Episode 3

Hari pertama Odele untuk hidup sendiri telah dimulai.

Odele : Hmm Baunya harum sekali. Ini adalah masakan pertamaku dipagi hari. Jika Hebi mencicipi makanan ini, aku jamin dia akan ketagihan. Heheh~

Bangun pagi, mandi, mengenakan pakaian lalu setelah itu pergi ke dapur untuk membuat sarapan. Itulah awal kegiatan Odele setelah bangun tidur. Selama ada Hebi yang bertugas di dapur, terkadang Odele juga ikut membantu Hebi.

Odele : Sup hangatnya sudah siap. Aku harap dia menyukainya. Sekarang tinggal mengambil mang..kuk.. Eh Loh-..

Bangun pagi, berada di dapur dan bukan membuat sarapan untuk dirinya sendiri? Lalu untuk siapa Odele membuat sup hangat? Apakah para pelayannya sudah pulang? Jika itu benar, harusnya para pelayan tidak akan mengizinkan Odele untuk berada di dapur.

Odele : Oh, Kau sudah bangun? Syukurlah. Aku khawatir setengah mati. Sebentar, aku bantu kau berdiri.

xx : ...

Odele : Jangan banyak bergerak dulu. Kau terluka parah.

Terluka? Siapa? Bukankah ini aneh jika Odele menanyakan hal itu? Atau jangan-jangan ini ada hubungannya dengan kejadian kemarin? Suara benturan yang cukup keras dari luar rumah ditengah malam.

Odele : Hei, apa kau bisa melihatku dengan jelas?

xx : ....

Odele : Tidak ada respon. Apa kau bisa mengerti bahasaku? Jika kau mengerti apa kau bisa menggerakan jarimu ?

xx : [ Menggerakkan jari ]

 

Odele : Ah, Syukurlah. Aku hampir saja kebingungan bagaimana caranya berkomunikasi denganmu. Aku akan kesulitan jika kau tidak bisa mengerti bahasaku. Sebentar aku rapikan dulu.

xx : ...

Sebenarnya ada apa dengan kejadian kemarin malam? Apakah ada pencuri yang masuk? Tapi itu tidak masuk akal jika ada pencuri yang menerobos masuk? Lalu kenapa Odele memperlakukannya seperti seorang pasien yang terluka parah?

Kejadian tengah malam. Ketika Odele tertidur lelap setalah makan malam. Beberapa jam setelah itu terdengar suara benturan dan aungan hewan buas. Seperti suara hentakan kaki manusia yang berlari menghindari sesuatu. Seakan ada yang mengejarnya dengan cepat

Tidak hanya itu terdengar juga suara hewan berkerumun yang sedang mengejar mangsanya. Mereka saling mengejar. Menghindar dan menangkap. Lalu tiba-tiba. BRAAAAAAAK. Benturan suara bagaikan melempar sesuatu dengan keras. Odele yang tertidur pulas pun ikut terbangun dan terkejut.

Odele : Apa itu ? Suara apa itu?

Odele yang terkejut dan gemetar. Memanggil para pelayan dan Kepala Pelayan. Odele berpikir bahwa suara itu berasal dari salah satu dari mereka.

Odele : Eri, Cia, Hana. Ada apa? Kenapa ribut sekali?

Tidak ada respon sama sekali.

Odele : Mungkin itu Hebi. Hebi, ini sudah malam apa yang kau lakukan di dapur?

Tetap tidak ada respon.

Odele : Aneh. Kenapa tidak ada jawaban? Lebih baik aku turun dan periksa.

Karena tidak ada jawaban dari Eri, Cia, Hana, dan Hebi. Maka dengan terpaksa Odele pun turun dari tempat tidur dan menuju asal suara itu. Namun setelah dia keluar kamar dan melihat situasi rumah masih gelap dan lampu kuning malam masih menyala.

 

Odele : Loh? Kenapa masih gelap? Apa mereka semua ada di lantai bawah ?

Kamar Odele berada di lantai 2. Sedangkan kamar para pelayan dan Kepala Pelayan berada di lantai 1. Langkah Odele sudah berada di dapur, dan dia mendapati lantai bawah masih gelap dan hanya disinari lampu malam.

Odele : Sebenarnya mereka kemana sih? Kenapa rumah ini masih gelap. Hei, keluarlah. Apa yang kalian lakukan sebenarnya ? Dan suara berisik apa tadi itu?

