Hari kedua setelah kedatangan Tuan Asing. Perkembangan kesembuhan lukanya begitu cepat berkat pengobatan yang Odele berikan dan juga obat-obatan herbal sihir yang para pelayan tanam .
Jika di hari pertama Tuan Asing sudah bisa menggerakan jari-jarinya, dan sudah bisa duduk di sofa. Kira-kira di hari kedua penyembuhan bagian tubuh mana lagi yang bisa dia gerakan dengan leluasa.
Odele : Selamat pagi, Tuan Asing.
Tuan Asing : [ Senyum ]
Odele : Bagaimana tidurnya?
Tuan Asing : [ Jempol ]
Odele : Apa tidurnya nyenyak ?
Tuan Asing : [ Jempol ]
Odele : Tuan tidak mimpi buruk, kan ?
Tuan Asing : [ Telunjuk ]
Odele : Wah Tuan hebat. Padahal biasanya kalau sakit selalu mimpi buruk. Kenapa ya bisa begitu? Kupikir semua orang juga mengalami hal yang serupa sepertiku. [ Mengelus kepala Tuan Asing ]
Tuan Asing : [ Wajah Memerah ]
Odele : Tapi apa Tuan benar-benar sudah sehat? Wajah Tuan kembali memerah. Apa aku harus menambah jumlah obatnya, ya?
Tuan Asing : [ Menggelengkan kepala ]
Odele : Apa Tuan yakin?
Tuan Asing : [ Jempol ]
Odele : Baiklah. Apa Tuan ingin duduk ? Aku akan membantu.. Eh.. Ah...
Tuan Asing : [ Dengan bangganya bisa duduk sendiri ]
Odele : Hahaha~ Astaga aku hampir lupa, Tuan kan sudah bisa duduk sendiri. Kalau begitu aku akan melipat selimutnya. Apa Tuan mau secangkir teh hangat? Biasanya setiap pagi aku selalu minum teh hangat.
Tuan Asing : [ Mengangguk ]
Odele : Baiklah~ Tapi Tuan jangan terlalu sering menggerakan kepala. Bagaimana jika kepala Tuan masih sakit. Jadi pela-pelan saja.
Tuan Asing : [ Mengangguk pelan ]
Odele : Kira-kira Tuan Asing suka teh rasa apa ya? Karena dia laki-laki dan sepertinya seumuran dengan Kakak. Lebih baik rasa ini saja.
Melihat Odele yang sudah sibuk di dapur. Tuan Asing juga berusaha menyibukan dirinya dengan menggerakan anggota tubuh yang lain. Dimulai dari kaki, lengan, dan juga mulut.
Odele : Tuan, tehnya sudah .. Aaaa.. Tuan.. Tuan.
Tuan Asing : [ kebingungan ]
Odele : Tuan sudah bisa berdiri? Bagaimana bisa?
Tuan Asing : [ Tersenyum ]
Odele : Lalu bagaimana dengan jalan? Apa Tuan bisa berjalan? Kakinya sudah bisa digerakan ?
Tuan Asing tampak ragu untuk menggerakan kakinya. Karena di hari kedua ini dia masih belum bisa merasakan jari kakinya bergerak.
Odele : Baiklah, tidak apa. Jangan memaksakan diri, Tuan. Duduklah lagi.
Tuan Asing : [ Tersenyum ]
Odele : Tuan benar-benar membuatnya aku sangat terkejut. Ini baru hari kedua tetapi perubahan Tuan banyak sekali. Tuan sudah berusaha sangat keras. Jangan terburu-buru untuk sembuh. Karena semua butuh proses.
Tuan Asing : [ Mengangguk ]
Odele : Ini teh hangatnya. Jika Tuan melihat luka yang Tuan dapat, tidak akan ada yang percaya jika dalam dua hari Tuan mengalami perubahan yang cukup cepat. [ Sambil mengelus kepala Tuan Asing ]
Tuan Asing : [ Memerah ]
Odele : Jika Tuan butuh bantuan, katakan saja padaku. Dengan senang hati aku akan membantu Tuan.
Tuan Asing : [ Mengangguk ]
Odele : Kalau begitu, hari ini Tuan ingin makan apa ? Aku sudah membawakan buku resepnya.
Di sofa ruang tamu. Odele dan Tuan Asing duduk bersama. Odele yang menunjukan buku resep kepada Tuan Asing. Ketika Odele yang sibuk menjelaskan tiap halaman dan bahan-bahan apa saja yang dipakai dalam makanan itu.
