Dengan wajah sinis, Galih menoleh ke arah Rika yang tak berada jauh di belakangnya. "Apa urusanmu?"
"Ng ... Maaf pak, saya hanya merasa aneh saja jika ibu tidak bersama bapak." Sahut Rika sambil menunduk.
Galih Tak menimpali apa yang di katakan Rika, pria itu langsung berlalu dan masuk kedalam kamarnya.
"Ketus sekali pak Galih, aku kan hanya bertanya." Gerutu Rika, lalu melanjutkan perkejaannya kembali.
Pukul 20.00.
Perut Galih sudah mulai keroncongan, pria itu sudah mendapat kabar bahwa istrinya sudah pulang dari rumah sakit menggunakan taxi.
Galih keluar kamar untuk menyambut kepulangan Selina, di lihatnya makanan di atas meja yang mengepulkan asap tipis, menandakan makanan tersebut sudah di panaskan oleh Rika.
Hanya melihat sekilas ke arah meja makan, Galih langsung melanjutkan langkahnya ke arah ruang tamu, saat ini perutnya sudah terasa perih karena menahan lapar.
Galih menyambut kedatangan Selina di depan rumah, "Sayaaaang." Galih merentangkan tangannya, dan Selina langsung mendekap suaminya itu.
"Kenapa sih nolak jemput terus? Selanjutnya gak boleh ya." Galih menangkup kedua pipi istrinya gemas.
"Kamu capek sayang, mending kayak gini aja ... Taxi online juga aman kok." Timpal Selina.
"Lebih aman kalau sama aku, intinya harus sama aku."
"Iyaaa iyaa .... " Sahut Selina, mereka tertawa bersama seperti halnya seorang suami istri yang baru menikah.
Dari kejauhan, di bangku taman ... Rika yang sudah menyelesaikan semua tugasnya harus melihat dengan jelas keromantisan yang di lakukan oleh majikannya itu.
"Huh ... Terlalu berlebih-lebihan." Gerutu Rika sambil membuang pandangannya ke arah lain.
Meja makan yang biasanya sudah sepi tak berpenghuni, kali ini sedikit berbeda karena mereka yang baru saja memulai aktivitas makannya.
"Kamu kan ada magh, gak usah tunggu aku pulang lagi." Ucap Selina mengusap lembut punggung suaminya saat Galih mengeluh perutnya terasa perih saat akan menyuap makanan.
"Mba Rikaaaaaaaaaa." Panggil Selina.
"Siap Bu ... " Rika tergopoh, mendatangi sumber suara di ruang makan.
"Ambil kotak obat di lemari."
"Baik bu."
Tak lama Rika datang dengan kotak obat yang Selina minta.
"Bapak kenapa Bu?" Tanya Rika.
"Magh nya kambuh." Jawab Selina sambil menyuapi obat cairan putih pada suaminya.
"Makasih sayang, untungnya punya istri dokter." Puji Galih sambil mengusap lembut tangan Selina.
Ekspresi wajah Selina masih khawatir, walaupun Galih sudah merasa lebih baik. "Please jangan telat makan cuman buat nungguin aku sayang."
Sebelum Galih mulai menjawab, tatapan sinisnya langsung mengarah pada Rika yang berdiam diri di dekat meja makan, padahal tugasnya mengambil obat sudah selesai, tapi wanita itu tetap berada disitu memperhatikan.
"Ngapain kamu?!" Tanya Galih dengan nada sedikit menyentak.
"Ng ... Mmm-maaf, saya permisi." Rika tak menjawab, dia langsung pergi meninggalkan Selina dan Galih ke arah dapur.
Selina dan Galih pun melanjutkan keromantisan mereka berdua tanpa ada gangguan siapapun.
Di dalam kamar.
"Mukaku Mulus, jerawat pun gak ada, tapi kenapa pak Galih ketus terus sih sama aku!" Rika mengelus lembut wajahnya sendiri di depan cermin, dia heran kenapa Galih sama sekali tidak pernah bersikap baik padanya sejak awal mereka bertemu.
"Dan aku juga gak kalah cantik kok sama Bu Selina." Ucap Rika kembali, membanggakan dirinya sendiri.
Rasa penasaran Rika terhadap Galih makin besar, karena selama ini Rika selalu di perlakukan baik oleh laki-laki yang berada di sekitarnya, tapi tidak dengan Galih.
.
.
Hari selanjutnya.
