Episode 5

Mari kita mundur kebelakang. Hari dimana Tuan Asing membuka matanya, suara yang tidak keluar dari mulutnya dan pertama kalinya Tuan Asing bertemu dengan Odele. Cerita ini akan mengambil posisi reaksi dari Tuan Asing saat bertemu dengan Odele untuk pertama kalinya. Dimulai dari hari pertama.

Odele : Tidak ada respon. Apa kau bisa mengerti bahasaku? Jika kau mengerti apa kau bisa menggerakan jarimu ?

Tuan Asing: Jari? Aku akan mencobanya. Wah ternyata jariku bisa bergerak walaupun sakit. [ Menggerakan jari ]

Odele : Ah, Syukurlah. Aku hampir saja kebingungan bagaimana caranya berkomunikasi denganmu. Aku akan kesulitan jika kau tidak bisa mengerti bahasaku. Sebentar aku rapikan selimutmu dulu.

Tuan Asing : Siapa gadis ini? Kenapa ada gadis disini? Sial. Badanku sama sekali tidak bisa digerakkan. [ Dalam hati ]

Terlihat ada rasa waspada dalam diri Tuan Asing. Dia berusaha menggerakan tubuhnya namun tidak bisa. Tubuhnya benar-benar kaku seperti batu

Odele : Jangan takut, aku bukan orang jahat. Bisa dibilang aku adalah orang yang menyelamatkanmu dari kematian. Kau terluka sangat parah, aku juga mengobati dan merawat lukamu. 

Tuan Asing : Orang yang menyelamatkanku? Gadis muda ini yang membawaku masuk ke dalam rumahnya? Haruskah aku mempercayai perkataannya? [ Menggerakkan jari ]

Odele : Dan saat ini kau berada dirumahku. Ini rumahku. Ada apa ? Kenapa kau menatapku seperti itu? Sudah kubilang aku bukan orang jahat. Kau tidak perlu takut atau khawatir. Apa kau mengerti ?

Tuan Asing : Rumah? Atau ini surga ? Atau rumah yang berada di surga?  Baiklah, Nona. Anggap saja begitu. Tapi kemana keluargamu? Kenapa hanya ada kau saja disini? Aku masih tidak percaya.[ Menggerakkan jari ]

Odele : Anak pintar. Oh ya, Apa kau lapar? Aku baru selesai masak. Aku sudah membuatkanmu makanan. Mudah-mudahan makanan ini sesuai dengan seleramu. Sebentar aku siapkan dulu.

Tuan Asing : Makanan? Bahkan dia sudah menyiapkan makanan untukku? Tidak. Itu pasti mengandung racun. Aku tidak akan memakannya. [ Dalam hati ]

Mata pria asing itu terus tertuju pada Odele. Saat berada di dapur, Odele tetap berbicara seakan mengajak ngobrol pria asing itu.

Odele : Nah, ini dia. Kalau aku sakit, Hebi selalu membuatkanku sup ini. Rasanya enak dan juga gurih. Kau pasti akan menyukainya.

Tuan Asing : Hebi ? Apa itu nama salah satu anggota keluarganya? Tapi dimana dia? Apa makanan ini aman untuk dimakan? [ Dalam hati ]

Odele : Aku akan menyuapimu. Jangan takut, makanan ini aman,kok. Tidak ada racun dan untuk apa juga aku meracuni pasien. Kalau kau tidak percaya, aku juga akan memakannya. Lihat,kan? Tidak ada racun.

Pria asing itu mulai membuka mulutnya perlahan. Walaupun terlihat kesulitan membuka mulut, tetapi aroma harum dari sup buatan Odele membuatnya semakin kelaparan dan ingin segera mencicipinya.

Odele : Jangan memaksakan diri. Kalau kau kesulitan membuka mulut, lakukanlah secara perlahan. Kau tidak harus menghabiskan semua supnya.

Tuan Asing : Akh! Sial. Bahkan membuka mulut saja sesakit ini. Aromanya sangat enak. Perutku jadi semakin lapar. Baiklah aku akan berusaha untuk membuka mulut ini. [ Dalam hati ]

Odele : Astaga, Aku hampir lupa. Kita belum memperkenalkan diri. Namaku Odele Naida. Kau bisa memanggilku Odele. Karena aku tidak tahu namamu dan saat ini kau belum bisa berbicara. Kau tidak masalah kan jika aku panggil "Tuan Asing".

Tuan Asing : Odele? Jadi namamu Odele? Cantik sekali. Sangat cocok dengan wajahmu yang secantik ini. Tidak. Aku tidak boleh terlalu akrab dengan orang asing ini. Aku harus bersikap waspada. "Tuan Asing"? Nama yang jelek. Tapi itu lebih baik daripada aku harus mengatakan nama asliku didepan gadis asing sepertimu. [ Dalam hati ]

Odele : Wah, Tuan sangat penurut sekali, ya. Baiklah suapan terakhir.

Tuan Asing : Jika kau tahu sifat asliku yang sebenarnya. Kau pasti akan mati ketakutan. Tapi dalam kondisi seperti ini, dengan terpaksa aku harus menurut denganmu. [ Dalam hati ]

Setelah selesai menyuapi Tuan Asing. Odele membereskan peralatan makan dan bersiap untuk pergi ke kebun.

Odele : Tuan, aku pergi ke kebun dulu, ya. Aku punya kebun di depan rumah. Dan kebunku rusak karena Tuan. Tapi tidak apa, aku akan merapikannya lagi.

Tuan Asing : Apa? Kebun rusak karena aku? Apa maksudnya itu? Dan untuk apa aku merusak kebun orang. Aku saja tidak tahu kalau ada sebuah rumah di Hutan Terlarang!! [ Dalam Hati ]

Odele : Karena Tuan sudah minum obat, sepertinya Tuan akan segera tidur. Karena obat tadi akan membuat Tuan mengantuk. Tidurlah, anggap saja rumah sendiri. Kalau begitu aku pergi ke kebun dulu ya, Tuan.

Tuan Asing : Dasar badan lemah. Dasar bodoh. Gara-gara badan kaku ini aku tidak bisa menolak obat pemberian darinya!! Dan apa maksudnya itu? Mengantuk? Kau ingin meracu...niku, hah? Sial. Efek obatnya mulai terlihat. Aku jadi... mengan..tuk..

Hari sudah gelap. Dan waktunya makan malam. Kira - kira kali ini makanan apa yang akan dibuat oleh Odele. Apakah dia masih akan membuat sup seperti biasanya? Atau makanan yang lain?