Odele pun mulai berjalan menuju dapur. Karena biasanya mereka selalu berkumpul di dapur.

Odele : Hei, kenapa tidak... ada.. yang menjawabku... Ha ha ha. Aku lupa. Kalau mereka belum kembali.

Setelah sampainya di dapur. Dia pun kembali bahwa para pelayannya belum kembali. Tidak ada satu pun pelayannya yang kembali.

Odele : Dasar Odele bodoh!! Kenapa kau bisa lupa dengan hal ini.

Ketika Odele berada di dapur, suara itu terdengar lagi. Tetapi lebih keras dan membuat Odele terkejut.

Odele : AAAAAAH!!! Benar-benar deh. Aku terkejut tahu!!! Aku akan memeriksanya.

Odele pun langsung sigap mencari senjata. Dia menemukan tongkat kayu di pojok dapur.

Odele : Ukh, beratnya. Tapi tongkat ini untuk apa disitu ya ? Hebi, Aku pinjam dulu ya. Aku harus menyelamatkan rumah kita.

Suara itu terdengar sangat keras bahkan tidak berhenti sama sekali. Semakin Odele mendekat ke pintu, semakin besar rasa takutnya.

Odele : Hebi, Aku takut. Bagaimana ini. Kalau aku diam saja, rumah ini bisa hancur.

Sambil merengek memanggil nama-nama pelayannya. Malam pertama Odele yang begitu menegangkan. Siapa pun yang berada dalam posisi Odele, pasti akan ketakutan. Apalagi jika dia hidup sendiri seperti Odele.

Odele : Eri, Aku hanya melihat kondisi rumah kita saja kok. Aku tidak kabur atau meninggalkan rumah. Tenang saja, aku masih ingat dengan janji kita.

Dengan meyakinkan diri bahwa semuanya akan baik-baik saja. Kunci pintu pun terbuka. Perlahan Odele membuka pintu. Angin dingin malam mulai memasuki rumah Odele. Seketika Odele merasakan kedinginan yang tidak pernah dia rasakan.

Odele  : Brrrrrr. Astaga. Dingin sekali udara malam ini. Ini pertama kalinya aku merasakan udara malam. Biasanya mereka yang mengatur suhu ruangan.

Udara malam yang dingin seakan memberi ucapan salam perkenalan kepada Odele. Badannya mulai menggigil. Rasa ingin tahunya pun semakin hilang. Karna dia yakin, jika dia membuka pintu ini lebar-lebar dan melangkahkan kakinya keluar. Maka dia akan membeku dan tidak akan ada yang menolongnya.

Odele : Tidak, tidak. Aku tidak berani. Ini terlalu dingin bagiku. Bisa-bisa aku mati membeku sebelum mereka kembali.

Odele pun memutuskan untuk kembali masuk ke dalam rumah. Ketika Odele sudah masuk dan ingin menutup pintu. Tiba-tiba terdengar suara.

Odele : Ini tidak bisa dibiarkan. Aku akan ambil jaket dan lampu penerang.

Hanya dibantu lampu penerang yang dia pegang dan lampu taman. Odele berusaha sangat kuat mencari sumber suara tersebut. Matanya yang terbuka lebar, telinganya berusaha menyaring suara-suara malam.

Di taman depan halaman rumah Odele terdapat sebuah gudang. Gudang itu tempat penyimpanan peralatan dan perlengkapan perkebunan Odele. Dan pintu gudang itu terbuka setengah.

Odele : Kenapa pintu gudang terbuka ? Bukankah tadi siang aku dan Eri sudah menutup dan menguncinya. Aneh.

Odele pun masuk dan memeriksa barang-barang di dalam gudang. Terlihat ada bercak darah di pintu gudang. Tidak hanya di pintu gudang saja. Tetapi seluruh barang-barang di gudang sangat berantakan. Semuanya tergeletak di tanah.

Odele : Apa-apaan ini semua!! Kenapa berantakan sekali?! Aku yakin, aku dan Eri sudah merapikan tempat ini sebelum Eri pergi. Ukh. Bau sekali. Merah. Apa ini? Kenapa banyak sekali cairan merah? Darimana asalnya?

Tanpa ada rasa takut, Odele menyentuh darah itu lalu menciumnya. Tidak ada respon terkejut darinya. Jika orang biasa akan langsung terkejut dan berteriak atau bahkan sampai pingsan jika melihat darah. Tapi dia tetap tenang seakan selalu melihat darah itu setiap hari.