Tuan Asing menatap dan memandangi Odele secara tidak sadar. Suaranya yang lembut, penjelasannya yang begitu detail, arahan tangannya menunjukan gambar pada resep. Tuan Asing seakan terbuai dengan semua yang ada di dalam diri Odele.
Odele : Tuan..
Tuan Asing : [ Masih menatap ]
Selama Odele menjelaskan makanan yang ada di buku resep, tidak ada satu pun respon dari Tuan Asing. Tentu saja itu membuat Odele curiga kenapa Tuan Asing diam saja. Setelah Odele selesai menjelaskannya. Odele terkejut karena Tuan Asing menatapnya. Odele pun memanggil namanya.
Odele : Tuan Asing? Tuan melamun ?
Tuan Asing : [ Wajah langsung memerah ]
Panggilan pertama tidak ada respon. Odele pun memanggil namanya sekali lagi. Dan untungnya Tuan Asing tersadar dan wajahnya langsung memerah karena dia tidak menyangka wajah Odele dan wajahnya saling berhadapan begitu dekat.
Odele : Tuan? Tuan tidak apa-apa? Kenapa Tuan diam saja? Wajah Tuan kembali memerah. Tuan bisa mendengarku, kan?
Tuan Asing benar-benar sangat malu, menutupi seluruh wajahnya dengan tangannya. Wajahnya sangat merah. Dia bagaikan sebuah tomat merah.
Odele : Tuan? Apa penjelasanku terlalu cepat?
Tuan Asing : [ Menggelengkan kepala ]
Odele : Jadi pagi ini, Tuan ingin sarapan apa?
Karena dari awal Tuan Asing tidak begitu fokus dengan penjelasan Odele. Dia pun dengan asal-asalan menunjuk makanan.
Odele : Tuan yakin ingin makan ini?
Tuan Asing : [ Mengangguk ]
Odele : Um.. Baiklah jika Tuan menginginkannya.Kalau begitu aku akan segera membuatnya.
Setelah Odele pergi ke dapur. Terlihat jelas wajah lega dari Tuan Asing. Seakan dia menahan rasa malu, dan menahan nafas saat berada di dekat Odele tadi. Tapi untungnya Odele tidak terlalu memperhatikan hal itu. Harusnya itu Tuan Asing senang karena Odele tidak memperhatikan, tetapi ada rasa kekecewaan dalam hati Tuan Asing.
Beberapa jam kemudian. Makanan telah siap.
Odele : Maaf menunggu lama, Tuan. Tadi aku sedikit bingung dengan cara memotong dan memasaknya. Tapi tenang saja, aku jamin makanannya bisa dimakan kok.
Tuan Asing : [ Jempol ]
Odele : Sebentar, ya Tuan. Aku akan menatanya di meja ini dulu.
Ketika Odele menata makanan dan minuman di meja ruang tamu. Secara tidak sengaja tangan Odele menjatuhkan sebuah cangkir.
Odele : Aaahhh!!
Tuan Asing : [ Kebingungan ]
Odele : Tuan.. tangan Tuan sudah bisa digerakan? Aku terkejut sekali tiba-tiba saja ada tangan yang muncul dihadapanku. Jangan lakukan itu lagi, Tuan. Aku benar-benar terkejut.
Tuan Asing : [ Merasa bersalah ]
Ketika Odele sedang memasak di dapur. Tuan Asing berusaha keras untuk menggerakan seluruh anggota tubuhnya. Di hari kedua ini, kedua tangan Tuan Asing sudah bisa digunakan seutuhnya. Tangannya juga sudah bisa digunakan untuk menggenggam barang. Tidak ada rasa nyeri atau sakit sedikit pun. Tuan Asing sangat puas dengan kesembuhannya ini.
Tuan Asing tidak bermaksud untuk membuat Odele terkejut. Dia hanya berniat untuk membantu Odele menyiapkan makanan di meja. Setelah melihat reaksi Odele yang begitu terkejut. Tuan Asing benar-benar sedih, merasa bersalah dan air matanya keluar tiba-tiba.
Odele : Tuan, Tuan menangis?
Tuan Asing : [ Menangis ]
Odele : Maafkan aku, Tuan. Aku tidak bermaksud memarahi Tuan.
Setelah selesai membereskan pecahan cangkir di lantai. Odele langsung memeluk Tuan Asing yang menangis.
Odele : Aku minta maaf, Tuan. Aku hanya terkejut. Bukan berarti aku tidak senang melihat tangan Tuan sembuh.
Tuan Asing : [ Menangis ]
Odele : Apa Tuan bermaksud untuk membantu aku?