Odele : Hmm, kali ini aku masak apa, ya ? Banyak sekali makanan yang mudah untuk dibikin. Buku resep ini benar-benar berguna untukku. Eri adalah pelayan yang sangat profesional. Aku sangat menyukainya.

Tuan Asing : Eri? Dia memiliki seorang pelayan? Apa gadis ini seorang bangsawan? Jika itu memang benar, harusnya aku mengetahui bangsawan mana dia berasal. Tadi pagi dia menyebut nama Hebi, sekarang Eri. Ada dimana pemiliki nama itu sekarang? Dari tadi aku hanya melihat gadis ini saja. [ Dalam hati ]

Odele : Tuan, apa ada yang ingin anda makan untuk makan malam kali ini ?

Tuan Asing : Dasar gadis bodoh. Kau lupa kalau aku tidak bisa berbicara. [ Dalam hati ]

Odele : Oh, benar. Tuan belum bisa berbicara.  Begini saja, aku akan menunjukkan buku resep ini untukmu dan jika Tuan menyukainya, Tuan harus menggerakan jari Tuan seperti biasanya. Bagaimana ?

Tuan Asing : Sudah kuduga, gadis ini memang benar-benar bodoh. Belum ada sehari tetapi dia sudah lupa dengan kondisiku yang tidak bisa berbicara ini. Buku resep ? Buatkan saja aku makanan yang bisa untuk dicerna dengan kondisi menyedihkan ini. Kau tidak perlu repot-repot melakukan itu. [ Dalam hati ]

Odele : Baiklah, Sebelum kita mulai Tuan harus memberitahuku terlebih dulu makanan yang bisa dan yang tidak bisa Tuan makan. Bagaimana ?

Tuan Asing : Merepotkan sekali. Baiklah baiklah, tunjukkan aku buku resepnya. Memangnya apa yang bisa diharapkan dari buku itu, paling hanya makanan rakyat jelata...biasa.. Woah. Gila. [ Dalam hati ]

Odele : Jika Tuan menyukai dan bisa memakan itu maka Tuan harus menggerakan jempol Tuan. Dan jika Tuan tidak suka dan tidak bisa memakan makanan itu maka Tuan harus menggerakan telunjuk Tuan.

Tuan Asing : Gila!! Makanan mewah darimana ini?!! Apa ini asli? Aku belum pernah melihat gambar makanan mewah seperti ini. Tunggu, bukankah ini lobster yang paling mahal di dunia? Kenapa dia bisa memiliki resep ini? Siapa gadis ini sebenarnya? Ah, iya jempol. Aku harus memberinya isyarat tanda. [ Jempol ]

Odele : Wah pintarnyaaa~. Baiklah mari kita mulai.

Tuan Asing : Oke, baiklah. Ayo, tunjukkan semua gambar makanan dalam buku resep ini. Woaaaah. Apa ini? Ini juga? Dan ini? Kenapa? Sialan. Siapa kau sebenarnya? Apa kau lebih kaya dariku?! Tidaaak. semua isinya terdiri dari makanan mahal. [ Dalam hati ]

Odele menunjukkan tiap gambar makanan dan menyebutkan bahan-bahan makanan di dalam resep itu kepada Tuan Asing. Dimulai dari makanan pedas, makanan asam, makanan manis. Makanan berkuah dan juga makan kering, Odele juga memberi tanda di tiap resep, makanan yang bisa dimakan Tuan Asing dan yang tidak bisa dimakan oleh Tuan Asing.

Odele : Wah, Tuan bukan orang yang pemilih ya. Makanan yang bisa Tuan makan justru itu makanan yang tidak bisa aku makan. Kita berkebalikan sekali. Hehehe~

Tuan Asing : Heheh~ Tentu saja. Sebagai seorang pemim.. Eh Aku tidak boleh mengatakannya. Tunggu. Aku kan masih belum bisa bicara.

Odele : Eh..? Tuan bisa tersenyum?

Tuan Asing :Sial! Apa senyumku terlihat jelas? Padahal aku hanya sedikit menggerakan garis bibirku? Aaaahh, seorang pemimpin tidak seharusnya tersenyum bodoh seperti ini didepan gadis cantik seperti diaaa!!! [ Malu - malu ]

Odele : Dan sekarang Tuan jadi malu - malu~ Tuan adalah orang yang menyenangkan. Cepatlah sembuh Tuan, agar kita bisa saling berkomunikasi dengan baik. [ Mengelus kepalanya ]

Tuan Asing : Tunggu! Hei. Apa yang kau lakukan? Turunkan tanganmu! Jauhkan tanganmu dari kepalaku!! Sial, mulut sialan. Tapi... Tapi ini menyenangkan. Sampai detik ini tidak ada yang berani menyentuh kepalaku bahkan seujung rambutku. Kalaupun ada yang berhasil, aku pasti sudah menebas kepala dan tangan kotornya itu. Tapi kenapa dia berbeda. Aku ... ehem.. aku tidak terlalu kesal. [ Malu - malu ]

Odele : Apa Tuan tidak menyukai aku melakukan itu ? Maaf. Aku tidak akan melakukannya lagi.

Tuan Asing : AAAAHHH!! Tidak. tidak. Aku menyukainya!! Lakukan lagi. Jangan berhenti. Lagi, lagi. Aaahhh peresetan dengan mulut ini. Aku lelah jika batinku saja yang hanya bisa teriak tetapi mulutku bungkam seperti ini. Ah, Iya jempol. Nih, jempol jempol. Aku kasih kau jempolku. [ Jempol ]

Odele : Hahaha~ Baiklah, aku akan mengelus kepala Tuan. Kalau begitu aku pergi ke dapur dulu, ya. Dengan begitu kita bisa segera makan malam bersama.

Tuan Asing : Ah~ Enaknya. Jadi seperti ini rasanya jika seekor kucing disentuh oleh majikannya. Tunggu. Aku kan manusia, bukan kucing. Sialan!!. Ya, pergilah. Perutku sudah lapar. Lapar sekali. Mungkin ini efek sakit dan aku jadi sering lapar dalam waktu dekat. [ Jempol ]

Odele : Tuan, Tuan. Makanan sudah siap. Eh,,, Loh...

Tuan Asing : Selagi dia ada di dapur. Lebih baik aku mencoba menggerakan tubuhku. Alangkah lebih bagus jika ada satu atau beberapa anggota tubuhku yang ... bisa bergerak.. eh.. Aku.. tiba-tiba aku bisa duduk tanpa rasa sakit.. (?) [ Berusaha untuk bisa duduk ]

Odele : Tuan... Tuan sudah bisa duduk ?