Odele : Kebun? Kebunku. Kalau gudang saja berantakan. Bagaimana dengan kebunku?! Aku harus kesana.

Tanpa pikir panjang Odele pun langsung bergegas menuju kebunnya. Dan tiba-tiba kaki Odele menyentuh sesuatu dan membuatnya terjatuh ke tanah.

Odele : Aduh! Sakit. Apa itu tadi? Sepertinya aku menginjak sesuatu... Tidak.. Itu seseorang.

 

Dikegelapan malam. Odele melihat ada tubuh seorang manusia yang tergeletak tak berdaya dan terluka sangat parah di atas kebun miliknya. Tubuh manusia laki-laki dengan darah yang terus keluar dari tubuhnya tanpa berhenti.

Odele : Hei. Hei. Apa kau masih hidup? Hei. Apa kau dengar suaraku? Bagaimana ini, sepertinya dia tidak sadarkan diri.

Hanya membangungkan dengan suara keras tanpa menyentuh manusia itu. Odele berusaha untuk menyadarkan dan membangunkan orang asing itu. Karena dia tidak terima bahwa kebun yang selama ini dia bikin berasa para pelayannya telah dirusaki oleh orang asing.

Odele : Hei, ayolah bangun. Jangan tidur diatas kebunku. Ini kebunku. Dan jangan merusak kebunku. Hei. Astaga, Tuan, kalau anda tidak bangun, maka saya yang akan membawa anda.

Yang paling penting bagi Odele bukanlah asal usul datangnya orang asing itu melainkan kebunnya yang rusak. Apalagi kebunnya sudah siap panen. Dengan kekuatannya yang seadaanya, Odele mulai mengangkat tubuh itu. Dengan cara apa? Tentu saja dengan berbagai cara. Mulai dari diseret, ditarik, digendong, dan sebagainya.

Odele : Ukh.. Berat sekali orang ini. Ayo Odele, kau harus menyelamatkan kebunmu. Mereka sudah siap panen dan kau harus menjadi orang pertama yang mencoba hasil panennya. Semangat Odele.

Odele Akhirnya sampai juga. Aduh punggungku. Seluruh badanku sakit semua.

Odele pun berhasil membawa orang asing itu masuk ke dalam rumahnya. Langsung saja dia meletakkan tubuh orang asing itu di sofa ruang tamu. Ini pertama kalinya Odele membawa orang asing masuk kedalam rumah. Seluruh tubuh Odele penuh dengan darah.

Odele : Aduh, badanku jadi berwarna merah. Aku harus mandi. Hei, Tuan, Aku tinggal dulu, ya. Aku akan segera kembali. Jadi bertahanlah. Aku juga akan membawakan obat-obatan untukmu. Oh Iya, pintunya masih terbuka.

Setelah memasukan orang asing itu kedalam rumah. Bau darah dari orang itu menghiasi seluruh sudut rumah. Sebelum merawat orang asing itu, Odele terlebih dahulu untuk membersihkan badannya. Kemudian tidak lupa juga menyiapkan obat-obatan dan pakaian bersih untuknya.

Odele : Wah dia benar-benar tidak sadarkan diri. Hei, Tuan. Aku akan membersihkan lukamu. Ini adalah pertama kalinya aku merawat pasien selalu Eri, Cia, Hana, dan Hebi. Ingat, ya. Kau tidak boleh memarahiku jika hasilnya tidak rapi dan profesional. Aku sudah berusaha semampuku.

Klinik dadakan Dokter Odele akan segera dimulai. Odele mulai merobek pakaian dari orang asing itu. Terlihat badannya penuh luka goresan yang begitu dalam.

Odele : Ini pasti sakit sekali. Tapi... Tunggu... sepertinya aku tahu ini luka goresan apa. Tuan memang orang yang kuat sampai bisa bertahan seperti ini.

Odele telah menyiapkan satu air hangat dalam wadah besar beserta handuk kecil untuk membersihkan darahnya. Sudah tidak terhitung berapa kali dia pergi ke kamar mandi untuk membuang air berwarna merah dan menggantinya dengan air bersih.

Odele : Ini sudah yang keberapa ya. Kenapa darahnya masih saja keluar. Badannya juga mulai panas. Aku harus segera menyelesaikan ini agar tubuhnya tidak kedinginan dan tetap hangat.