Tuan Asing : [ Mengangguk ]
Odele : Aku jadi tersentuh. Terima kasih sudah mau membantu aku, Tuan. Puk puk puk. Jangan menangis lagi, Tuan.
Tuan Asing : [ Mengangguk ]
Odele : Kalau begitu begini saja. Tugas merapikan makanan diatas meja akan menjadi tugas dan tanggung jawab Tuan. Setuju?
Tuan Asing : [ Mengangguk dengan senang ]
Odele : Hehehe~ Tuan sangat menggemaskan. [ Sambil mengelap air mata di pipinya ]
Menangis, lalu dipeluk, setelah itu Odele menghapus air mata Tuan Asing. Orang mana yang tidak akan pingsan jika ada wanita cantik melakukan hal itu kepada seorang pria. Tuan Asing langsung jatuh pingsan karena tidak tahan menahan wajah merahnya yang akan segera meledak seperti gunung meletus. Karena pingsannya itu membuat Odele semakin panik dan mereka pun tidak jadi makan pagi bersama.
Hari ketiga. Di pagi hari Odele sudah sibuk memetik hasil panen di kebunnya. Dan hasil panen kali ini, Odele dibantu oleh Tuan Asing. Di hari ketiga kedua kaki Tuan Asing bisa digerakan. Bahkan dia sudah bisa berlari dan berjalan-jalan.
Odele : Terima kasih, sudah mau membantuku, Tuan.
Tuan Asing : [ Mengangguk ]
Odele : Dengan begini kita bisa selesai dengan cepat. Ah, Tuan, Permisi sebentar.
Keranjang tomat yang dipegang oleh Tuan Asing terjatuh dan berhamburan ditanah.
Odele : Tu.. Tuan... Tomatnya jadi jatuh.
Tuan Asing : [ Memerah ]
Odele : Aduh jadi berantakan kotor deh. Tenang tenang, biar aku saja yang mengambilnya. Lebih baik Tuan istirahat saja lagi pula keranjang tomat ini cukup berat jika diisi penuh dan tangan Tuan juga belum sembuh seutuhnya.
Tuan Asing : [ Langsung menutupi wajahnya dengan kedua tangannya ]
Odele : Loh Tuan kenapa lagi?
Disaat Tuan Asing fokus memetik tomat yang siap panen. Odele yang berada di sebelahnya melihat topi Tuan Asing sedikit miring. Odele berniat untuk merapikan topi itu agar kepala Tuan Asing tidak kepanasan. Namun aksi Odele membuat wajah Tuan Asing memerah lagi. Benar-benar seperti buah tomat yang saat ini sedang mereka petik.
Odele : Hahaha~ Wajah Tuan. Wajah Tuan sangat merah seperti tomat ini. [ Menunjukkan tomatnya ]
Tuan Asing : [ Malu ]
Odele : Eh, Tuan berkeringat. Untung saja aku bawa sapu tangan. [ Langsung mengelapnya ]
Dan untuk kedua kalinya Tuan Asing kembali pingsan.
Odele : TUAN!! BANGUN TUAN!! KENAPA PINGSAN LAGI TUAN?!! TUAAAAAAN....
Odele membangunkan Tuan Asing dengan cipratan air dan untungnya Tuan Asing langsung tersadar dan kembali membantu Odele membawa keranjang-keranjang hasil panen kedalam rumah. Cukup memakan waktu seharian untuk memetik semua hasil panen. Jika saja Tuan Asing tidak pingsan mungkin akan selesai setengah hari.
Odele : Hap! Ini keranjang terakhir. Kita taruh di ruang tamu saja dulu. Sekarang Tuan istirahat saja. Aku akan menyiapkan minuman segar untuk kita berdua.
Tuan Asing : [ Menghadang ]
Odele : Ada apa? Tuan tidak haus?
Tuan Asing : [ Menunjuk dirinya sendiri ]
Odele : Ah. Tuan ingin membuat minumannya ?
Tuan Asing : [ Mengangguk ]
Odele : Tuan yakin? Tadi saja Tuan sudah pingsan karena kepanasan.
Tuan Asing : [ Loading ]
Odele : Tuan tidak ingat kalau tadi pingsan?
Tuan Asing : [ kembali ingat dan langsung memerah]
Odele : Sudah biar aku saja yang melakukannya. Tuan istirahat saja dikamar.
Tuan Asing : [ Menarik Odele untuk duduk disofa ]
Odele : Heheh~ Baiklah baiklah. Aku sangat menantikan minuman segarnya, Tuan. Aku akan menunggu di sofa ini.
