura menjadi orang yang tidak tahu apa-apa. Tidak tahu apa niat paman dan bibinya. Tidak tahu apa pun kalau tunangannya menyimpan sesuatu darinya. Tidak tahu bahwa Briana tidak seramah itu kepada Camellia. Ia akan pura-pura tidak tahu. Sampai kebenaran itu terungkap dengan cara yang tidak menyenangkan nantinya.

Terpopuler

Comments

ir

ir

dan kalian tidak akan tau bahwa akan ada pangeran berkuda putih yg akan membantu Camellia dan menggagalkan rencana kalian, ini kalo misal Oliver ada sangkut pautnya sama Rosse apakah Oliver sindikat yg lolos dari pencarian Lily

2025-07-22

2

ir

ir

dan kalian tidak akan tau bahwa akan ada pangeran berkuda putih yg akan membantu Camellia dan menggagalkan rencana kalian, ini kalo misal Oliver ada sangkut pautnya sama Rosse apakah Oliver sindikat yg lolos dari pencarian Lily

2025-07-22

0

Atik Marwati

Atik Marwati

semangat Camellia sebentar lagi penolong mu akan datang

2025-08-02

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1. PERMINTAAN
2 BAB 2. CAMELLIA
3 BAB 3. IZIN
4 BAB 4. PERTEMUAN
5 BAB 5. MARAH
6 BAB 6. RENCANA
7 BAB 7. PERMINTAAN MAAF
8 BAB 8. AMBISI
9 BAB 9. MANIPULASI
10 BAB 10. HASRAT
11 BAB 11. MISI
12 BAB 12. JEJAK
13 BAB 13. KHAWATIR
14 BAB 14. KERAGUAN
15 BAB 15. INVESTIGASI
16 BAB 16. PROVOKASI
17 BAB 17. ULAR BERLIDAH MADU
18 BAB 18. JEJAK DI KOMPLEKS MATI
19 BAB 19. USAHA
20 BAB 20. BODOH
21 BAB 21. DIAM
22 BAB 22. CURHAT
23 BAB 23. HASUTAN
24 BAB 24. TERDENGAR
25 BAB 25. PENGAKUAN
26 BAB 26. KESEMPATAN
27 BAB 27. MENUJU ZURICH
28 BAB 28. OPERASI
29 BAB 29. DUNIA CAMELLIA
30 BAB 30. JALAN-JALAN
31 BAB 31. PARIS DAN MASA LALU
32 BAB 32. LUKISAN
33 BAB 33. PULANG
34 BAB 34. MENJIJIKAN
35 BAB 35. KEGILAAN DAN RASA AMAN
36 BAB 36. AKHIR DARI KEPURA-PURAAN
37 BAB 37. ANCAMAN
38 BAB 38. NOLAN
39 BAB 39. KEHANGATAN DAN KEBENARAN
40 BAB 40. PERJALANAN
41 BAB 41. AMBANG BAHAYA
42 BAB 42. BAHAYA DATANG
43 BAB 43. PERTOLONGAN
44 BAB 44. KELUARGA LUCAS
45 BAB 45. MENGAKU
46 BAB 46. TAWA DAN CINTA
47 BAB 47. DISKUSI
48 BAB 48. BERKUMPUL KEMBALI
49 BAB 49. KEPUTUSAN
50 BAB 50. KUNCI YANG TERBUKA
51 BAB 51. BAYANGAN MASA LALU
52 BAB 52. KEGILAAN
53 BAB 53. AKAN DIMULAI
54 BAB 54. DIMULAI
55 BAB 55. PENYERBUAN
56 BAB 56. EVAKUASI
57 BAB 57. NERAKA DI ARIZONA
58 BAB 58. MENANG ATAU KALAH?
59 BAB 59. EFEK
60 BAB 60. PULANG
61 BAB 61. OBROLAN TENGAH MALAM
62 BAB 62. BEBAN
63 BAB 63. TENTANG LUCAS
64 ALBUM LORENZO
65 BAB 64. RENCANA
66 BAB 65. BANTUAN
67 BAB 66. KAMPUS
68 BAB 67. PAKET
69 BAB 68. PANIK
70 BAB 69. TEGANG
71 BAB 70. TERDETEKSI
72 BAB 71. MULAI JELAS
73 BAB 72. PENCARIAN
74 BAB 73. PENGEJARAN
75 BAB 74. INTEROGASI LAINNYA
76 BAB 75. KONFLIK BATIN
77 BAB 76. KEBENARAN SANG PENEROR
78 BAB 77. UMPAN
79 BAB 78. KEDATANGAN
80 BAB 79. TAKTIK
81 BAB 80. KONFRONTASI
82 BAB 81. KALAH
83 BAB 82. TERJEBAK
84 BAB 83. TUMBANG
85 BAB 84. LEGA
86 BAB 85. MAKAN MALAM
87 BAB 86. PERNIKAHAN
88 BAB 87. KEBAHAGIAAN
89 BAB 88. MALAM BAHAGIA
90 BAB 89. PENYATUAN
91 BAB 90. EPILOG: KABAR TERBAIK
92 LAUNCHING KARYA BARU
Episodes

