Pembantuku Jadi Istri Suamiku

Pembantuku Jadi Istri Suamiku

1. Memelas.

"Brengsek! Tidak tahu diri kamu!!!!!" Umpat salah seorang wanita paruh baya, sambil tangannya memukul bagian tubuh seorang wanita berusia 30 tahun bernama Rika sartika yang merupakan seorang pembantu di rumahnya.

Rika melarikan diri dengan cepat ke arah luar rumah, keadaan saat itu malam hari dengan hujan yang sangat deras.

Dengan nekatnya, Rika menghalangi jalanan dan merentangkan kedua tangannya, sebuah mobil mewah berwarna hitam menghentikan lajunya, tepat di hadapan Rika.

"Gila! Siapa dia?" Kata Galih, pengemudi mobil tersebut.

"Sayang, sepertinya wanita itu butuh bantuan kita, lihat wajahnya seperti banyak memar." Selina Anggraini, istri dari Galih pun membuka pintu mobil dengan satu buah payung yang di bentangkan, dia berjalan ke arah Rika yang sedang menangis tersedu.

Rika dengan wajah memelasnya langsung bersimpuh di kaki Selina, dan itu membuat wanita itu sedikit terkejut, "Mba? Are you ok?" Tanya Selina panik.

"Bantu saya, tolong nyonya ... Saya di siksa oleh majikan."

"Hah? Dimana rumah majikan kamu? Saya akan bantu untuk lapor polisi." Ucap Selina sambil memegang bahu Rika agar berdiri dari posisi bersimpuhnya.

Dengan lancangnya Rika langsung berlari ke arah pintu belakang mobil, dan langsung mendudukan dirinya dalam keadaan basah kuyup, Rika bergegas menyusulnya sedangkan Galih yang berada di dalam mobil geram dengan apa yang telah di perbuat wanita yang tak di kenalnya ini.

"Hei! Ada apa ini?! Siapa kamu?" Sentak Galih pada Rika.

Rika hanya menunduk sambil menutup wajahnya dengan suara isakan tangis.

Selina menyusul masuk ke dalam mobil, "Sayang, dia butuh bantuan kita, ayo kita antar mba ini ke kantor polisi."

"TTT-TIDAK! Jangan bawa saya ke kantor polisi, atau keluarga saya di kampung akan menerima siksaan yang lebih dari pada saya saat ini."

"Loh? perlakuan majikan kamu ini harus di pidanakan mba!"

"Sayang, ada apa ini sebenarnya?" Tanya Galih dengan lembut pada Selina.

"Mba ini habis di siksa sama majikannya." Jelas Selina.

Galih langsung memusatkan pandangannya pada Rika ke arah belakang, "Apa mau anda sekarang?! Padahal kami niat membantu!"

Rika hanya terisak,tanpa menjawab pertanyaan Galih.

"Sayang, dia habis mengalami penyiksaan, jangan terlalu keras." Kata Selina mengingatkan suaminya.

Setalah mereka berdua memberikan beberapa menit untuk Rika menangis, akhirnya wanita itu mengeluarkan suaranya. "Beri aku tumpangan malam ini, Pak ... Bu ... Saya mohon, saya takut."

Selina melihat ke arah Galih, "Sayang, gimana?"

"Yasudah mau gimana lagi." Sahut Galih.

"Baiklah mba, malam ini kamu boleh menginap di rumah kami, selanjutnya kami akan bantu untuk kepulangan kamu ke kampung, sudah ya ... Tenang." Selina mengusap lembut tangan dingin Rika.

"Terimakasih banyak Pak, Bu ... Kalian sangat berjasa."

Selina mengangguk, sedangkan Galih tanpa merespon apapun langsung melajukan mobilnya menuju arah pulang.

.

.

Di rumah.

Rika sudah berganti pakaian di bantu oleh pembantu rumah tangga, yang bekerja di rumah Selina dan Galih.

Sedangkan Galih dan Selina berada di kamar utama, mereka telah selesai membersihkan diri.

"Kenapa kamu selalu baik sayang?" Ucap Galih, tangannya melingkar di pinggang Selina yang sedang bercermin merapikan rambutnya.

Selina berbalik, menatap Galih lekat. "Aku gak tega sayang, dia wanita."

"Aku gak salah pilih istri, Baik, pintar dan sukses dalam hal apapun." Galih memeluk Selina erat.

"Makasih pujiannya suamiku, akupun beruntung memiliki kamu."

Setelah bermesraan, Galih dan juga Selina berisitirahat memejamkan matanya yang sudah sangat lelah karena aktivitas mereka.

Selina adalah seorang dokter, sedangkan Galih adalah owner sebuah restoran yang cukup ternama di kotanya.

***

Pagi hari.

