"Rachelle, kamu memang nggak jijik deket sama aku setelah kejadian di kafetaria?" tanya Drasha tiba-tiba.
"Enggak. Memangnya kenapa?"
"Kamu pasti liat postingan di HouseLine yang tentang aku … cewek kampung yang … bau."
Tawa Rachelle pecah. "Ya ampun, Drasha, kamu tuh lucu banget sih. Ekhemmm… temen-temen sekelas kamu ya yang bilang gitu?"
Drasha mengangguk dengan matanya yang berbinar seperti boba.
"Dasar, pemuja The Velvets," cibir Rachelle selanjutnya. Dia lalu memegang pundak Drasha dengan kedua tangan lembutnya. "Kamu nggak bau seperti kata mereka kok, mereka pasti sengaja bilang kayak gitu biar kamu down. Dan, mereka begitu pasti suruhan The Velvets."
"The Velvets itu cewek-cewek yang gangguin aku di kafetaria kan."
"Yupsss, bener, ketuanya si Queena. Pasti dia gak terima kamu nyirem dia juga pake makanan. Makanya dia minta orang-orang musuhin dan bully kamu."
"Namanya cantik tapi hatinya busuk," komentar Drasha geleng-geleng sambil mengulum bibirnya.
Rachelle lagi-lagi tersenyum geli karena congor Drasha. Gadis itu lalu menunjuk semangat ke arah depan. "Nah, itu dia gerbang utamanya, Drasha."
Gadis berambut hitam panjang itu mengulas senyum. Dia mencocokkan koordinat di mapsnya. "Wah, iya, bener, aku bingung karena banyak bangunan dan sekolah ini luas banget, jadinya tersesat. Makasih banyak yah, Rachelle."
"You are so welcome, Drasha. Terus kamu pulang pakai kendaraan apa?"
"Ojek online."
"Aku anterin kamu aja gimana?"
Waduh. Kalau Rachelle mengantar Drasha sampai ke kediaman Alveroz, dia pasti curiga kenapa Drasha tinggal di sana. Dia tidak boleh melanggar perjanjian dengan Tuan Riovandra kalau beasiswanya tidak mau ditarik.
"Nggak usah repot-repot, Rachelle."
"Oke, kalau itu mau kamu. Eh, tapi kamu mau langsung balik? Gak mau jalan-jalan dulu gitu?"
"Aku mau ngerjain tugas-tugas yang ketinggalan, aku juga belum terlalu hafal tempat-tempat di kota ini, aku baru pindah soalnya, Rachelle."
"C'mon, Drasha. Makanya kamu dikirimin peri baik hati kayak aku ini." Rachelle membentuk huruf V dengan kedua punggung tangannya lalu diposisikan di bawah dagunya. "Kamu butuh refreshing juga setelah melewati drama hari pertama di sekolah."
"Tapi, Rachelle…"
"No tapi tapi kalau soal ini, Drasha."
Beep.
Sebuah mobil hitam mewah singgah di depan gerbang utama. "Nah, itu dia sopir aku udah dateng." Rachelle menarik tangan lembut Drasha dan berlari bersama.
Drasha mau tidak mau ikut saja karena kali ini Rachelle memaksa.
Dan, tak jauh dari sana, seseorang duduk santai di atas pohon sambil makan es krim. Matanya tertuju pada Drasha. "Apa dia Drasha yang itu?" gumamnya.
***
Di ruangan privat sebuah kafe ekslusif, Cherryl belum menyentuh minumannya sama sekali. Gadis itu menunduk tak berani memandang Kayrell yang duduk di hadapannya.
"Aku tahu, Kak Kayrell nggak mau temenan sama aku lagi, karena aku cuma anak adopsi."
"Aku nggak bilang kayak gitu, Cherryl. Menurut aku justru mama papa kamu bener, kamu tetep anak mereka. Cewek itu juga bukan Drasha yang asli. Dia pasti cuma mau morotin harta keluarga Alveroz."
"Tapi, Kak, Drasha itu baik."
"Kamu jangan terlalu polos, Cherryl. Jelas-jelas, cewek miskin itu tidak sepolos kelihatannya. Kamu lihat kejadian di kafetaria, kan. Dia berani melawan Queena ketua geng The Velvets."
"Drasha cuma membela diri, Kak. Dan, apa kakak bisa jangan sebut dia cewek miskin. Dia asli atau enggak, sekarang dia itu saudara aku, Kak."
