Alkohol

"Jatuh hm?" Galih tetap berusaha agar Selina mau di sentuh.

"Iya!"

Galih memaksa untuk menggendong selina dan memindahkannya ke kamar, tapi Selina masih kecewa dengan sikap suaminya tadi.

"Lepas!"

"Sayang, please ... Maafin, aku gak tau kalau kamu jatuh, aku bukannya ga peduli."

Dari balik guci hias, Rika dengan kemocengnya berkamuflase agar tidak terlalu nampak memperhatikan apa yang sedang terjadi dengan majikannya itu.

Karena Selina tidak bisa terlalu lama marah pada Galih, akhirnya dia luluh juga dengan segala bujuk rayu yang Galih lontarkan agar istrinya mau pindah ke dalam kamar.

***

Besok pagi.

"Aku ga ke resto, jadi bisa anter jemput kamu hari ini." Kata Galih sambil menikmati secangkir kopi hangatnya.

"Iya." Ucap Selina yang masih menyisakan rasa kesal pada Galih.

"Jangan dingin gitu, i love you."

Rika yang sedang menyiapkan sarapan tiba-tiba memecahkan sebuah piring, entah karena kaget mendengar yang Galih ucapkan atau memang murni kecerobohan.

"Hey!" Teriak Galih.

"Mmm-maaaaf sss-saya gak sengaja." Rika langsung terburu memunguti pecahan kaca di lantai.

Selina hanya bisa memejamkan matanya, saat hampir kakinya terluka untuk yang kedua kalinya, untung saja kali ini tidak sampai terluka.

"Kaki istri saya lagi sakit, kamu ceroboh sekali sih!"

"Sayaaang, udah ... udah, mba Rika udah minta maaf."

"Ceroboh banget dia sayang, hampir aja kaki kamu kena pecahan kaca." Oceh Galih dengan kesal.

Rika panik dan tertekan kala Galih terus mengoceh tentang insiden itu, untung saja Selina bisa meredam emosi Galih.

Setelah selesai membersihkan pecahan kaca tersebut, Rika masuk kedalam kamar ... Menyandarkan tubuhnya di balik pintu kamar lalu menangis karena sakit hati dengan bentakan Galih pagi ini.

"Ini semua harus anda bayar pak." Gerutu Rika, tangannya menyeka air mata yang membasahi pipi dan mencoba kembali tegar lalu berdiri mengatur nafasnya.

Pukul 10.00 pagi ... Galih hanya mengisi kegiatannya dengan memantau cctv resto lewat laptop dan mengecek laporan keuangan.

Rika dengan kesadaran penuh berjalan ke arah Galih yang sedang duduk di sofa, membawa secangkir teh dan camilan."

Di letakannya di meja dekat laptop tanpa mengatakan apapun.

"Saya gak minta." Ucap Galih dengan ketus.

"Oh iya pak, ini hanya inisiatif saya saja."

"Simpan inisiatif kamu, saya tidak butuh."

Rika menelan ludahnya kasar, Galih sama sekali tidak bisa tersentuh, padahal saat ini Rika sedang memakai dress coklat selutut, karena sedang tidak ada Selina di rumah, wanita itu dengan berani memakai baju seperti itu.

"Jadi gimana pak? Mau saya simpan di dapur lagi?"

Galih memandang sekilas apa yang sudah di sajikan oleh Rika, "Sudah terlanjur, nanti mubazir ... kedepannya kamu harus tanya apa yang sedang saya inginkan, saya tidak butuh inisiatif kamu."

"Baik pak, kalau begitu saya permisi."

Galih akhirnya mengambil satu buah biskuit coklat tanpa menganggap apa yang Rika katakan.

Ini awal yang baik. Batin Rika.

***

Seminggu kemudian, Resto yang Galih kelola benar-benar mengalami penurunan secara drastis, dan itu mengharuskan restonya tutup untuk sementara waktu sampai kondisi benar-benar stabil.

"Sayang, apa aku harus minta bantuan mama papa?" Ucap Selina, melihat suaminya sedang membutuhkan dana yang tidak sedikit.

"Jangan sayang, harga diriku mau di simpan dimana?"

"Tapi sayang, kamu butuh uang."

Galih menghela nafasnya, "Kita satukan uang yang kita punya, jika nanti resto nya sudah berkembang akan ku kembalikan. Aku rasa itu lebih baik di bandingkan harus minta tolong pada mama dan papamu."