Tuan Asing : [ Tersenyum ]
Setelah kaki Tuan Asing sembuh. Dia meminta Odele untuk meyerahkan bagian dapur kepadanya. Mulai dari makan pagi, siang, sore, menyiapkan bahan-bahan masakan, mencuci piring. Semua dilakukan oleh Tuan Asing. Mungkin saja Tuan Asing adalah seorang koki profesional di sebuah restoran terkenal. Semua makanan yang dia buat selalu enak.
Odele : Woaaaah! Cantik sekali minumannya. [ Langsung minum ]
Tuan Asing : [ Senang mendengar pujian ]
Odele : Uhm~ Enak sekali. Wah kemampuan Tuan dalam urusan perut memang juara. Semua makanan dan minuman yang Tuan buat selalu cocok dengan perutku~
Tuan Asing : [ Malu ]
Odele : Ayo, duduklah. Jangan berdiri terus. Tuan juga harus minum. Kita minum sama-sama.
Tuan Asing : [ Mengangguk ]
Mereka menghabiskan waktu istirahat mereka dengan saling mengobrol dan ditemani segelas minuman segar diatas meja.
Odele : Aku sudah selesai istirahat. Sekarang waktunya memindahkan keranjang-keranjang ini.
Tuan Asing : [ Menghadang lagi ]
Odele : Ada apa lagi, Tuan?
Tuan Asing : [ Menunjuk diri sendiri ]
Odele : Tuan juga ingin membantu ? Baiklah, Tuan yang keranjang itu. Aku keranjang ini.
Tuan Asing : [ Menghadang lagi ]
Odele : Bukan seperti itu? Lalu maksud Tuan apa?
Odele yang kebingungan dengan bahasa isyarat Tuan Asing. Anggota tubuh Tuan Asing yang belum bisa digerakan adalah daerah. Sebenarnya mulut Tuan Asing bisa digerakan untuk makan tetapi suaranya tidak mau keluar. Dan itu yang membuat komunikasi Tuan Asing dan Odele menjadi terganggu.
Odele : Ah. Tuan yang akan memindahkan semua ini?
Tuan Asing : [ Mengangguk ]
Odele : Tapi ini banyak sekali. Tuan pasticapek. Biarkan aku membantunya juga.
Tuan Asing berniat untuk memindahkan semua keranjang hasil panen ini ke dalam ruangan persedian makanan sendirian. Dan Tuan Asing tidak ingin Odele membantunya.Karena hari sudah gelap dan waktunya mereka untuk istirahat. Tuan Asing menarik tangan Odele, membawanya ke lantai 2 dan memasukannya ke dalam kamar, lalu menutup pintu kamarnya dan menahan pintu itu agar Odele tidak keluar dan mengerti maksud tujuannya.
Odele : Baiklah baiklah. Aku mengerti, Tuan. Sekarang buka pintunya dulu.
Tuan Asing pun membuka pintunya.
Odele : Tuan ingin melakukannya sendiri, benar?
Tuan Asing : [ Mengangguk ]
Odele : Lakukanlah Tuan. Aku tidak akan menganggu. Kalau begitu aku akan pergi mandi saja.
Tuan Asing : [ Mengangguk ]
Tuan Asing berjalan menuju tangga tapi tiba-tiba Odele memeluknya dari belakang.
Odele : Terima kasih, Tuan. Sudah bersikap baik kepadaku. Selalu membantuku. Dan maaf aku selalu merepotkan Tuan. Padahal Tuan adalah pasien dirumah ini tetapi justru Tuan yang bekerja melakukan pekerjaan rumah.
Tuan Asing langsung mematung. Berdiri tegak. Kaku. Benar-benar seperti patung. Dan tidak ada respon apapun
Odele : Tuan? Tuan mendengarkanku, kan? Kenapa diam saja?
Odele penasaran dengan sikap kaku Tuan Asing. Dia langsung berjalan kedapan. Berhenti di depan Tuan Asing dan melihat Tuan Asing menangis dan wajah benar-benar merah.
Odele : Tidak!! Jangan pingsan lagi!!!
Tuan Asing : Hiks
Odele : Tuan kenapa? Jangan menangis lagi, Tuan. Kenapa Tuan cengeng sekali. Bahkan lebih cengeng daripadaku.
Tuan Asing : Hiks hiks.
Odele : Eh? Tangisan Tuan. Tangisan Tuan ada suaranya!
