Antara Suara Dan Kuasa

Antara Suara Dan Kuasa

suara pertama dibalik podium

Aula universitas dirgantara sakti
Dipenuhi lautan jaket almamater biru tua. Rapi. Seragam. Semua mahasiswa baru duduk tegak di kursi plastik berjejer, menghadap panggung dengan layar proyektor raksasa.
Alvaro dirgantara
Alvaro dirgantara
Selamat pagi, Mahasiswa Baru Universitas Dirgantara Sakti.
Suara itu berat, tenang, dan menggema dari mic panggung.
Alvaro Dirgantara Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum, Semester 7
Alvaro dirgantara
Alvaro dirgantara
Kalian sekarang berada di lingkungan yang tidak akan menoleransi kemalasan, keluhan tanpa solusi, atau suara kosong tanpa isi.
Diam. Tak ada suara. Bahkan panitia di pinggir ruangan ikut meneguk ludah.
Alvaro dirgantara
Alvaro dirgantara
Di sini, kalian tidak hanya belajar. Tapi juga dilatih—untuk menjadi bagian dari sistem yang kalian yakini. Dan sistem itu… butuh stabilitas. Bukan kegaduhan
Tepuk tangan terdengar. Formal. Tapi jelas penuh tekanan.
Sementara itu, di antara barisan mahasiswa baru, ada satu yang duduk nyender, hoodie hitam di balik jaket almamater, wajahnya malas-malasan.
Naviro alfaris. Fakultas Sastra. Barisan belakang. Pandangannya kosong, tapi telinganya tajam menangkap tiap kata Alvaro.
naviro alfaris
naviro alfaris
Stabilitas, katanya? Kalau cuma itu tujuannya, apa bedanya kampus ini sama panggung sandiwara?
Naviro menguap kecil.
Sementara di atas panggung, Alvaro berhenti sejenak. Matanya… sekilas melirik ke arah belakang ruangan. Dan pandangannya berhenti. Sedetik. Entah karena tertangkap aura berbeda—atau karena dia tahu, ada satu orang yang dari tadi gak pernah menunduk.
Mereka saling lihat. Jarak puluhan meter. Tapi tarikannya terasa.
Alvaro dirgantara
Alvaro dirgantara
Selamat datang. Selamat bertahan. Dan selamat membuktikan: siapa yang pantas bersuara."
penutup dari alvaro
Setelah sesi resmi selesai, panitia membagikan selebaran orientasi. Di pojok aula, Naviro masih duduk santai, matanya terus memperhatikan Alvaro yang turun dari panggung dan dikerubungi pengurus BEM.
Ezra mahadewa
Ezra mahadewa
Tadi pidatonya keras banget ya
naviro alfaris
naviro alfaris
Biasa. Ketua BEM yang ngerasa takhta kampus itu panggung teater."
Ezra tertawa kecil.
Ezra mahadewa
Ezra mahadewa
Lo mulai, Viro. Tapi gue serius. Kayaknya dia ngeh ke lo.
naviro alfaris
naviro alfaris
Biarin. Gue juga ngeliat dia… dan gue pengen banget jatuhin auranya itu dari podium.
Dan saat semua mahasiswa baru mulai keluar ruangan, Naviro sempat noleh ke arah panggung sekali lagi.
Tapi Alvaro masih berdiri di situ. Dan… dia juga sedang melihat ke arah Naviro. Dua kutub. Dua ego. Dua top. Dan baru aja, perkenalan mereka dimulai.
Selesai
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!