Jarum jam dinding rumah terus berputar. 1 jam, 2 jam, 3 jam, Dan akhirnya Klinik Dadakan Dokter Odele tengah malam telah berakhir dan dia berhasil menyelesaikannya dalam waktu 5 jam.

Odele : Aduh, punggungku sakit. Luar biasa kau Odele. Kau bisa membersihkan luka orang asing ini tanpa bantuan sedikitpun. Jika mereka mengetahui hal ini, aku yakin mereka pasti akan bangga.

Pria asing itu sudah terlihat lebih manusiawi. Bercak darahnya sudah hilang. Pakaiannya juga sudah diganti dengan pakaian bersih oleh Odele. Wajahnya juga mulai terlihat seperti manusia, tidak seperti sebelumnya. Wajahnya tertutupi tanah dan darah merah.

Odele : Hmm, orang ini masih muda. Sepertinya dia seumuran dengan Kakak. Apa dia teman Kakak? Tapi kenapa aku tidak diberitahu? Ah. Aku tahu. Apa mungkin orang ini adalah pengantar kabar dari Hebi?  Tapi itu terlihat jadi semakin aneh. Lebih baik sekarang aku tidur. Aku ngantuk.. hoam.. sekali.

Odele : Ukkkh. Badanku. Semuanya sakit sekali. Aku harus sering olahraga. Malam ini begitu melelahkan. Aku harap malam ini orang itu bisa tidur dengan nyenyak. Selama malam dan selamat tidur, Orang Asing.

Odele yang begitu kelelahan langsung tertidur pulas di kamarnya. Sama halnya dengan kondisi orang asing itu. Nafasnya sudah kembali normal, detak jantungnya juga kembali normal tidak seperti sebelumnya. Detak jantung yang sangat lemah seakan kematian telah ada di depan matanya.

Pria itu tidur di sofa dengan api unggun yang menyala, menghangatkan seluruh ruangan itu. Tidak lupa juga Odele memberinya selimut dan juga bantal agar dia bisa tidur lebih nyenyak lagi.

Odele : Uhm.. Sudah pagi rupanya. Tapi aku masih ngantuk dan badanku masih sakit. Biarkan aku tidur 2 jam lagi.

15 menit

30 menit

1 jam kemudian

Odele : Aaaaaahhhhh!! Aku lupaaaaa. Gawat. Dasar bodoh, Bagaimana bisa kau seceroboh ini?

Karena terlalu lelah mulai dari badan hingga jiwanya atas kejadian kemarin malam. Odele benar-benar bangun sangat kesiangan. Dia bangun 1 jam lebih lama dari biasanya. Dengan cepat dia merapikan tempat tidurnya, lalu pergi mandi, berpakaian dan kemudian pergi ke lantai bawah untuk melihat Sang Pasien.

Odele : Eh...? Dia masih belum bangun? Sudah jam segini dan dia belum bangun? Dia masih hidup,kan? Mari kita lihat nafasnya.

Orang Asing itu masih tertidur nyenyak diatas sofa. Walaupun sinar matahari sudah masuk ke dalam rumah dan menyinari seluruh hutan. Pria itu masih tidur dengan nyenyaknya.

Odele : Syukurlah dia masih bernafas. Apa ini efek dari obat yang kuberikan semalam? Lebih baik aku membuatkan makanan untuknya. Siapa tahu dia bangun dan lapar.

Odele : Enaknya masak apa ya ? Bahan makanan masih lengkap dan aku jadi bingung mau masak apa... Ah... Aku akan masak itu saja. Makanan itu sangat cocok untuk orang sakit. Semoga dia suka.

Makanan apa yang akan dibuat Odele untuk Sang Pasien? Sebelum Eri pergi, dia sudah meyiapkan kumpulan buku-buku resep untuk Odele yang mudah untuk diolah menjadi makanan. Eri tidak ingin Nona majikannya kelaparan selama dia pergi.

Odele : Hmm Baunya harum sekali. Ini adalah masakan pertamaku dipagi hari. Jika Hebi mencicipi makanan ini, aku jamin dia akan ketagihan. Heheh~

Bangun pagi, mandi, mengenakan pakaian lalu setelah itu pergi ke dapur untuk membuat sarapan. Itulah awal kegiatan Odele setelah bangun tidur. Selama ada Hebi yang bertugas di dapur, terkadang Odele juga ikut membantu Hebi.