Tuan Asing : [ Mulai sadar ]
Odele : Wah selamat Tuan~ Selamat. Akhirnya Tuan bisa mengeluarkan suara. Wah hebat. Padahal sejak kemarin tidak ada suara tangisan.
Dan Odele memeluk lagi dari depan. Kali ini Tuan Asing membalas pelukan Odele. Tangannya dengan ragu-ragu mulai memeluk Odele.
Odele : Selamat Tuan. Semoga sebentar lagi suara Tuan juga bisa kembali. Dan kita bisa mengobrol dengan nyaman.
Tuan Asing : [ Mengangguk ]
Odele : Ya sudah, Tuan lanjutkan pekerjaannya. Aku akan segera mandi.
Lalu hari kelima. Terdengar suara orang mengetuk pintu kamar Odele.
Odele : Hmm? Iya iya aku bangun. Sebentar aku buka kan pintunya.
Dengan jalan sempoyongan dan nyawa yang belum terkumpul banyak. Odele membuka pintu dan...
Felix : Ini sudah pagi. Mandilah. Aku sudah menyiapkan sarapan untuk kita berdua.
Odele : Menyiapkan sarapan sepagi ini. Memangnya kau bangun jam berapa?
Felix : Odele, ini sudah hampir jam 10. Bukan pagi lagi. Ayo cepat, mandilah. Aku akan menunggumu.
Odele : Iya, baiklah.
Felix : Jangan tidur lagi.
Odele : Iya, baik.
Akhirnya Tuan Asing sudah sepenuhnya sembuh. Tidak ada lagi luka di tubuhnya. Semuanya kembali utuh. Anggota tubuhnya sudah benar-benar sembuh. Dengan ini komunikasi diantara mereka berjalan dengan mudah.
Beberapa jam kemudian. Karena tidak ada kabar. Felix memanggil Odele dengan suara keras dari dapur.
Felix : ODEEEELLEEE!! KENAPA LAMA SEKALI?! CEPAT TURUN.
Odele : Heheh iya iya, aku turun. Maaf lama.
Felix : Kau tidur di kamar mandi.
Odele : Cuman sebentar kok, setelah itu bangun lagi
Felix : Oh...Eh.. Apa?
Odele : Sudah sudah ayo kita sarapan. Lapar banget nih aku.
Felix : Dasar.
Begitu menyenangkan ketika Tuan Asing yang dulu belum bisa berbicara, sekarang sudah bisa meneriaki Odele dengan suara yang keras. Tapi kira-kira bagaimana bisa nama yang awalnya Tuan Asing berubah menjadi Felix? Dan bagaimana ceritanya Felix bisa datang kerumah Odele.
Dua hari sebelum Tuan Asing ditemukan tergeletak di atas kebun Odele. Saat itu tanggal 2 tahun Kekaisaran Acropolis. Kekaisaran Acropolis merupakan Kekaisaran terbesar yang memiliki 4 negara yang tunduk padanya.
Kala itu suasana jalanan kota Kekaisaran Acropolis begitu padat dengan aktivitas warga. Pusat kota Acropolis adalah tempat perdagangan terbesar yang ada di Kekaisaran. Lebih tepatnya tempat perdagangan untuk kalangan kelas bangsawan.
Dimulai dari restoran, hotel, butik pakaian dan lain-lain. Walaupun merupakan daerah elit bangsawan namun bagi mereka rakyat biasa dan kelas menengah tidak ada larangan untuk berkunjung, membeli dan berjalan-jalan di tempat itu.
Biasanya rakyat miskin lebih suka duduk dibangku-bangku pusat kota yang berada di pinggir jalan. Atau bahkan hanya sekedar berwisata di taman kota.
Tapi tidak sedikit bangsawan yang merasa terganggu dengan kehadiran mereka, karena para bangsawan menganggap mereka sebagai perusak tatanan keindahan kota.
Dari arah gerbang masuk terdengar suara hentakan kaki kuda yang sangat keras. Seakan para kuda-kuda itu mengikuti sebuah perlombaan. Hingga akhirnya terdengar suara teriakan seseorang yang sangat keras hingga menusuk telinga.
Prajurit : SEMUANYA LARI!!! KEKAISARAN ACROPOLIS SEDANG DISERANG!! LARI!! SELAMATKAN DIRI KALIAN!!!
Prajurit penjaga gerbang yang berhasil melarikan diri itu segera berlari menuju pusat kota untuk meneriaki dan mengabarkan bahwa adanya bahaya. Semua orang yang mendengar kabar itu langsung berhamburan mencari tempat berlindung.
