PIL KB

Dan benar saja, tak lama kemudian Lusi kembali ke parkiran membawa tasnya, menghampiri mobil mewah pria yang ia kira pria bayaran.

Lusi berada disisi pintu Gasan.

Pria didalamnya pun peka dan membuka jendela mobil.

Lusi sudah mengambil uang tunai dari dompetnya dan ia berikan kepada Gasan.

"Terimalah" minta wanita itu.

Gasan tersenyum menyeringai.

"Aku kira kamu sangat salah paham denganku" celetuknya.

"Aku bilang, aku tidak ingin.." sahut Lusi sebelum selesai sudah dipotong Gasan.

"Berutang budi. Kamu sudah mengatakan itu. Cukup sekali kamu memberitaukan prinsip mu itu" sela Gasan sambil menerima uang pecahan 500 Euro entah berapa lembar, sepertinya lebih dari 50 lembar.

"Terima kasih sudah membayarku cukup mahal" sindir pria itu kemudian setelah menghitung uangnya.

"Hmmm, sama sama. Sampai jumpa" sahut Lusi lalu berjalan meninggalkan Gasan dan kembali menuju club.

"Ckckck..wanita itu membayarku 50.000 Euro. Dia cukup kaya juga? Siapa?" lirihnya.

Namun beberapa saat ia menepis keingin tauannya terhadap wanita yang telah membayarnya itu.

Gasan memilih menjalankan mobilnya lagi menuju rumah minimalis yang akan ia tempati di Spanyol.

Hari ini dia baru sampai di club dan diajak oleh teman temannya sekalian ambil mobil yang ia beli dari temanya juga.

Namun ia merasa bosan saat sudah berada didalam. Niat hati ingin segera pulang dan beristirahat karena besok pagi ia akan langsung bertugas, eh malah merasakan kenikmatan tubuh wanita yang terkena ramuan gairah.

Didalam club, Sophie dan Ester duduk berhadapan dengan Lusi. Tatapan ketiganya begitu serius.

"MEMANG BAJINGAN TUH PRIA TUA! DAKAR DAN JEZA BENAR BENAR SUDAH DILUAR BATAS!" teriak Ester tidak terima.

"YA!! JIKA BESOK AKU BERTEMU DI KANTOR, AKU AKAN LANGSUNG MENENDANG BIRDNYA!" timpal Shopie.

Kedua sahabatnya marah besar mendengarkan cerita Lusi, namun yang bercerita terlihat tenang sambil menyeruput minumannya.

"Kenapa kamu terlihat tenang begitu, Lus? Kamu gak marah sama kedua pria biang keladi itu?" tanya Ester terheran heran.

"Hmmm...aku tidak terlali peduli pada mereka karena karir mereka besok akan berakhir di perusahaanku. Perusahaan Vanholand Group tidak memerlukan pria pria brengsek seperti mereka" jawab Lusi dengan tetap menyerut minumannya pelan.

"Keren banget kamu! Setenang ini menghadapi musuh! Tidak salah jika kamu berhasil menjadi CEO Wanita terbaik tahun ini" puji Sophie.

"Ayahku yang akan menyelesaikan mereka berdua. Aku hanya menunggu kabar" sahut Lusi.

Kedua temannya pun masih terheran heran dengan wajah sahabatnya yang tidak terkesan syok sama sekali.

Apakah pria bayaran yang telah menolongnya, sehebat itu? batin mereka berdua.

"Hmmm Lus, apakah kamu tau siapa identitas pria bayaran yang tadi menolongmu?" tanya Ester ragu, tapi dia penasaran dengan respon sahabatnya.

"Ini juga tidak penting. Kita sepakat untuk melakukan ONS tanpa memikirkan tanggung jawab kedepannya. Lagipula aku tidak akan hamil semudah itu. Lihat aku sekarang, aku meminum minuman ini layaknya aku minum pelarut benih dalam rahimku. Aku akan meminum pil kb setelah pulang dari sini" jawab Lusi lagi lagi tenang.

Ester dan Sophie hanya saling tatap terheran heran.

"Memang berapa kali kamu tadi melalukan pelepasan dengannya?" tanya Sophie agak vulgar.

"Dua kali" jawab Lusi jujur dan singkat.

Kedua sahabatnya hanya menutup mulut dengan tangan mereka karena terkejut.

2 kali sembur jika pas kemungkinan akan tetap jadi jika tidak segera meminum obat pencegah kandungan.

"Segeralah pulang dan belilah obat kb nya. Aku takut kamu akan hamil, Lusi" ujar Sophie.