"Kenapa mendadak sekali bi?" Tanya Selina pada Dewi pembantu rumahnya yang tiba-tiba mengundurkan diri dengan alasan orang tuanya yang sakit di kampung.

"Maaf Bu, sekali lagi maaf." Ucap Dewi.

"Yasudah sayang, kasian Bi Dewi ... Lagipula kita bisa cari pembantu lain." Ucap Galih.

Selina hanya diam, Dewi adalah pembantu yang di bawanya langsung dari rumah orang tuanya, karena Selina sudah sangat percaya dengan Dewi sejak dirinya belum menikah.

"Ng, maaf lancang, Pak Bu ... Kalau boleh, bisakah saya menggantikan posisi bi Dewi?" Ucap Rika dengan gugup.

Selina memandang Rika tanpa berkata apapun, di benaknya berfikir jika tidak mudah mencari pembantu dengan waktu yang cepat, sedangkan Selina sangat membutuhkan tenaga seorang pembantu setiap harinya, karena kesibukannya yang padat.

"Bagaimana sayang?" Tanya Selina pada Galih.

Galih langsung menginterview singkat Rika di meja makan, "Kalau boleh tau, apa masalah kamu dengan majikan kamu sebelumnya?"

Keadaan menjadi hening, ketika Rika belum menjawab apa yang di tanyakan Galih.

"Mba? Kamu ngerti kan apa yang di tanyakan oleh suami saya?" Tanya Selina karena Rika tak kunjung bersuara.

"Ss-saya di siksa, karen tidak sengaja merusak pakaian mahal majikan saya."

"Apa?! Hanya karena itu kamu disiksa?" Tanya Selina lagi.

"I-iya Bu, pada saat itu saya sedang lengah, dan membiarkan setrika panas membakar pakaian mahal itu."

"Ck ... Tidak punya hati sekali majikan kamu itu, baiklah mulai saat ini kamu bisa menggantikan posisi bi Dewi." Ucap Galih memutuskan.

"Dan untuk bi Dewi, kamu sudah saya izinkan untuk meninggalkan rumah ini."

Setelah itu bi Dewi pun berpamitan lalu berjalan ke arah kamar untuk bersiap.

"Ingat ya Rika, jangan pernah sentuh atau memasuki ruangan pribadi saya dengan istri saya, jika kamu berani melakukan itu saya tidak segan-segan untuk memecat kamu." Ucap Galih dengan tegas.

"Baik pak, terimakasih kesempatannya."

"Nanti kamu bisa tanyakan semuanya sama bi Dewi sebelum dia pergi." Kat Selina menambhakan.

"Baik bu,saya pamit kebelakang, terimakasih sarapannya." Rika langsung bergegas ke arah kamar pembantu untuk menemui Dewi.

Galih dan juga Selina langsung berangkat menuju tempat bekerja mereka setelah selesai sarapan.

Di dalam mobil.

"Jujur sayang, aku berat banget bi Dewi ninggalin rumah kita, aku udah ketergantungan banget sama dia, cuma dia pembantu yang sopan dan gak neko-neko."

"Iya tapi mau bagaimana lagi, jika kita tidak mengizinkan bi Dewi untuk pulang ke kampung, malah itu menyiksa batinnya."

Selina sedikit termenung, sambil memandang pemandangan jalanan yang sedikit macet pagi itu.

Entah kenapa aku kurang sreg dengan Rika, tapi mau bagaimana lagi ... Aku membutuhkannya. Batin Selina.

Sampai di rumah sakit, Selina turun dari mobil dan berpamitan dengan mesra pada suaminya, walaupun di usia pernikahan yang ke 3 Selina dan Galih belum memiliki anak, hubungan mereka tetap hangat.

"Semangat sayangku." Ucap Galih.

"Kamu juga sayang."

***

Sore harinya, Selina belum bisa menyudahi pekerjaannya, karena dokter jaga selanjutnya sedang berhalangan, jadi terpaksa Selina harus menggantikan sampai jam malam.

Galih sudah lebih dulu pulang ke rumah, dia mendapati Rika yang sedang merapikan rumah dengan cekatan, dan beberapa hidangan yang sudah tersaji di atas meja makan.

"Pak, ini saya sudah siapkan makanan untuk bapak dan ibu."

"Terimakasih, nanti saya makan bareng istri saya." Ucap Galih sambil berjalan cuek menuju kamarnya.

"Kalau boleh tau ibu kemana pak?" Tanya Rika yang membuat Galih menghentikan langkahnya.

Terpopuler

Comments

Uthie

Uthie

Langsung Sukkaa sepertinya di awal mampir ini 👍🏻👍🏻🤩

2025-09-18

0

Uthie

Uthie

intinya, jangan pernah membiarkan musibah di datangkan sendiri!!
Selina terlalu baik!!

2025-09-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!