Para pedagang yang memiliki pertokoan juga tidak memedulikan tokonya, dia langsung saja lari. Disaat para warga berhamburan ke jalan, suara langkah kaki kuda itu semakin mendekat. Hujan anak panah menghiasi pusat kota.
Musuh yang telah memasuki pusat kota mulai merusak, menghancurkan bangunan-bangunan indah pusat kota. Tidak hanya itu, mereka juga menculik, merampas, dan mencuri harta benda di toko itu.
Korban tidak bersalah mulai berjatuhan. Anak kecil yang menangis kehilangan keluarganya, wanita bangsawan yang menjerit ketakutan melihat kekejaman musuh membunuh pasangannya dihadapannya.
Seluruh prajurit kekaisaran turun ke jalan untuk menghentikan penyerangan. Selain itu para warga yang khususnya pria juga ikut membantu mengusir dan menghentikan penyerangan dengan senjata seadanya.
Para bangsawan Duke memerintahkan seluruh pasukannya untuk menyerang musuh. Semuanya saling berkerjasama demi kesalamat Kekaisaran.
Belum diketahui musuh gila mana yang berani menyerang Kekaisaran Acropolis secara brutal.
Hingga akhirnya tampak sebuah bendera yang tidak asing. Hanya dengan melihat bendera itu saja para prajurit sudah mengetahui dengan pasti dalang dibalik penyerangan ini.
Penyerangan itu dilakukan oleh Negara Kanba. Negara Kanba merupakan satu-satunya negara yang tidak mau bersatu dengan Kekaisaran. Kanba dipimpi oleh seorang Raja yang kejam dan juga keras kepala.
Prajurit Kekaisaran berusaha menghalau prajurit Kanba agar tidak menyerang dan memasuki Istana. Penyerangan kali ini di pimpin oleh Komandan Prajurit Kekaisaran Acropolis. Dia bernama Darius Arsen. Komandan tampan ini menggunakan taktik yang cukup gila untuk menghentikan musuh. Jika para musuh menyerang Acropolis begitu kejam, sedangkan taktik Darius merupakan taktik gila yang biasanya dia gunakan saat berada di medan perang.
Walaupun banyak prajurit dan bangsawan lainnya yang keberatan dengan taktik itu karena tidak pantas dilihat orang warga sipil. Namun justru berkat taktik gilanya itu penyerangan dapat diatasi dan terhenti.Dan dengan sistem pertahanan kekaisaran yang kuat dan hebat. Para musuh tidak berhasil menyentuh dan memasuki istana.
Dia kebingungan melihat kekacauan yang terjadi di hadapannya. Dia mencari informasi dari beberapa orang yang terluka. Namun belum sampai dia mendapatakan informasi dengan jelas. Tiba-tiba mereka berdua diserang oleh musuh. Menhujaninya dengan anak panah. Menyerangnya secara langsung.
Musuh : Kejar dan bunuh mereka berdua! Jangan sampai ada yang berhasil lolos dari penyerangan kita!!
Kuda yang mereka tunggangi melaju sangat cepat. Para musuh benar-benar terkejut melihat kecepatan kuda mereka yang sulit untuk dikejar. Semakin cepat, begitu cepat, hingga para musuh yang berada dibelakang mereka menghilang dari pandangan.
Dengan kesempatan ini, mereka berdua memutuskan untuk berpencar. Dan satu diantara mereka memasuki sebuah Hutan untuk bersembunyi. Dengan papan kayu yang bertuliskan Hutan Terlarang dengan cat merah berada di depan Hutan. Pria itu tidak melihat dan memerhatikan papan tersebut.
Para prajurit musuh mulai merasakan keraguan. Keraguan untuk mengejar pria itu hingga masuk ke Hutan dan membunuhnya. Atau ikut mati bersama pria itu ditangan para monster Hutan.
Musuh : Berhenti. Itu hutan terlarang. Tugas kita membunuh bukan untuk dibunuh. Dia sudah terluka. Dia tidak akan bertahan hidup. Hutan ini terkenal menakutkan.
Selama pengejaran, pria itu sudah terluka karena penyerangan anak panah milik musuh yang menghujaninya dari arah belakang. Para prajurit Negara Kanba membiarkan pria misterius itu melarikan diri. Mereka kembali ke kekaisaran untuk tugas selanjutnya.
Tubuh yang penuh luka, mata yang sudah tidak bisa fokus melihat kedepan, kepala yang begitu pusing, kaki yang sudah tidak kuat untuk berjalan lagi. Pria itu pun jatuh ke tanah hutan. Kesakitan itu dia dapat dari panah beracun milik musuh.