Tuan Asing : Kau terkejut? Aku yang pemilik tubuh ini juga terkejut. Tapi bagaimana bisa? Padahal dari pagi sampai siang saja sekujur tubuhku merasakan sakit yang luar biasa. Keren. Hebat. Aku hebat. [ Jempol ]

Odele : Tuan hebat. Wah, aku sangat kaget. Sejak kapan Tuan belajar duduk ? Apa waktu aku berkebun tadi siang?

Tuan Asing : Haha~ Tentu saja. Aku memang hebat. Seorang pemimpin haruslah orang yang hebat. Ah, tidak. tidak. Siang tadi aku hanya tidur. Baru malam ini saja aku mulai menggerakan tubuhku dan langsung bisa duduk sendiri. Hebat, kan aku. [ Jempol ]

Odele : Wah, Tuan benar-benar hebat. Aku kagum. [ Tiba-tiba memegang tangan Tuan Asing ]

Tuan Asing : Heeeei!!! Apa yang kau lakukan?! Jangan. Jangan menyentuhku dengan tiba-tiba seperti itu lagi!! Lepaskan. Akh, Tangan sialan. Kenapa kau tidak mau bergerak. Menurutlah dengan ucapan Tuanmu ini. [ Wajah memerah ]

Odele : Tuan sudah bekerja keras hari ini. Tapi ingat, jangan terlalu memaksakan tubuh Tuan untuk segera sembuh. Semua butuh proses. [ Masih memegang tangan ]

Tuan Asing : Iya iya aku tahu. Tapi lepaskan dulu tanganku. Tidak ada orang yang berani menyentuh tanganku!! Jauhkan tanganmu... Eh... Tanganmu kenapa kecil sekali dan terlihat sangat kurus? [ Wajah makin memerah ]

Odele : Loh, Tuan sakit? Apa Tuan demam? Kenapa wajah Tuan sangat merah? Aduh, Tuan harus minum obat demam. Tapi sebelum itu Tuan harus makan terlebih dulu. Kita langsung makan saja ya, Tuan. [ Langsung melepas tangannya ]

Tuan Asing : Sadarlah!! Jangan lakukan tindakan kriminal itu lagi!! Jangan menyentuh tangan gadis dengan sembarangan. Obat? Tidak. Obat itu terlalu pahit!! Jangan berikan aku obat demam atau apalah itu. Aku sudah tidak demam dan suhu badanku sudah normal sekarang. [ Wajah kembali normal ]

Odele : Sekarang Tuan belajar makan nasi dulu ya. Kita lakukan pelan - pelan saja. Ah, tenang saja. Aku akan menyuapi Tuan sedikit demi sedikit kok.

Tuan Asing :Haa baguslah. Kupikir dia akan benar-benar memberiku obat sebelum makan. Kali ini kita makan nasi, ya?  Apa aku bisa membuka mulutku sedikit lebar? Baiklah. Aku akan berusaha.  [ Jempol ]

Odele : Baiklah, Ayo buka mulutnya. Pelan - pelan saja, Tuan. [ Sambil melihat mulut Tuan Asing ]

Ketiak Tuan Asing berusaha membuka mulutnya secara perlahan. Mata Odele menatap mulut Tuan Asing dan membuat wajah Tuan Asing menjadi merah padam. Tuan Asing terlihat sekali perasaan tidak nyamannya ketika ditatap oleh Odele. Dia merasa malu, dan mulai muncul perasaan berdebar dalam jantungnya.

Odele : Aaa~~

Tuan Asing : Berhenti menatapku seperti itu!! Arrrkkk!!! Aku malu sekali. Ini pertama kalinya aku ditatap oleh gadis cantik seperti ini. Harga diriku benar-benar jatuh dan hancur!!! [ Membuka mulut ]

Odele : Pintarnya~. Dikunyah pelan-pelan saja, Tuan. Jangan buru-buru menelannya. Odele juga akan makan dengan pelan agar kita selesai makannya juga sama-sama

Tuan Asing : Iya iya. Kau tidak perlu bawel seperti itu. Aku juga mengunyahnya dengan pelan kok. [ Dalam hati ]

Mereka berdua bagaikan seorang Ibu dan Anak, seorang Guru dan Murid, seorang Kakak dan juga adik, seorang senior dan junior. Harusnya Odele memiliki perasaan takut dan juga khawatir dengan datangnya orang asing dirumahnya.

Odele : Yeay~ Selamat, Tuan berhasil menyelesaikan misi makan malamnya dengan baik dan benar. Nah, sekarang waktunya minum obat.

Tuan Asing : Wah gila. Rasanya lebih berat dan menyakitkan daripada berada di medan perang.

Tangan Tuan Asing mulai bisa digerakan. Tangan itu mencoba meraih obat yang ada di tangan Odele. Tentu saja, reaksi Odele sangat terkejut dengan kesembuhan Tuan Asing yang begitu cepat.

Odele : Eh eh... Tangan Tuan... Wah, Tuan benar-benar bikin saya terkejut. Dengan begini kesembuhan Tuan bisa dihitung dengan jari. Mungkin 2 atau 3 hari lagi Tuan akan sembuh total. Aku kagum dan bangga.

Tuan Asing : Wah kau benar. Tanpa sadar aku bisa menggerakan tanganku sendiri. Bagaimana bisa ini terjadi? Obat apa yang kau berikan padaku? Apa itu bukan obat biasa? Walaupun pahit tapi efek obat itu benar-benar sangat berguna.[ Tersenyum mendengar pujian dari Odele ]

Odele :Makan malam sudah selesai. Minum obat juga sudah selesai. Apa kaki Tuan sudah bisa digerakan?

Tuan Asing : Sayang sekali, kakiku masih mati rasa. Aku sudah berusaha menggerakanya tapi tidak ada yang berubah.[ Telunjuk ]

Odele : Belum, ya. Kalau kaki Tuan sudah bisa digerakan. Ada kamar kosong disebelah sana. Tuan bisa memakai kamar itu untuk beristirahat.

Tuan Asing : Kamar kosong? Punggungku sudah mulai lelah tidur disofa ini. Baiklah, aku akan lebih rajin lagi untuk kesembuhanku.  [ Jempol ]

Odele : Kalau begitu selamat malam, Tuan Asing.