Odele : Sup hangatnya sudah siap. Aku harap dia menyukainya. Sekarang tinggal mengambil mang..kuk.. Eh Loh-..

Makanan telah siap, tinggal menyiapkan peralatan makannya saja. Namun tiba-tiba Odele terkejut melihat orang asing itu sadar.

Odele : Oh, Kau sudah bangun? Syukurlah. Aku khawatir setengah mati. Sebentar, aku bantu kau berdiri.

xx : ..

Odele : Jangan banyak bergerak dulu. Kau terluka parah.

xx : ..

Odele : Hei, apa kau bisa melihatku dengan jelas?

xx : ....

Odele : Tidak ada respon. Apa kau bisa mengerti bahasaku? Jika kau mengerti apa kau bisa menggerakan jarimu ?

xx : [ Menggerakkan jari ]

Odele : Ah, Syukurlah. Aku hampir saja kebingungan bagaimana caranya berkomunikasi denganmu. Aku akan kesulitan jika kau tidak bisa mengerti bahasaku. Sebentar aku rapikan dulu.

xx : ...

Odele : Jangan takut, aku buka orang jahat. Bisa dibilang aku adalah orang yang menyelamatkanmu dari kematian. Kau terluka sangat parah, aku juga mengobati dan merawat lukamu. 

xx : [ Menggerakkan jari ]

Odele : Dan saat ini kau berada dirumahku. Ini rumahku. Ada apa ? Kenapa kau menatapku seperti itu? Sudah kubilang aku bukan orang jahat. Kau tidak perlu takut atau khawatir. Apa kau mengerti ?

xx : [ Menggerakkan jari ]

Odele : Anak pintar. Oh ya, Apa kau lapar? Aku baru selesai masak. Aku membuatkanmu makanan. Mudah-mudahan makanan ini sesuai dengan seleramu. Sebentar aku siapkan dulu.

Mata pria asing itu terus tertuju pada Odele. Saat berada di dapur, Odele tetap berbicara seakan mengajak ngobrol pria asing itu.

Odele : Nah, ini dia. Kalau aku sakit, Hebi selalu membuatkanku sup ini. Rasanya enak dan juga gurih. Kau pasti akan menyukainya.

xx : ...

Odele : Aku akan menyuapimu. Jangan takut, makanan ini aman,kok. Tidak ada racun dan untuk apa juga aku meracuni pasien. Kalau kau tidak percaya, aku juga akan memakannya. Lihat,kan? Tidak ada racun.

Pria asing itu mulai membuka mulutnya perlahan. Walaupun terlihat kesulitan membuka mulut, tetapi aroma harum dari sup buatan Odele membuatnya semakin kelaparan dan ingin segera mencicipinya.

Odele : Jangan memaksakan diri. Kalau kau kesulitan membuka mulut, lakukanlah secara perlahan. Kau tidak harus menghabiskan semua supnya.

xx : [ Menggerakan jari ]

Odele : Astaga, Aku hampir lupa. Kita belum memperkenalkan diri. Namaku Odele Naida. Kau bisa memanggilku Odele. Karena aku tidak tahu namamu dan saat ini kau belum bisa berbicara. Kau tidak masalah kan jika aku panggil "Tuan Asing".

Tuan Asing : [ Menggerakan jari ]

Odele : Wah, Tuan sangat penurut sekali, ya. Baiklah suapan terakhir.

Setelah selesai menyuapi Tuan Asing. Odele membereskan peralatan makan dan bersiap untuk pergi ke kebun.

Odele : Tuan, aku pergi ke kebun dulu, ya. Aku punya kebun di depan rumah. Dan kebunku rusak karena anda. Tapi tidak apa, aku akan merapikannya lagi.

Tuan Asing : ...

Odele : Karena Tuan sudah minum obat, sepertinya Tuan akan segera tidur. Karena obat tadi akan membuat Tuan mengantuk. Tidurlah, anggap saja rumah sendiri. Kalau begitu aku pergi ke kebun dulu ya, Tuan.

Tuan Asing : [ Menggerakan jari ]

Dengan tubuh kakunya bagaikan sebuah batu, tangan dan kaki yang belum bisa digerakan, lalu mulut yang sulit sekali untuk berbicara. Hanya mata dan jari tangannya saja yang bisa dia gerakan. Karena tidak banyak yang bisa dia lakukan, dia hanya melihat Odele kesana kemari melakukn aktivitas hariannya.