"Tapi sayang, jika semua uang kita di gelontorkan pada resto, untuk biaya sehari-hari bagaimana?"

"Sisakan untuk kebutuhan kita satu tahun, gaji pembantu dan stok makanan, selebihnya kita stop untuk melakukan kegiatan yang banyak mengeluarkan uang, Bagaimana?"

Selina menimbang apa yang di katakan oleh Galih, karena sangat percaya pada suaminya, Selina menyetujui apa yang Galih rencanakan.

"Baik, nanti akan aku transfer uangnya."

Galih memeluk Selina erat, "Penurut istriku, selalu mendukung aku."

"Jangan insecure lagi sayang, kita sama sama berjuang."

"Secepatnya, aku akan mengembalikan kondisi ekonomi keluarga kita, maafin aku udah bikin semuanya kacau."

"Engga sayang, namanya bisnis memang seperti itu, sedikit banyak aku paham." Kata Selina menenangkan.

***

Setelah semua uang di keluarkan untuk mengubah konsep dan juga menu di resto, Galih tetap belum mendapatkan hasil maksimal, dia masih ingin mendalami beberapa makanan khas luar negara dan berencana mengirimkan beberapa chef pribadinya kesana, tapi itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Malam harinya Galih pulang ke rumah dengan wajah di tekuk, padahal saat menerima transfer dari Selina ... Wajahnya ceria, hanya selang beberapa hari wajahnya kembali murung dan membuat Selina kebingungan.

"Sayang, rame banget ya di resto? Keliatannya kamu capek banget."

"Sebaliknya sayang, resto belum mencapai target."

"Sabar dulu, pelan-pelan."

"Gak bisa sabar dong sayang, nanti aku bisa ketinggalan inovasi."

"Ya terus gimana sayang?"

"Teman-temanku menyarankan untuk mengirim chef resto ke luar negri, agar mempelajari makanan khas disana ... Seperti kembali sekolah masak."

"Hm, lalu?" Sahut Selina, tangannya sibuk menuangkan nasi di piring yang sudah di siapkan untuk suaminya.

"Itu butuh dana yang tidak sedikit."

"Uang yang kemarin? Aku kira lebih dari cukup." Kata Selina.

"Uang segitu, hanya bisa untuk upgrade menu lokal dan renovasi resto, itupun tidak seluruhnya."

Tapi itu aku dapatkan dengan bekerja keras selama bertahun-tahun. Batin Selina.

"Lalu bagaimana? Mau minta tolong mama papaku?"

"Gak, aku tau watak papamu, harga diriku pasti di injak."

"Sayang, papa tidak seperti itu."

"Papa kan mengenal aku sebagai pengusaha sukses, jika dia tau aku sedang di posisi ini, habis sudah." Ucap Galih.

Selina memilih diam daripada terus menjawab apa yang di lontarkan oleh Galih, dengan santainya dia memulai makan malam lebih dulu, dan tak lama Galih pun diam lalu ikut menyantap apa yang sudah di sediakan istrinya.

Suasana makan malam jauh dari kata hangat kali ini, selama pernikahan Selina dan Galih hanya bermasalah dengan hujatan saudara dan teman tentang Selina yang belum memiliki anak, dan mereka bisa menyikapi itu, tapi kali ini sepertinya terasa lebih berat karena prinsip kerasnya Galih.

Sedari tadi Rika terus mondar mandir dari dapur ke meja makan sehingga dengan jelas mendengar apa yang sedang di bicarakan majikannya.

Menyenangkan melihat mereka seperti ini, haha. Batin Rika.

***

Malam itu, Galih pulang ke rumah dengan bau alkohol yang lumayan menyengat ... Ini kali pertama semenjak menikah dia menyentuh kembali botol minuman itu.

"Sayang, kamu minum ya?!" Ucap Selina yang menyambut kedatangan Galih di depan pintu.

"Sedikit, hanya untuk menghilangkan beban."

"Kenapa kamu jadi seperti ini? Semuanya bisa kita lalui ... Tidak harus dengan alkohol!!! Kamu tahu kan, alkohol itu merusak tubuh?!" Omel Selina, tangannya menepuk pelan dada Galih.

"Ya ... Ya ... Ya." Sahut Galih sambil berjalan melewati Selina.

Terpopuler

Comments

Uthie

Uthie

Awal kehancuran

2025-09-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!