Tuan Asing : Selamat malam, Odele. [ jempol ]

Odele : Selamat tidur, Tuan. Oh ya, semua pintu dan jendela dirumah ini sudah aku kunci. Jadi Tuan tidak perlu takut jika ada pencuri atau orang jahat.

Tuan Asing : Hah? Apa kau bilang? Ada pencuri ? Selama ini aku hanya melihat satu manusia yaitu kau, Odele. Tapi baiklah, aku akan berhati-hati. Ya walaupun selama tidur aku kayak orang mati berkat efek obat. [ Jempol ]

Kesembuhan Tuan Asing yang begitu cepat membuat Odele terkejut. Dan mungkin saja Tuan Asing juga terkejut dengan kesembuhannya yang begitu cepat. Mungkin saja salah satu faktor kesembuhan itu adalah obat yang digunakan Odele untuk Tuan Asing. Obat itu mengandung sihir penyembuh luka yang dibuat oleh Hana. Obat itu akan memberikan efek kesembuhan lebih cepat daripada obat-obat biasa pada umumnya.

Hari kedua keesokan paginya.

Odele : Selamat pagi, Tuan Asing.

Tuan Asing : Hoam, selamat pagi, Odele [ Senyum ]

Odele : Bagaimana tidurnya?

Tuan Asing : Tidurku sangat nyenyak seperti biasanya. Bagaimana tidurmu? Wah udara pagi hari sangat hangat dan bersih.[ Jempol ]

Odele : Apa tidurnya nyenyak ?

Tuan Asing : Astaga, aku kan sudah bilang tidurku nyenyak. Argh mulut sialan. Kenapa aku yang jadi kesal sendiri. [ Jempol ]

Odele : Tuan tidak mimpi buruk, kan ?

Tuan Asing : Mimpi buruk? Tidak, kau tidak perlu khawatir... Tunggu, Kau benar. Aku tidak mimpi buruk. Kenapa bisa begitu ? Padahal selama ini aku selalu berimpi buruk. Tapi baru kali ini aku benar-benar tidur nyenyak tanpa mimpi buruk. Apa kau tahu jawabannya? [ Telunjuk ]

Odele : Wah Tuan hebat. Padahal biasanya kalau sakit selalu mimpi buruk. Kenapa ya bisa begitu? Kupikir semua orang juga mengalami hal yang serupa sepertiku. [ Mengelus kepala Tuan Asing ]

Tuan Asing : Hehehe~ Baru bangun tidur sudah mendapat hadiah seperti ini. Lama-lama aku jadi terbiasa dengan perlakuan manisnya padaku. [ Wajah Memerah ]

Odele : Tapi apa Tuan benar-benar sudah sehat? Wajah Tuan kembali memerah. Apa aku harus menambah jumlah obatnya, ya?

Tuan Asing : Aku sehat. AKU-SEHAT!! SEHAT LAHIR BATIN setelah melihatmu.  [ Menggelengkan kepala ]

Odele : Apa Tuan yakin?

Tuan Asing :Percayalah padaku, Odele. Aaarrghhh aku sudah lelah jika harus berkomunikasi seperti ini. [ Jempol ]

Odele : Baiklah. Apa Tuan ingin duduk ? Aku akan membantu.. Eh.. Ah...

Tuan Asing : Eits, kau lupa lagi, ya. Aku kan sudah bisa duduk sendiri. Aku jadi sombong nih.[ Dengan bangganya bisa duduk sendiri ]

Odele : Hahaha~ Astaga aku hampir lupa, Tuan kan sudah bisa duduk sendiri. Kalau begitu aku akan melipat selimutnya. Apa Tuan mau secangkir teh hangat? Biasanya setiap pagi aku selalu minum teh hangat.

Tuan Asing : Teh hangat? Baiklah, boleh. [ Mengangguk ]

Odele : Baiklah~ Tapi Tuan jangan terlalu sering menggerakan kepala. Bagaimana jika kepala Tuan masih sakit. Jadi pela-pelan saja.

Tuan Asing :Tenang saja. Kepalaku kuat seperti baja. Lagipula sepertinya kepalaku juga sudah sehat. Aku tidak merasakan sakit lagi walaupun menggerakannya sebanayak apapun. [ Mengangguk pelan ]

Odele : Kira-kira Tuan Asing suka teh rasa apa ya? Karena dia laki-laki dan sepertinya seumuran dengan Kakak. Lebih baik rasa ini saja.

Melihat Odele yang sudah sibuk di dapur. Tuan Asing juga berusaha menyibukan dirinya dengan menggerakan anggota tubuh yang lain. Dimulai dari kaki, lengan, dan juga mulut.

Odele : Tuan, tehnya sudah .. Aaaa.. Tuan.. Tuan.

Tuan Asing : Ada apa, Odele? Kenapa kau berteriak? [ kebingungan ]

Odele : Tuan sudah bisa berdiri? Bagaimana bisa?

Tuan Asing : Ah. Iya, aku sudah bisa berdiri. Tadinya aku hanya ingin menggoyangkan kakiku saja. Tapi entah kenapa aku jadi ingin langsung berdiri. [ Tersenyum ]

Odele : Lalu bagaimana dengan jalan? Apa Tuan bisa berjalan? Kakinya sudah bisa digerakan ?

Tuan Asing : Tidak bisa. Aku tidak punya tenaga untuk menggerakan kaki ini ke depan, Odele. Huaaa rasanya aku ingin menangis. [ >,< ]

Tuan Asing tampak ragu untuk menggerakan kakinya. Karena di hari kedua ini dia masih belum bisa merasakan jari kakinya bergerak.

Odele : Baiklah, tidak apa. Jangan memaksakan diri, Tuan. Duduklah lagi.

Tuan Asing : Aku akan mencobanya nanti.  [ Tersenyum ]

Odele : Tuan benar-benar membuat aku sangat terkejut. Ini baru hari kedua tetapi perubahan Tuan banyak sekali. Tuan sudah berusaha sangat keras. Jangan terburu-buru untuk sembuh. Karena semua butuh proses.

Tuan Asing : Iya kau benar. Tapi aku benar-benar sudah sangat lelah jika harus dalam kondisi seperti ini untuk waktu lebih lama.[ Mengangguk ]

Odele : Ini teh hangatnya. Jika Tuan melihat luka yang Tuan dapat, tidak akan ada yang percaya jika dalam dua hari Tuan mengalami perubahan yang cukup cepat. [ Sambil mengelus kepala Tuan Asing ]

Tuan Asing : Iya, terima kasih. Wah hangat dan enak. Kau benar. Setelah dikejar dan keroyok oleh monster buas itu. Kukira badanku akan terbagi menjadi beberapa potong bagian. Ada banyak sekali pertanyaan yang ingin aku tanyakan padamu, Odele. [ Memerah ]

Odele : Jika Tuan butuh bantuan, katakan saja padaku. Dengan senang hati aku akan membantu Tuan.