Sore yang syahdu, gemericik hujan makin menambah suasana hangat pasutri yang sedang menikmati hari berliburnya di hari Minggu.
"Sayang, semenjak ada resto masakan jepang tak jauh dari restoranku, konsumen benar-benar turun drastis." Keluh Galih sambil menyeruput teh hangat di samping kolam renang kecil yang ada di halaman belakang rumah.
"Hm, sabar ya sayang ... Aku yakin kamu bisa survive."
"Sepertinya aku harus memangkas jumlah karyawan, agar resto tetap aman dan tidak bangkrut, menurutmu bagaimana?"
"Kalau itu memang jalan satu-satunya yang terbaik, aku dukung kamu mas."
Galih meraih sebelah tangan Selina, di genggamnya erat. "Maaf ya, masih belum bisa melampaui penghasilan kamu, aku kalah jauh jika di banding dengan gaji dan usaha keluarga yang kamu miliki."
"Sayaaaang, jangan seperti itu. Penghasilan kita itu bukan perlombaan, seberapapun penghasilan kamu ... Aku tetap bangga sama usaha kamu, dan untuk usaha keluargaku, itu bukan punya aku sepenuhnya.
"Tapi kadang aku insecure."
"Sayang, please ... Bisa bahas pembahasan lain?" Ucap Selina yang tak ingin merusak suasana.
Entah kenapa tiba-tiba Galih jadi terbawa perasaan, resto nya yang sedang mengalami masalah dan Selina yang terkesan tidak mau membahas hal yang sedang Galih fikiran.
Galih membuang nafasnya panjang, perlahan tangannya yang sedari tadi menggenggam Selina pun terlepas.
"Sayang, oke oke ... Ayo kita bahas apa yang kamu mau, aku bukan gak peduli, tapi please ... Jangan tentang insecure." Ucap Selina yang langsung peka jika suaminya merajuk.
"Kenapa Sel? Kamu iba kan sama aku? Atau kamu males dengerin semua keluh kesah aku sekarang?"
"Ssst ... Sayangg, gak gitu."
"Udahlah, aku mau mandi." Galih memutuskan untuk pergi meninggalkan Selina dan tak ingin membahas lebih lanjut.
Selina dengan cepat membuntuti Galih sampai kaki istrinya itu tidak sengaja tersandung pada kaki meja. "Awhhhh ... " Selina mengaduh kesakitan, sedangkan Galih berlalu begitu saja karena tidak menyadari itu.
Semenjak mengenal Galih, Selina baru melihat prianya itu bersikap seperti ini, dan kejadian sore ini membuat Selina sedih karena merasa tidak di perdulikan lagi.
Mata Rika sedari tadi tak pernah lepas dari apa yang telah terjadi pada dua majikannya ini, senyumnya mengembang kala melihat Selina kesakitan dan di acuhkan oleh Galih.
Rasain. Batin Rika.
Selina mengambil kotak obat dengan sebelah kakinya yang masih bisa di pakai berjalan.
Sedangkan Rika yang memperhatikannya dari jauh, pura-pura tidak melihat apa yang akan Selina lakukan.
Di dalam kamar.
Galih yang terduduk di tempat tidur merasa heran, kenapa istrinya tidak kunjung masuk ke dalam kamar, padahal dia tau jika tadi Selina berusaha mengejarnya.
Rasa kesalnya pun sedikit hilang, dia berusaha menurunkan egonya ... Membuka pintu kamar dengan perlahan, terlihat di ujung sofa Selina yang sedang mengoles sesuatu pada kakinya yang kemerahan.
Melihat itu sontak saja Galih panik dang langsung mendekat pada Selina. "Ss-sayang, kamu .... Kenapa?" tanya Galih, dia lalu berusaha menyentuh kaki Selina yang tersandung kaki meja.
"Jangan sentuh, sakit kakiku."
"Kenapa bisa Semerah itu sayang, kamu kenapa?" Tanya Galih kembali, karena memang Galih sama sekali tidak mengetahui kecelakaan kecil yang menimpa istrinya.
"Gak kenapa-kenapa, udahlah gak usah perduliin aku." Sahut Selina , sambil sesekali meniup salep memar di kakinya agar cepat meresap, dan tetap mengacuhkan Galih.
"Apaan sih kamu, Mana bisa aku gak perduli sama istri aku sendiri."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Uthie
hmmm... Awal-awal mulai retak niii 🤨
2025-09-18
0