Setelah menyadari bahwa pihak musuh tidak mengejarnya lagi. Pria itu turun dari kuda dan beristirahat dibawah pohon. Pria itu juga merasa kasian dengan kudanya karena juga mendapatkan luka dari panah beracun.
Pria Misterius : Biarkan. Biarkan aku istirahat... aku tidak boleh berada disini. Karna ini Hutan Terlarang
Matahari mulai tenggelam. Udara malam menyelimuti hutan itu. Kabut malam mulai turun mengitari pepohonan. Bintang dan bulan berinar terang di langit. Hembusan angin malam membuat pria misterius itu tersadar dari pingsannya.
Pria Misterius : Dimana ini? Kenapa sudah malam?
Dengan posisi duduk, Pria misterius itu berusaha menyadarkan pikirannya. Dia mulai melihat sekeliling, matanya berusaha untuk tetap fokus.
Pria Misterius : Ayo sadarlah. Dingin sekali disini. Sangat gelap, aku tidak bisa melihat apapun. Kuda. Kau dimana? Kenapa tidak bersuara?
Pria itu mulai meraba tanah hutan dengan tangannya untuk mencari kudanya. Dia pun menemukan kaki kudanya. Walaupun tidak bisa melihat karena gelapnya hutan, dia hanya bisa meraba kuda miliknya. Mencari letak jantung dan hembusan nafasnya. Namun sayang, kuda itu sudah tidak bernyawa lagi.
Pria Misterius : Sial. Jika hewan bisa mati dengan cepat. maka aku juga akan segera mati karena panah beracun itu.Lebih baik aku mencari tempat berlindung.
Pria itu pun berdiri, memaksakan tubuh dan penglihatannya untuk melihat kedepan. Cara berjalannya juga sudah sempoyongan, tidak seimbang. Sudah 30 menit dia berjalan tanpa arah.
Mulai terdengar suara - suara aneh. Suara langkah kaki yang bergerombol. Udara hutan berubah bagai hutan tak beroksigen. Membuat dada pria itu semakin sesak dan sulit bernafas. Aura aneh juga menyelimuti daerah sekitar pria itu.
Terlihat ada sebuah tongkat kayu yang cukup besar dan berat. Dia mengambil dan memegangnya begitu erat.
Pria Misterius : Hutan sialan! Aku benar-benar bisa mati jika tetap berada ditempat ini. Tempat ini bukan lagi Hutan Terlarang tapi lebih cocok Hutan Terkutuk!!
Setelah cukup lama berjalan. Ada hembusan angin yang cukup kencang kearahnya. Tepat di hadapannya ada sesuatu yang memiliki aura mengerikan.
Pria Misterius : Apa.. Apa itu?? Cahaya merah apa itu?! Sial, aku benar-benar dalam bahaya sekarang.
Sebuah cahaya yang terbang dalam kegelapan. Cahaya itu terus mendekat. Perlahan mendekati pria itu. Hingga akhirnya cahaya itu menampakkan sesosok tinggi besar.
Pria Misterius : Se..Serigala?! Brengsek.Dia monster!!!
Dengan mata yang terkejut. Untuk pertama kalinya pria itu bertemu dengan serigala yang ukurannya 10x lipat lebih besar dari serigala pada umumnya.
Ukuran tubuh yang besar, bulu yang lebat, dua mata yang bercahaya dan taring yang siap menerkam. Kehadiran serigala membuat hewan buas lainnya juga ikut keluar. Semuanya bertubuh besar. Pria misterius itu bagaikan seekor rusa kecil yang dikelilingi oleh raja hutan singa.
"Rrrraaaaaaaaaaaarrrrrrr".
Serigala mengaung ke arahnya, memberi tanda kepada seluruh kawanannya untuk segera menyantap pria itu.
Pria Misterius : Sial, lari mereka begitu cepat.
Lari, lari, dan lari. Pria itu terus berlari tanpa henti. Walaupun secepat apa dia berlari. Mereka tetap bisa mengejarnya. Badannya dibanting kesana kemari. Baju yang dikenakan juga ikut dirobek. Cakar-cakar tajamnya mulai mengukir di kulit tubuhnya.
Hingga pagi buta datang. Pria itu bersembunyi dalam goa. Dia tidak bisa tidur ataupun istirahat sejenak. Hal yang harus dipikirkannya adalah keluar dari hutan ini.
Pria Misterius : Sepertinya mereka tidak mengejarku. Lebih baik aku istirahat sebentar uukkkhhh. Lukaku semakin terbuka leba.