Tuan Asing : Baik. Bersiaplah untuk menjawab 1001 pertanyaan dariku setelah aku sudah bisa berbicara. [ Mengangguk ]

Odele : Kalau begitu, hari ini Tuan ingin makan apa ? Aku sudah membawakan buku resepnya.

Di sofa ruang tamu. Odele dan Tuan Asing duduk bersama. Odele yang menunjukan buku resep kepada Tuan Asing. Ketika Odele yang sibuk menjelaskan tiap halaman dan bahan-bahan apa saja yang dipakai dalam makanan itu.

Tuan Asing menatap dan memandangi Odele secara tidak sadar. Suaranya yang lembut, penjelasannya yang begitu detail, arahan tangannya menunjukan gambar pada resep. Tuan Asing seakan terbuai dengan semua yang ada di dalam diri Odele.

Odele : Tuan..

Tuan Asing : Gadis ini benar-benar cantik. Suaranya juga merdu. Entah kenapa hanya melihat dan mendengar suaranya saja aku jadi tenang. [ Masih menatap ]

Selama Odele menjelaskan makanan yang ada di buku resep, tidak ada satu pun respon dari Tuan Asing. Tentu saja itu membuat Odele curiga kenapa Tuan Asing diam saja. Setelah Odele selesai menjelaskannya. Odele terkejut karena Tuan Asing menatapnya. Odele pun memanggil namanya.

Odele : Tuan Asing? Taun melamun ?

Tuan Asing : Ah sial! Aku menatapnya terlalu lama dan terlalu terlihat. Sial sial sial. Dasar bodoh. Kenapa kau bisa melakukan hal memalukan ini?! Ini adalah pertama kalinya aku menatap wajah wanita. [ Wajah langsung memerah ]

Panggilan pertama tidak ada respon. Odele pun memanggil namanya sekali lagi. Dan untungnya Tuan Asing tersadar dan wajahnya langsung memerah karena dia tidak menyangka wajah Odele dan wajahnya saling berhadapan begitu dekat.

Odele : Tuan? Tuan tidak apa-apa? Kenapa Tuan diam saja? Wajah Tuan kembali memerah. Tuan bisa mendengarku, kan?

Tuan Asing : Iya aku bisa mendengarmu. Tenang, aku sudah sadar kembali. Ingin rasanya aku pukul mataku ini.

Tuan Asing benar-benar sangat malu, menutupi seluruh wajahnya dengan tangannya. Wajahnya sangat merah. Dia bagaikan sebuah tomat merah.

Odele : Tuan? Apa penjelasanku terlalu cepat?

Tuan Asing : Tidak. Tidak, Odele. Dengan suaramu yang lembut dan merdu itu membuat aku memahami isi bukunya. [ Menggelengkan kepala ]

Odele : Jadi pagi ini, Tuan ingin sarapan apa?

Karena dari awal Tuan Asing tidak begitu fokus dengan penjelasan Odele. Dia pun dengan asal-asalan menunjuk makanan.

Tuan Asing : Ya? Makan? ... Akh sial. Brengsek, Aku benar-benar tidak fokus. Apa saja. Aku akan makan apa saja. Ini. Ini saja. [ Menunjuk ]

Odele : Tuan yakin ingin makan ini?

Tuan Asing : Iya, aku yakin. Apapun yang kau masak, aku pasti akan memakannya dengan lahap.[ Mengangguk ]

Odele : Um.. Baiklah jika Tuan menginginkannya.Kalau begitu aku akan segera membuatnya.

Tuan Asing : Iya pergilah. Biarkan aku sendiri menyesali rasa malu ini, Odele. Huaaaa aku malu sekali. [ >,< ]

1 jam kemudian. Makanan telah siap.

Odele : Maaf menunggu lama, Tuan. Tadi aku sedikit bingung dengan cara memotong dan memasaknya. Tapi tenang saja, aku jamin makanannya bisa dimakan kok.

Tuan Asing : Tidak apa, Odele. Justru aku yang harusnya berterima kasih karena sudah dibuatkan makanan.[ Jempol ]

Odele : Sebentar, ya Tuan. Aku akan menatanya di meja ini dulu.

Taun Asing : Kalau begitu akan aku bantu menatanya.

Ketika Odele menata makanan dan minuman di meja ruang tamu. Secara tidak sengaja tangan Odele menjatuhkan sebuah cangkir.

Odele : Aaahhh!!

Tuan Asing : Loh ada apa? Kau kenapa, Odele? Apa ada yang sakit? [ Kebingungan ]

Odele : Ah, tidak. Aku hanya terkejut tiba-tiba ada dua tangan yang muncul dan membantu merapikan mejanya. Aku benar-benar lupa bahwa tangan Tuan sudah sembuh.

Tuan Asing : Kau membuatku terkejut. Maaf, aku jadi merasa bersalah karena sudah membuatmu berteriak. [ Merasa bersalah ]

Odele : Tidak. Tuan jangan sedih. Aku juga senang jika Tuan membantuku.

Tuan Asing tidak bermaksud untuk membuat Odele terkejut. Dia hanya berniat untuk membantu Odele menyiapkan makanan di meja. Setelah melihat reaksi Odele yang begitu terkejut. Tuan Asing benar-benar sedih, merasa bersalah dan air matanya keluar tiba-tiba.

Odele : Tuan, Tuan menangis?

Tuan Asing : Apa? Aku menangis? Kau bercanda? Untuk apa aku... Eh.. Air .. Kenapa ada air di pipiku? [ Menangis ]

Odele : Maafkan aku, Tuan. Aku tidak bermaksud memarahi Tuan.

Tuan Asing : Iya aku menangis. Air matanya tidak mau berhenti. Kenapa? Kenapa bisa begitu?

Setelah selesai membereskan pecahan cangkir di lantai. Odele langsung memeluk Tuan Asing yang menangis.

Odele : Aku minta maaf, Tuan. Aku hanya terkejut. Bukan berarti aku tidak senang melihat tangan Tuan sembuh. Apa Tuan bermaksud untuk membantu aku?

