Lo Nggak Akan Paham Sampai Lo Jadi Gue

Satu tindakan bisa bikin lo lega, tapi konsekuensinya bisa nancep lama. Di episode ini, lo bakal liat siapa yang kuat beneran, dan siapa yang cuma pura-pura tahan panas. Hati-hati terbakar.🔥
Semua yang kemarin bertarung, sekarang harus duduk dan denger keputusan. Tapi nggak semua luka bisa dijelasin... dan nggak semua hukuman bisa dirasa adil.
🎸S.T.A.T.C 🎸
🎸S.T.A.T.C 🎸
Not support
🎸S.T.A.T.C 🎸
🎸S.T.A.T.C 🎸
Song Name: 🎧 “I Did Something Bad” – Taylor Swift
---
Aula fakultas hukum penuh. Para mahasiswa duduk rapi, tapi semua mata tertuju pada empat orang di depan Kiara, Naomi, Meira, dan satu kursi di ujung kanan diisi oleh Sierra.
Di tengah, Ms. Ranya, dosen muda yang terkenal tegas tapi adil, menatap keempatnya dengan ekspresi netral.
Ms. Ranya Evaleen Athaya
Ms. Ranya Evaleen Athaya
(tegas) Saya sudah membaca laporan. Melihat rekaman CCTV. Dan mendengar kesaksian dari beberapa mahasiswa yang berada di tempat kejadian.
Ms. Ranya Evaleen Athaya
Ms. Ranya Evaleen Athaya
Saya tidak percaya satu versi cerita saja. Karena saya tahu... di balik kekerasan fisik, sering kali ada kekerasan verbal yang lebih dulu memicunya.
Kiara Elvire Astrella
Kiara Elvire Astrella
(masih berdiri dengan tangan terlipat) Saya cuma bela diri. Dia yang mulai duluan.
Sierra Vayne Drast
Sierra Vayne Drast
(duduk tenang, suara rendah) Gue cuma nahan diri sampai lo semua nyeret nama nyokap gue.
Naomi Clarisse Veloura
Naomi Clarisse Veloura
(sengir) Emosi lo aja nggak stabil.
Sierra Vayne Drast
Sierra Vayne Drast
(menatap tajam) Lo ngira gampang jadi gue? Lo ngira enak dibesarin tanpa tau siapa yang sebenernya sayang sama lo?
Meira Janisse Colline
Meira Janisse Colline
(berbisik ke Kiara) Drama banget sih dia.
Ms. Ranya Evaleen Athaya
Ms. Ranya Evaleen Athaya
(menatap tajam) Kalau kalian masih menganggap ini drama... berarti kalian belum paham betapa dalamnya luka dari ucapan.
Ms. Ranya Evaleen Athaya
Ms. Ranya Evaleen Athaya
Perundungan bukan cuma soal pukulan. Sindiran, hinaan, atau mengungkit latar belakang seseorang itu juga kekerasan. Dan itu yang saya lihat di sini.
Hening. Hanya napas berat yang terdengar.
Ms. Ranya Evaleen Athaya
Ms. Ranya Evaleen Athaya
(melanjutkan) Mulai hari ini, kalian semua dalam pengawasan fakultas. Aktivitas non-akademik kalian dibatasi.
Ms. Ranya Evaleen Athaya
Ms. Ranya Evaleen Athaya
Dan kalian wajib ikut konseling, empat kali sebulan. Nggak ada pengecualian. Ini bukan cuma hukuman. Ini tanggung jawab.
Ms. Ranya lalu melirik ke arah bangku belakang, di mana Arven duduk diam, lengan terlipat dan ekspresi dingin seperti biasa.
Ms. Ranya Evaleen Athaya
Ms. Ranya Evaleen Athaya
(tegas) Arven Kaelith Reiner. Berdiri.
Arven berdiri perlahan, menarik perhatian sebagian besar mahasiswa yang kini menoleh ke arahnya.