Dugaannya sangatlah salah. Hewan buas itu bukan tidak mengejarnya. Melainkan mereka memberinya waktu istirahat untuk dia bisa beristirahat. Sejak malam, semua hewan buas berkumpul di luar dan atas goa.
Para hewan buas seakan menjadikan pria itu sebagai mainannya. Karna darah manusia begitu menggiurkan bagi para monster. Membuat semuanya menjadi lebih buas daripada biasanya.
Dari pagi, siang, sore dan tengah malam. Pria itu hanya bisa berlari. Sampai di batas titik kekuatannya. Dia terjatuh. Dan pasrah.Dia tidak makan, tetapi hanya minum air yang ada di dalam botolnya.
Badannya mulai lemas tidak bertenaga. Wajahnya semakin pucat. Bibirnya berubah menjadi ungu. Tangan dan kakinya keriput karena angin malam
Pria Misterius : Jika aku mati, biarkan penghuni surga merawat lukaku. Aku tak ingin lukaku membusuk seperti ini...
Pria itu pun pingsan, tak sadarkan diri disebuah ladang. Ya. Ladang itu milik Odele. Para hewan itu tidak bisa memasuki rumah Odele kecuali jika mereka ingin mati. Tidak ada yang tahu pasti bagaimana pria itu bisa menemukan kebun dan rumah Odele.
Saat Ketua serigala mencoba mendekatinya. Memastikan bahwa dia mati atau masih hidup. Tiba-tiba pintu rumah Odele terbuka. Membuat semua hewan buas berlarian untuk bersembunyi. Berkat malam yang gelap. Odele tidak bisa melihat begitu jelas.
Dengan tongkat yang dipegang. Odele memberanikan diri untuk menyentuh tubuh tersebut
Odele : Hei. Halo. Permisi...
Tampaknya tubuh itu sudah tidak sadarkan diri. Tentu saja, mana ada yang bertahan dengan tubuh penuh luka dan darah keluar begitu banyak. Bahkan hewan pun akan mati jika terluka parah.
Odele : Kenapa dia tidak bangun-bangun? Aku harus menyelamatkan kebunku!! Kenapa juga dia pingsan dikebunku?!
Ketika pagi datang. Pria itupun terbangun. Dia memaksa matanya untuk terbuka, berusaha menggerakkan jari dan tangannya membuat Odele terkejut. Odele tidak menyangka pria itu akan sadar dengan cepat.
Ketika dia tersadar, semua anggota tubuhnya lumpuh karena luka yang dia dapat. Dia hanya bisa menggerekan matanya. Mulutnya tertutup rapat seperti terkena lem super.
Tuan Asing : "Aku dimana ? Apa aku sudah mati? Apa ini surga ?" [ dalam hati ]
Matanya berputar mengelilingi sekitar. Lalu dia mendengar suara seorang gadis yang membuatnya tersadar
Odele : Oh, Kau sudah bangun? Syukurlah. Aku khawatir setengah mati. Sebentar, aku bantu kau berdiri.
Tuan Asing : "Siapa gadis ini? Apa dia malaikat? Dia... sangat cantik" [ dalam hati ]
Odele : Jangan banyak bergerak dulu. Kau terluka parah.
Tuan Asing : "Ah, dia berbicara denganku. Akh. Kepalaku sakit. Pikiranku kacau. aku tida bisa mengingat apapun". [ Dalam hati ]
Odele : Hei, apa kau bisa melihatku dengan jelas?
Tuan Asing : "Cantik. Sangat cantik. Tentu saja aku bisa melihat malaikat cantik didepanku" [ Dalam hati ]
Odele : Tidak ada respon. Apa kau bisa mengerti bahasaku? Jika kau mengerti apa kau bisa menggerakan jarimu ?
Tuan Asing: Jari? Aku akan mencobanya. Wah ternyata bisa walaupun sakit. [ Menggerekan jari ]
Odele : Ah, Syukurlah. Aku hampir saja kebingungan bagaimana caranya berkomunikasi denganmu. Aku akan kesulitan jika kau tidak bisa mengerti bahasaku. Sebentar aku rapikan dulu.
Begitulah cerita awal mula pertemuan mereka. Kira-kira bagaimana kehidupan mereka selanjutnya ? Apakah Tuan Asing akan mengungkapkan identitas aslinya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
eva purwita
kemn pr PPLP elayn itu
2020-12-26
0
alien
apakah odele bagian dari kekaisaran dan apa yang dimiliki odele sampe para monster ga bisa masuk ke rumahnya
2020-12-25
2