"Hahaha, kenapa kamu yang takut kalau aku hamil? Kan aku udah pernah bilang, aku juga belum siap jadi orang tua. Karirku masih panjang. Aku bisa menjaga diriku untuk tidak hamil sebelum aku inginkan" sahut Lusi.

"Ya itu aku takut kamu bisa hamil kalau ceroboh dan menyepelekan. Aku sebagai sekretaris dan sahabat mu menyarankan untuk kamu segera pulang, beli obat lalu minum obat pencegah kehamilan itu lalu beristirahat. Besok pagi kita ada rapat" jelas Sophie sedikit terdengar serius dan tegas.

Memang Sophie ini akan berperan seperti kakak untuk bosnya saat Lusi benar benar telah diambang batas kesadaran berfikir bijak. Apalagi saat keadaan mabuk seperti ini.

"Hmm ya yaaa...aku akan menuruti asistenku. Bill udah dibayar semua?" tanya Lusi.

"Sudah. Saat tadi kita mencari keberadaanmu, aku sudah membayar tagihan terlebih dahulu dan mengatakan kepada para manager dan tamu undangan pesta jika kamu sudah pulang" jawab Sophie.

Lusi tersenyum puas.

Lalu ia berdiri dan hendak berjalan namun jalannya sudah kembali sempoyongan.

Ester dan Sophie pun membantunya untuk berjalan keluar club hingga bertemu dengan driver Lusi.

"Pak Leos, Lusi sudah mabuk. Antar pulang, tapi sebelum itu ke apotik sebentar ya, ingatkan dia untuk membeli obat pil kb" ucap Sophie.

"Siap, Non" sahut sang driver yang sudah terlihat berumur namun tetap sopan.

Pak Leos adalah driver Lusi sejak ia bersekolah.

Keluarga Vanholand sudah mempercayakan putrinya untuk dibawa kemana mana oleh Leos, pria berusia 53 tahun.

Dan Leos sudah mengetahui karakter serta pergaulan anak majikannya ini. Malah ia menganggap Lusi seperti anaknya sendiri berhubung Leos telah ditinggal meninggal istrinya 3 tahun lalu tanpa ada anak.

Kini Leos membawa CEO muda berusia 29 tahun itu pulang, sebelum itu ia berhenti di apotik untuk membeli pesanan Sophie.

Leos melihat kebelakang, Lusi sudah tertidur dan ia tidak ingin membangunkan wanita itu.

Pria itu memilih keluar dari mobil dan membeli obat yang dituju.

Tak lama lama kemudian, ia kembali dengan membawa 1 kotak obat.

"Non..ini saya sudah belikan obat pil kb nya" ucap Leos sambil menyodorkan obat yang dia beli.

"Hmmmm...terima kasih banyak..Pak Leos..taruh tas ku aja, nanti sampai rumah baru aku minum. Aku ingin tidur" sahut lirih Lusi dengan kesadaran hampir hilang.

Leos pun melalukan apa yang diperintahkan dan melajukan kembali mobilnya menuju mansion keluara Vanholand.

Terletak di Madrid, Spanyol, tepatnya kawasan La Moraleja.

*ilustrasi rumah keluarga Vanholand

30 menit berada di perjalanan, mereka sudah sampai rumah.

Leos keluar dan penjaga memanggil pelayan wanita yang memang dilarang tidur sebelum Lusi pulang. Pelayan khusus untuk putri mahkota keluarga Vanholand itu.

"Bi Huri, Non Lusi sudah datang" panggil penjaga pintu.

Wanita yang dipanggil pun langsung keluar rumah dan membantu memapah Lusi untuk ke kamarnya di lantai 2 menaiki tangga.

Setelah sampai di lantai 2, Huri tetap membantu Lusi masuk kamar.

Bruk!

Tubuh Lusi sudah dibaringkan di ranjang.

"Wah Non Lusi benar benar mabuk malam ini" ucap wanita berumur 45 tahun itu.

Sama seperti Leos, Bibi Huri sudah bekerja untuk keluarga Vanholand sejak Lusi kecil. Jadi sudah ia anggap Lusi sebagai putrinya.

Dengan telaten pelayan rumah itu membantu Lusi berganti pakaian, namun cukup terkejut ia melihat sisa sisa lendir di sela sela paha anak majikannya.

Namun Huri tak berkomentar dan lebih memilih mengambil air dan waslap untuk membersihkan tubuh Lusi.

Akhirnya sekitar pukul 2 pagi, Lusi bisa tidur nyenyak dengan pakaian yang layak. Huri pun kembali ke kamarnya dan bisa beristirahat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!