Hari sudah gelap. Dan waktunya makan malam. Kira - kira kali ini makanan apa yang akan dibuat oleh Odele. Apakah dia masih akan membuat sup seperti biasanya? Atau makanan yang lain?

Odele : Hmm, kali ini aku masak apa, ya ? Banyak sekali makanan yang mudah untuk dibikin. Buku resep ini benar-benar berguna untukku. Eri adalah pelayan yang sangat profesional. Aku sangat menyukainya.

Tuan Asing : ...

Odele : Tuan, apa ada yang ingin anda makan untuk makan malam kali ini ?

Tuan Asing : ... ?

Odele : Oh, benar. Tuan belum bisa berbicara.  Begini saja, aku akan menunjukkan buku resep ini untukmu dan jika Tuan menyukainya, Tuan harus menggerakan jari Tuan seperti biasanya. Bagaimana ?

Tuan Asing : [ Menggerakan jari ]

Odele : Baiklah, Sebelum kita mulai Tuan harus memberitahuku terlebih dulu makanan yang bisa dan yang tidak bisa Tuan makan. Bagaimana ?

Tuan Asing : [ Menggerakan jari ]

Odele : Jika Tuan menyukai dan bisa memakan itu maka Tuan harus menggerakan jempol Tuan. Dan jika Tuan tidak suka dan tidak bisa memakan makanan itu maka Tuan harus menggerekan telunjuk Tuan.

Tuan Asing : [ Jempol ]

Odele : Wah pintarnyaaa~. Baiklah mari kita mulai.

Odele menunjukkan tiap gambar makanan dan menyebutkan bahan-bahan makanan di dalam resep itu kepada Tuan Asing. Dimulai dari makanan pedas, makanan asam, makanan manis. Makanan berkuah dan juga makan kering, Odele juga memberi tanda di tiap resep, makanan yang bisa dimakan Tuan Asing dan yang tidak bisa dimakan oleh Tuan Asing.

Odele : Wah, Tuan bukan orang yang pemilih ya. Makanan yang bisa Tuan makan justru itu makanan yang tidak bisa aku makan. Kita berkebalikan sekali. Hehehe~

Tuan Asing : [ Tersenyum ]

Odele : Eh..? Tuan bisa tersenyum?

Tuan Asing : [ Malu - malu ]

Odele : Dan sekarang Tuan jadi malu - malu~ Tuan adalah orang yang menyenangkan. Cepatlah sembuh Tuan, agar kita bisa saling berkomunikasi dengan baik. [ Mengelus kepalanya ]

Tuan Asing : [ Malu - malu ]

Odele : Apa Tuan tidak menyukai aku melakukan itu ? Maaf. Aku tidak akan melakukannya lagi.

Tuan Asing : [ Jempol ]

Odele : Hahaha~ Baiklah, aku akan mengelus kepala Tuan. Kalau begitu aku pergi ke dapur dulu, ya. Dengan begitu kita makan malam bersama.

Tuan Asing : [ Jempol ]

Odele pun mulai melakukan aksinya di dalam dapur. Menyiapkan bahan masakan, menyalakan kompor, menyiapkan peralatan makan. Walaupun semuanya dilakukan oleh Odele sendiri. Tidak terlihat ada rasa lelah dan letih menyiapkan makanan untuk orang asing. Odele mengamati buku resep itu dengan penuh hati-hati agar rasa dan penampilannya sama persis dengan buku resep.

Odele : Sekarang tinggal menyiapkan piring dan mangkuknya saja. Kalau tidak salah tadi Tuan Asing sudah bisa membuka mulutnya dengan lebar. Aku rasa sepertinya dia sudah bisa untuk makan nasi. Aku akan menyiapkan semangkuk kecil nasi untuknya. Dia harus mulai belajar makanan yang bertekstur.

Odele : Tuan, Tuan. Makanan sudah siap. Eh,,, Loh...

Tuan Asing : [ Berusaha untuk bisa duduk ]

Odele : Tuan... Tuan sudah bisa duduk ?

Tuan Asing : [ Jempol ]

Odele : Tuan hebat. Wah, aku sangat kaget. Sejak kapan Tuan belajar duduk ? Apa waktu aku berkebun tadi siang?