Tuan Asing : Iya.. Aku bermaksud untuk membantumu. Hiks. Kenapa air matanya tidak mau berhenti? Odele.. Lakukan sesuatu dengan air mataku ini. Dan jangan memeluk secara tiba-tiba begini. Jantungku tidak siap menghadapinyaaa!!

Odele : Puk puk puk. Sudah jangan menangis lagi. Aku akan menghapus air mata di pipi Tuan.

Tuan Asing : Aaaahhh!! Tidak. Jangan. Wajahku kembali memerah! Huaaaa. Odele, wajahmu terlalu dekat. Dan aku juga tidak bisa menolaknya. [ Mengangguk ]

Odele : Aku jadi tersentuh. Terima kasih sudah mau membantu aku, Tuan. Puk puk puk. Jangan menangis lagi, Tuan.

Tuan Asing : Hiks. Odele, selamatkan jantungku ini. [ Mengangguk ]

Odele : Kalau begitu begini saja. Tugas merapikan makanan diatas meja akan menjadi tugas dan tanggung jawab Tuan. Setuju?

Tuan Asing : Iya! Serahkan tugas itu kepadaku! [ Mengangguk dengan senang ]

Odele : Hehehe~ Tuan sangat menggemaskan. [ Sambil mengelap air mata di pipinya ]

Tuan Asing : Hehe~ [ Wajah memerah lagi ]

Menangis, lalu dipeluk, setelah itu Odele menghapus air mata Tuan Asing. Orang mana yang tidak akan pingsan jika ada wanita cantik melakukan hal itu kepada seorang pria. Tuan Asing langsung jatuh pingsan karena tidak tahan menahan wajah merahnya yang akan segera meledak seperti gunung meletus. Karena pingsannya itu membuat Odele semakin panik dan mereka pun tidak jadi makan pagi bersama.

Hari ketiga. Di pagi hari Odele sudah sibuk memetik hasil panen di kebunnya. Dan hasil panen kali ini, Odele dibantu oleh Tuan Asing. Di hari ketiga kedua kaki Tuan Asing bisa digerakan. Bahkan dia sudah bisa berlari dan berjalan-jalan.

Odele : Terima kasih, sudah mau membantuku, Tuan.

Tuan Asing : Sama-sama, Odele. Lagi pula aku juga sudah bosan berada di atas sofa mulu [ Mengangguk ]

Odele : Dengan begini kita bisa selesai dengan cepat. Ah, Tuan, Permisi sebentar.

Keranjang tomat yang dipegang oleh Tuan Asing terjatuh dan berhamburan ditanah.

Odele : Tu.. Tuan... Tomatnya jadi jatuh.

Tuan Asing : ODELEE BERHENTI MENDEKATI SECARA TIBA-TIBA!! [ Memerah ]

Odele : Aduh jadi berantakan kotor deh. Tenang tenang, biar aku saja yang mengambilnya. Lebih baik Tuan istirahat saja lagi pula keranjang tomat ini cukup berat jika diisi penuh dan tangan Tuan juga belum sembuh seutuhnya.

 

Tuan Asing : Mau sejak kapan kau bersikap seperti ini padaku?! Jantungku hampir berhenti tadi.  [ Langsung menutupi wajahnya dengan kedua tangannya ]

Odele : Loh Tuan kenapa lagi?

Tuan Asing : Ini semua gara-gara kau, Odele. [ Masih memerah ]

Disaat Tuan Asing fokus memetik tomat yang siap panen. Odele yang berada di sebelahnya melihat topi Tuan Asing sedikit miring. Odele berniat untuk merapikan topi itu agar kepala Tuan Asing tidak kepanasan. Namun aksi Odele membuat wajah Tuan Asing memerah lagi. Benar-benar seperti buah tomat yang saat ini sedang mereka petik.

Odele : Hahaha~ Wajah Tuan. Wajah Tuan sangat merah seperti tomat ini. [ Menunjukkan tomatnya ]

Tuan Asing : Odele!!! Jangan lakukan itu kumohon. Kenapa kau suka sekali mempermainkan perasaanku?! [ Malu ]

Odele : Eh, Tuan berkeringat. Untung saja aku bawa sapu tangan. [ Langsung mengelapnya ]

Tuan Asing : Tangan... Kenapa tanganmu mendekat kearahku. Mau kau apakan tanganmu itu, Odeleeee....

Dan untuk kedua kalinya Tuan Asing kembali pingsan.

Odele : TUAN!! BANGUN TUAN!! KENAPA PINGSAN LAGI TUAN?!! TUAAAAAAN....

Odele membangunkan Tuan Asing dengan cipratan air dan untungnya Tuan Asing langsung tersadar dan kembali membantu Odele membawa keranjang-keranjang hasil panen kedalam rumah. Cukup memakan waktu seharian untuk memetik semua hasil panen. Jika saja Tuan Asing tidak pingsan mungkin akan selesai setengah hari.

Odele : Hap! Ini keranjang terakhir. Kita taruh di ruang tamu saja dulu. Sekarang Tuan istirahat saja. Aku akan menyiapkan minuman segar untuk kita berdua.

Tuan Asing : Tidak. Biar aku yang membuat minumannya. [ Menghadang ]

Odele : Ada apa? Tuan tidak haus?

Tuan Asing : Aku – yang membuat -  minumannya. Aku, aku, aku.[ Menunjuk dirinya sendiri

Odele : Ah. Tuan ingin membuat minumannya ?

Tuan Asing : Ya. Aku yang membuat minumannya. Kau istirahat saja.[ Mengangguk ]

Odele : Tuan yakin? Tadi saja Tuan sudah pingsan karena kepanasan.

Tuan Asing : Aku pingsan? Kapan? [ Loading ]

Odele : Tuan tidak ingat kalau tadi pingsan?

Tuan Asing : Aaahhhhh. Itu karena kau yang membuatku pingsan, Odele [ kembali ingat dan langsung memerah]

Odele : Sudah biar aku saja yang melakukannya. Tuan istirahat saja dikamar.

Tuan Asing : Sudah kubilang aku saja yang membuatnya. Ayo kemarilah. Kau duduk saja disini. Biar aku yang membuat minumannya. [ Menarik Odele untuk duduk disofa ]

Odele : Heheh~ Baiklah baiklah. Aku sangat menantikan minuman segarnya, Tuan. Aku akan menunggu di sofa ini.