Ms. Ranya Evaleen Athaya
Ms. Ranya Evaleen Athaya
Saya tunjuk kamu sebagai pengawas informal untuk empat mahasiswa ini. Kamu cukup dikenal karena konsistensi dan... ketegasan.
Arven Kaelith Reiner
Arven Kaelith Reiner
(datar) Saya bukan babysitter, Ms.
Ms. Ranya Evaleen Athaya
Ms. Ranya Evaleen Athaya
(menatap tajam) Saya tidak meminta kamu jadi babysitter. Saya butuh orang yang bisa berdiri di antara mereka... dan tidak goyah.
Arven Kaelith Reiner
Arven Kaelith Reiner
(menghela napas) Jadi saya harus ngawasin orang yang bahkan saling benci satu sama lain?
Ms. Ranya Evaleen Athaya
Ms. Ranya Evaleen Athaya
Ya. Dan pastikan mereka patuh pada pembatasan, ikut konseling, dan tidak menciptakan masalah baru. Laporan mingguan tetap saya tunggu.
Arven Kaelith Reiner
Arven Kaelith Reiner
(menoleh sekilas ke arah Sierra dan Kiara) Ini akan menyenangkan sekali.
Ms. Ranya Evaleen Athaya
Ms. Ranya Evaleen Athaya
(dingin) Saya yakin kamu tahu arti "menyenangkan" yang saya maksud berbeda.
Arven duduk kembali tanpa ekspresi, tapi bola matanya menyipit. Sierra menunduk, sementara Kiara hanya memutar bola mata.
---
Di luar aula, Sierra duduk sendirian di bangku taman. Kepala tertunduk, tangan gemetar ringan.
Kian Avriel Nata
Kian Avriel Nata
(mendekat pelan) Lo nggak apa-apa?
Sierra Vayne Drast
Sierra Vayne Drast
(tanpa menoleh) Gue capek denger kalimat itu.
Kian Avriel Nata
Kian Avriel Nata
(duduk di sampingnya) Gue nggak nanya buat basa-basi. Gue beneran nanya.
Sierra Vayne Drast
Sierra Vayne Drast
(pelan) Gue nggak nyari simpati. Gue cuma pengen tenang. Tapi kayaknya, gue ditakdirin buat terus dicoba.
Kian Avriel Nata
Kian Avriel Nata
(senyum tipis) Kadang yang ditantang terus, justru yang paling kuat. Atau... yang paling hancur dan cuma jago nyembunyiin retaknya.
Sierra menoleh. Untuk pertama kalinya, tatapannya nggak dingin.
Sierra Vayne Drast
Sierra Vayne Drast
(lirih) Lo beda dari mereka.
Kian Avriel Nata
Kian Avriel Nata
(menatap lurus) Karena gue juga bukan bagian dari mereka.
---
Sore itu, Arven datang menghampiri. Ia hanya berdiri tanpa banyak kata.
Arven Kaelith Reiner
Arven Kaelith Reiner
(tenang) Gue denger tadi pagi...
Sierra Vayne Drast
Sierra Vayne Drast
(berdiri, menghadapnya) Lo kecewa?
Arven Kaelith Reiner
Arven Kaelith Reiner
(menggeleng pelan) Nggak. Gue justru lega. Karena akhirnya lo nggak diem terus.
Sierra Vayne Drast
Sierra Vayne Drast
Tapi lo liat kan, harga dari semua itu?
Arven Kaelith Reiner
Arven Kaelith Reiner
Harga paling mahal bukan hukuman. Tapi luka yang lo tahan sendirian selama ini. Dan hari ini... setidaknya lo udah berani nunjukin itu.
Sierra menatapnya dalam. Tak ada senyum. Tapi juga tak ada jarak.
🎬 END OF EPS 5: "Lo Nggak Akan Paham Sampai Lo Jadi Gue"
"Lo bisa hakimin tindakan gue, tapi lo nggak akan pernah ngerti kenapa gue ngelakuin itu... sampe lo jadi gue." — Sierra Vayne Drast

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!