Tuan Asing : [ Jempol ]

Odele : Wah, Tuan benar-benar hebat. Aku kagum. [ Tiba-tiba memegang tangan Tuan Asing ]

Tuan Asing : [ Wajah memerah ]

Odele : Tuan sudah bekerja keras hari ini. Tapi ingat, jangan terlalu memaksa tubuh Tuan untuk segera sembuh. Semua butuh proses. [ Masih memegang tangan ]

Tuan Asing : [ Wajah makin memerah ]

Odele : Loh, Tuan sakit? Apa Tuan demam? Kenapa wajah Tuan sangat merah? Aduh, Tuan harus minum obat demam. Tapi sebelum itu Tuan harus makan terlebih dulu. Kita langsung makan saja ya, Tuan. [ Langsung melepas tangannya ]

Tuan Asing : [ Wajah kembali normal ]

Odele : Sekarang Tuan belajar makan nasi dulu ya. Kita lakukan pelan - pelan saja. Ah, tenang saja. Aku akan menyuapi Tuan sedikit demi sedikit kok.

Tuan Asing : [ Jempol ]

Odele : Baiklah, Ayo buka mulutnya. Pelan - pelan saja, Tuan. [ Sambil melihat mulut Tuan Asing ]

Ketiak Tuan Asing berusaha membuka mulutnya secara perlahan. Mata Odele menatap mulut Tuan Asing dan membuat wajah Tuan Asing menjadi merah padam. Tuan Asing terlihat sekali perasaan tidak nyamannya ketika ditatap oleh Odele. Dia merasa malu, dan mulai muncul perasaan berdebar dalam jantungnya.

Odele : Aaa~~

Tuan Asing : [ Membuka mulut ]

Odele : Pintarnya~. Dikunyah pelan-pelan saja, Tuan. Jangan buru-buru menelannya. Odele juga akan makan dengan pelan agar kita selesai makannya juga sama-sama

Mereka berdua bagaikan seorang Ibu dan Anak, seorang Guru dan Murid, seorang Kakak dan juga adik, seorang senior dan junior. Harusnya Odele memiliki perasaan takut dan juga khawatir dengan datangnya orang asing dirumahnya.

Odele : Yeay~ Selamat, Tuan berhasil menyelesaikan misi makan malamnya dengan baik dan benar. Nah, sekarang waktunya minum obat.

Tangan Tuan Asing mulai bisa digerakan. Tangan itu mencoba meraih obat yang ada di tangan Odele. Tentu saja, reaksi Odele sangat terkejut dengan kesembuhan Tuan Asing yang begitu cepat.

Odele : Eh eh... Tangan Tuan... Wah, Tuan benar-benar bikin saya terkejut. Dengan begini kesembuhan Tuan bisa dihitung dengan jari. Mungkin 2 atau 3 hari lagi Tuan akan sembuh total. Aku kagum dan bangga.

Tuan Asing : [ Tersenyum mendengar pujian dari Odele ]

Odele : Makan malam sudah selesai. Minum obat juga sudah selesai. Apa kaki Tuan sudah bisa digerakan?

Tuan Asing : [ Telunjuk ]

Odele : Belum, ya. Kalau kaki Tuan sudah bisa digerakan. Ada kamar kosong disebelah sana. Tuan bisa memakai kamar itu untuk beristirahat.

Tuan Asing : [ Jempol ]

Odele : Kalau begitu selamat malam, Tuan Asing.

Tuan Asing : [ jempol ]

Odele : Selamat tidur, Tuan. Oh ya, semua pintu dan jendela dirumah ini sudah aku kunci. Jadi Tuan tidak perlu takut jika ada pencuri atau orang jata.

Tuan Asing : [ Jempol ]

Kesembuhan Tuan Asing yang begitu cepat membuat Odele terkejut. Dan mungkin saja Tuan Asing juga terkejut dengan kesembuhannya yang begitu cepat. Mungkin saja salah satu faktor kesembuhan itu adalah obat yang digunakan Odele untuk Tuan Asing. Obat itu mengandung sihir penyembuh luka yang dibuat oleh Hana. Obat itu akan memberikan efek kesembuhan lebih cepat daripada obat-obat biasa pada umumnya.

Terpopuler

Comments

eva purwita

eva purwita

siap dia

2020-12-26

1

alien

alien

siapa orang ini

2020-12-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!