Tuan Asing : Oke. Aku pastikan minumanku akan membuat rasa hausmu hilang. [ Tersenyum ]

Setelah kaki Tuan Asing sembuh. Dia meminta Odele untuk meyerahkan bagian dapur kepadanya. Mulai dari makan pagi, siang, sore, menyiapkan bahan-bahan masakan, mencuci piring. Semua dilakukan oleh Tuan Asing. Mungkin saja Tuan Asing adalah seorang koki profesional di sebuah restoran terkenal. Semua makanan yang dia buat selalu enak.

Odele : Woaaaah! Cantik sekali minumannya. [ Langsung minum ]

Tuan Asing : Hoho~ Apa kau belum pernah melihat minuman ini?[ Senang mendengar pujian ]

Odele : Uhm~ Enak sekali. Wah kemampuan Tuan dalam urusan perut memang juara. Semua makanan dan minuman yang Tuan buat selalu cocok dengan perutku~

Tuan Asing : Selain pekerjaanku yang begitu berat, aku juga bisa memasak dan membuat camilan untuk diriku sendiri. Apalagi kalau berada di medan perang. Kita harus bisa bertahan hidup di tempat seperti itu.[ Malu ]

Odele : Ayo, duduklah. Jangan berdiri terus. Tuan juga harus minum. Kita minum sama-sama.

Tuan Asing : Baiklah. Selamat minum.[ Mengangguk ]

Mereka menghabiskan waktu istirahat mereka dengan saling mengobrol dan ditemani segelas minuman segar diatas meja.

Odele : Aku sudah selesai istirahat. Sekarang waktunya memindahkan keranjang-keranjang ini.

Tuan Asing : Tidak! Kau tidak boleh melakukannya. [ Menghadang lagi ]

Odele : Ada apa lagi, Tuan?

Tuan Asing : Biar aku yang memindahkan keranjang ini. [ Menunjuk diri sendiri ]

Odele : Tuan juga ingin membantu ? Baiklah, Tuan yang keranjang itu. Aku keranjang ini.

Tuan Asing : Tidak, Odele. Bukan begitu maksudku. Biarkan aku yang membereskan semua keranjang ini. [ Menghadang lagi ]

Odele : Bukan seperti itu? Lalu maksud Tuan apa?

Tuan Asing : AKU – YANG MEMINDAHKAN – SEMUA KERANJANGNYA.

Odele yang kebingungan dengan bahasa isyarat Tuan Asing. Anggota tubuh Tuan Asing yang belum bisa digerakan adalah daerah. Sebenarnya mulut Tuan Asing bisa digerakan untuk makan tetapi suaranya tidak mau keluar. Dan itu yang membuat komunikasi Tuan Asing dan Odele menjadi terganggu.

Odele : Ah. Tuan yang akan memindahkan semua ini?

Tuan Asing : Akhirnya kau mengerti juga. [ Mengangguk ]

Odele : Tapi ini banyak sekali. Tuan pasti capek. Biarkan aku membantunya juga.

Tuan Asing : Aku kuat Odele. [ Memukul dadanya sendiri ]

Tuan Asing berniat untuk memindahkan semua keranjang hasil panen ini ke dalam ruangan persedian makanan sendirian. Dan Tuan Asing tidak ingin Odele membantunya.Karena hari sudah gelap dan waktunya mereka untuk istirahat. Tuan Asing menarik tangan Odele, membawanya ke lantai 2 dan memasukannya ke dalam kamar, lalu menutup pintu kamarnya dan menahan pintu itu agar Odele tidak keluar dan mengerti maksud tujuannya.

Odele : Baiklah baiklah. Aku mengerti, Tuan. Sekarang buka pintunya dulu.

Tuan Asing pun membuka pintunya.

Odele : Tuan ingin melakukannya sendiri, benar?

Tuan Asing : Iya, aku sendiri yang melakukannya. [ Mengangguk ]

Odele : Lakukanlah Tuan. Aku tidak akan menganggu. Kalau begitu aku akan pergi mandi saja.

Tuan Asing : Iya, mandilah yang bersih.[ Mengangguk ]

Tuan Asing berjalan menuju tangga tapi tiba-tiba Odele memeluknya dari belakang.

Odele : Terima kasih, Tuan. Sudah bersikap baik kepadaku. Selalu membantuku. Dan maaf aku selalu merepotkan Tuan. Padahal Tuan adalah pasien dirumah ini tetapi justru Tuan yang bekerja melakukan pekerjaan rumah.

Tuan Asing langsung mematung. Berdiri tegak. Kaku. Benar-benar seperti patung. Dan tidak ada respon apapun

Odele : Tuan? Tuan mendengarkanku, kan? Kenapa diam saja?

Odele penasaran dengan sikap kaku Tuan Asing. Dia langsung berjalan kedapan. Berhenti di depan Tuan Asing dan melihat Tuan Asing menangis dan wajah benar-benar merah.

Odele : Tidak!! Jangan pingsan lagi!!!

Tuan Asing : Hiks

Odele : Tuan kenapa? Jangan menangis lagi, Tuan. Kenapa Tuan cengeng sekali. Bahkan lebih cengeng daripadaku.

 

Tuan Asing : Hiks hiks.

Odele : Eh? Tangisan Tuan. Tangisan Tuan ada suaranya!

Tuan Asing : Kau benar. Tangisanku bersuara. [ Mulai sadar ]

Odele : Wah selamat Tuan~ Selamat. Akhirnya Tuan bisa mengeluarkan suara. Wah hebat. Padahal sejak kemarin tidak ada suara tangisan.

Dan Odele memeluk lagi dari depan. Kali ini Tuan Asing membalas pelukan Odele. Tangannya dengan ragu-ragu mulai memeluk Odele.

Odele : Selamat Tuan. Semoga sebentar lagi suara Tuan juga bisa kembali. Dan kita bisa mengobrol dengan nyaman.

Tuan Asing : Terima kasih, Odele. Kau satu-satunya wanita yang membuat jantungku sama sekali tidak berada di posisi aman. Tapi aku tidak keberatan dengan pelukan hangat ini.[ Mengangguk ]

Odele : Ya sudah, Tuan lanjutkan pekerjaannya. Aku akan segera mandi.

Dihari ketiga. Tuan Asing sudah mulai menempati kamar kosong di lantai satu yang Odele tunjukan.

Hari keempat. Pagi hari ketika Tuan Asing dan Odele masih tertidur di dalam kamarnya. Odele yang begitu tenang dalam tidurnya. Namun berbeda dengan kamar Tuan Asing. Dia terlihat seperti kesakitan dan kepanasan. Keringatnya terus menerus keluar hingga membuatnya terbangun.