Updated 92 Episodes

1
BAB 1. PERMINTAAN
2
BAB 2. CAMELLIA
3
BAB 3. IZIN
4
BAB 4. PERTEMUAN
5
BAB 5. MARAH
6
BAB 6. RENCANA
7
BAB 7. PERMINTAAN MAAF
8
BAB 8. AMBISI
9
BAB 9. MANIPULASI
10
BAB 10. HASRAT
11
BAB 11. MISI
12
BAB 12. JEJAK
13
BAB 13. KHAWATIR
14
BAB 14. KERAGUAN
15
BAB 15. INVESTIGASI
16
BAB 16. PROVOKASI
17
BAB 17. ULAR BERLIDAH MADU
18
BAB 18. JEJAK DI KOMPLEKS MATI
19
BAB 19. USAHA
20
BAB 20. BODOH
21
BAB 21. DIAM
22
BAB 22. CURHAT
23
BAB 23. HASUTAN
24
BAB 24. TERDENGAR
25
BAB 25. PENGAKUAN
26
BAB 26. KESEMPATAN
27
BAB 27. MENUJU ZURICH
28
BAB 28. OPERASI
29
BAB 29. DUNIA CAMELLIA
30
BAB 30. JALAN-JALAN
31
BAB 31. PARIS DAN MASA LALU
32
BAB 32. LUKISAN
33
BAB 33. PULANG
34
BAB 34. MENJIJIKAN
35
BAB 35. KEGILAAN DAN RASA AMAN
36
BAB 36. AKHIR DARI KEPURA-PURAAN
37
BAB 37. ANCAMAN
38
BAB 38. NOLAN
39
BAB 39. KEHANGATAN DAN KEBENARAN
40
BAB 40. PERJALANAN
41
BAB 41. AMBANG BAHAYA
42
BAB 42. BAHAYA DATANG
43
BAB 43. PERTOLONGAN
44
BAB 44. KELUARGA LUCAS
45
BAB 45. MENGAKU
46
BAB 46. TAWA DAN CINTA
47
BAB 47. DISKUSI
48
BAB 48. BERKUMPUL KEMBALI
49
BAB 49. KEPUTUSAN
50
BAB 50. KUNCI YANG TERBUKA
51
BAB 51. BAYANGAN MASA LALU
52
BAB 52. KEGILAAN
53
BAB 53. AKAN DIMULAI
54
BAB 54. DIMULAI
55
BAB 55. PENYERBUAN
56
BAB 56. EVAKUASI
57
BAB 57. NERAKA DI ARIZONA
58
BAB 58. MENANG ATAU KALAH?
59
BAB 59. EFEK
60
BAB 60. PULANG
61
BAB 61. OBROLAN TENGAH MALAM
62
BAB 62. BEBAN
63
BAB 63. TENTANG LUCAS
64
ALBUM LORENZO
65
BAB 64. RENCANA
66
BAB 65. BANTUAN
67
BAB 66. KAMPUS
68
BAB 67. PAKET
69
BAB 68. PANIK
70
BAB 69. TEGANG
71
BAB 70. TERDETEKSI
72
BAB 71. MULAI JELAS
73
BAB 72. PENCARIAN
74
BAB 73. PENGEJARAN
75
BAB 74. INTEROGASI LAINNYA
76
BAB 75. KONFLIK BATIN
77
BAB 76. KEBENARAN SANG PENEROR
78
BAB 77. UMPAN
79
BAB 78. KEDATANGAN
80
BAB 79. TAKTIK
81
BAB 80. KONFRONTASI
82
BAB 81. KALAH
83
BAB 82. TERJEBAK
84
BAB 83. TUMBANG
85
BAB 84. LEGA
86
BAB 85. MAKAN MALAM
87
BAB 86. PERNIKAHAN
88
BAB 87. KEBAHAGIAAN
89
BAB 88. MALAM BAHAGIA
90
BAB 89. PENYATUAN
91
BAB 90. EPILOG: KABAR TERBAIK
92
LAUNCHING KARYA BARU

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!