Tuan Asing : Haaa haaa... Kenapa.. Kenapa panas sekali disini? Apa aku demam? Minum. Aku harus minum.

Tuan Asing pun mengambil segelas air diatas meja kamarnya.

Tuan Asing : Sepertinya matahari baru saja terbit. Tapi kenapa badanku panas sekali. Lebih baik aku membuka baju lalu mandi.

Karena badannya yang begitu panas. Dia pun pergi ke kamar mandi. Bak mandi yang penuh dengan air dingin, ketika Tuan Asing memasukkan kaki lalu seluruh badannya membuat air itu terus keluar dari bak mandi.

Tuan Asing : Aah. Dinginnya. Rasa panas dibadanku mulai berkurang. Apa aku salah minum obat? Tapi aku sudah berhenti minum obat sejak kakiku bisa berjalan. Atau ada serangga di atas ranjangku? Sepertinya tidak.

Kira-kira sudah 2 jam Tuan Asing berendam didalam bak mandi. Untungnya dia berendam dalam keadaan sadar.

Tuan Asing : Sinar matahari sudah semakin naik. Sepertinya sudah terlalu lama aku berendam didalam air.

Ketika Tuan Asing mencari baju di dalam lemarinya. Dia tidak menemukan pakaian yang cocok untuk dia kenakan.

Tuan Asing : Kenapa tidak ada baju disini? Harusnya ada. Ah, aku baru ingat. Kemarin kita berkebun dan aku memakai baju terakhirku. Pasti ada baju bersih di sofa ruang tamu.

Terdengar suara ketukan pintu kamar Tuan Asing. Sudah pasti itu Odele yang mengetuk pintu.

Odele : Tuan, aku membawakan baju kering untukmu. Apa Tuan sudah bangun ?

Tuan Asing : Pas sekali Odele kesini membawakanku pakaian. [ Pergi menuju pintu ]

Odele : Tuan, ini bajunya. Oh. Apa anda baru selesai mandi ?

Tuan Asing : Bagaimana kau tahu ?

Odele : Terlihat dari dada bidang Tuan yang basah ini. Lalu handuk menutupi bagian bawah tubuh dan melipatnya dilingkar pinggang. Ah, dan rambut Tuan juga basah.

Tuan Asing : ....?

Odele : Tuan?

Tuan Asing : Kau... Kenapa mengatakan hal mesum seperti itu!!! [ Wajah Memerah ]

Odele : Apa mesum ? Kenapa Tuan mengatakan itu padaku?! Aku tidak mesum.

Tuan Asing : Lalu kenapa kau detail sekali menjelaskan itu padaku?

Odele : Itu karena Tuan dalam kondisi seperti itu?! Nih. Bajunya sudah kering.

Tuan Asing : Kau benar-benar tidak tahu malu mengintip orang tidak pakai baju.

Odele : TUAN!! Jangan mengatakan hal yang memalukan seperti itu!!

Tuan Asing pun langsung mengambil baju kering itu dan langsung menutup tubuh bagian atasnya dengan baju kering.

Tuan Asing : Aku jadi terlihat seperti pria mesum di depan seorang gadis.

Odele : Memangnya kenapa? Lagi pula aku sudah berkali-kali melihat tubuh Tuan tanpa busana dihari pertama. Kenapa pakai terkejut segala.

Tuan Asing : Apa kau bilang? [ Wajah merahnya sudah hampir meledak ]

Odele : Iya, Aku sudah berkali-... Uhmmm hmmm

Tuan Asing yang benar-benar malu saat itu langsung menutup mulut Odele dengan tangannya.

 

Tuan Asing : Berhentilah mengatakan hal mesum seperti itu, Odele.

Odele : Uhmmm mmmm ummmm.

Tuan Asing : Berjanjilah kepadaku untuk berhenti.

Odele : [ Mengangguk ]

Tuan Asing : Dasar.

Odele : Buahahaha

Tuan Asing : Kenapa tertawa? Pergi sana.

Odele : Sudah lama aku tidak bertengkar seperti ini. Baiklah aku akan pergi.

Ketika Odele berhenti melangkah. Dia memutar badannya kearah Tuan Asing. Dan membuat Tuan Asing kebingungan.

Tuan Asing : ...

Odele : ...

Tuan Asing : Ada apa? Kenapa berhenti?

Odele : Suara? Tuan sudah bisa berbicara?!

 

Tuan Asing : Wah, kau benar. Aku sudah bisa berbicara.

Setelah Tuan Asing bisa berbicara. Perkenalan resmi pun dimulai. Tuan Asing memperkenalkan dirinya dengan nama Felix. Dan dihari keempat inilah Odele akan memanggil pria asing itu dengan panggilan Felix.

Lalu hari kelima. Terdengar suara orang mengetuk pintu kamar Odele.

Odele : Hmm? Iya iya aku bangun. Sebentar aku buka kan pintunya.

Dengan jalan sempoyongan dan nyawa yang belum terkumpul banyak. Odele membuka pintu dan...

Felix : Ini sudah pagi. Mandilah. Aku sudah menyiapkan sarapan untuk kita berdua.

Odele : Menyiapkan sarapan sepagi ini. Memangnya kau bangun jam berapa?

Felix : Odele, ini sudah hampir jam 10. Bukan pagi lagi. Ayo cepat, mandilah. Aku akan menunggumu.

Odele : Iya, baiklah.

Felix : Jangan tidur lagi.

Odele : Iya, baik.

Akhirnya Tuan Asing sudah sepenuhnya sembuh. Tidak ada lagi luka di tubuhnya. Semuanya kembali utuh. Anggota tubuhnya sudah benar-benar sembuh. Dengan ini komunikasi diantara mereka berjalan dengan mudah.

Beberapa jam kemudian. Karena tidak ada kabar. Felix memanggil Odele dengan suara keras dari dapur.

Felix : ODEEEELLEEE!! KENAPA LAMA SEKALI?! CEPAT TURUN.

Odele : Heheh iya iya, aku turun. Maaf lama.

Felix : Kau tidur di kamar mandi.

Odele : Cuman sebentar kok, setelah itu bangun lagi 

Felix : Oh...Eh.. Apa?

Odele : Sudah sudah ayo kita sarapan. Lapar banget nih aku.

Felix : Dasar

Terpopuler

Comments

eva purwita

eva purwita

pensrn dngn keluargnny

2020-12-26

1

alien

alien

penasaran ada apa dengan keluarga si odelle

2020-12-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!