"Kamu terlalu baik, Cherryl." Kayrell geleng-geleng, lalu menyesap sedotan minumannya, memandang ke arah jendela.
Sementara itu, Cherryl diam-diam memunculkan smirk tipis di wajahnya tanpa sepenglihatan Kayrell.
***
Di sisi lain, Rachelle mengajak Drasha keliling di pusat kota menggunakan mobil. Dia sudah seperti pemandu yang merincikan setiap tempat yang mereka lewati.
Drasha hanya bisa komentar 'wow', 'wah', atau 'wih' setiap Rachelle menjelaskan. Apalagi saat, gadis imut tersebut menunjukkan salah satu gedung pencakar langit adalah milik keluarga Rachelle.
"Keluarga kamu hebat banget yah, Rachelle." Drasha menempelkan kedua tangannya di kaca. Netranya terus tertuju pada gedung-gedung di luar sana.
"Biasa aja kok, Drasha."
"Yang luar biasa itu keluarga Alveroz."
Drasha lalu menoleh pada Rachelle, menatap gadis itu dengan rasa penasaran.
"Keluarga Alveroz?"
"Yappp, kamu tahu kan nama sekolah kita Alveroz Highschool. Itu punya mereka."
"Sepowerful itu yah, keluarga Alveroz."
"Bisa dibilang lebih dari itu. Mereka memang jarang diberitakan di media, tapi di balik layar mereka punya saham dan kendali di berbagai sektor penting … low profile, high control."
Drasha takjub mendengarkan penjelasan Rachelle.
"Kalau dibilang setara, ada satu keluarga yang sebanding sama mereka. Keluarga Yoseviano. Keluarganya Kak Kayrell."
"Kakak kelas yang anti cewek miskin itu."
"Iyapps, dia. Tapi, gak papa, dia memang kata-katanya tajem, tapi gak pernah ikut bully-bully gitu kok. Justru kamu harus waspada sama seangkatan kita yang dari keluarga Yoseviano juga, anak platinum. Adik sepupunya Kak Kayrell."
"Si-a-pa?"
"Adriel. Dia itu pembuat onar, tapi juga cowok paling terkenal di angkatan kita karena ganteng. Walaupun sering bolos tapi nilainya selalu tinggi sampai gak pernah kedepak dari kelas platinum."
"Dan, Adriel itu juga crushnya Queena, satu sekolah tahu, jadi pastiin kamu nggak berurusan sama dia. NEVER."
Drasha meraih kedua tangan lembut Rachelle dan menggenggamnya erat. Matanya berkilat penuh haru dan syukur. "Makasih banget yah, Rachelle. Kamu udah ngasih aku informasi penting dan peduli sama aku."
"C'mon, Drasha, kita temen, and… aku peri baik hati buat kamu kan, chingguyaa…"
Dua remaja cantik itu saling tertawa.
Dan, tak lama kemudian mereka tiba di sebuah mall besar pusat kota. Rachelle mengajak Drasha keliling. Lagi-lagi Drasha terpukau dengan kemewahan yang memanjakan matanya.
Yap, ini pertama kali Drasha menginjakkan kaki di mall. Dia hanya pernah melihatnya di layar TV ataupun hape.
Dua remaja yang ditemani oleh bodyguard wanita Rachelle tersebut kini berada di sebuah toko pakaian merek ekslusif.
"Drasha kamu pilih juga."
"Aku?"
"Iya, pilih aja kamu suka yang mana."
"Tapi, Rachelle aku harus hemat uang aku untuk keperluan sekolah." Drasha tidak mampu membeli pakaian mahal yang mungkin seharga rumahnya di desa.
"Astaga, Drasha, aku yang bayarin kok, anggap hadiah dari aku."
"Tapi –,"
"Duhhhh, Drasha, kamu tapi-tapi mulu deh," Rachelle kemudian meraih satu dress cantik kekinian dan ditempelkan di bagian tubuh depan Drasha. "Kalau kamu bingung milih, aku yang milihin."
Rachelle kemudian menarik Drasha ke depan cermin besar dan menatap pantulan bayangan mereka di sana. "Nah, dress ini cocok buat kamu."
Drasha akhirnya mengikuti Rachelle saja karena gadis imut itu terus memaksanya. Selain jalan-jalan mereka juga shopping. Entah sudah berapa lama mereka menghabiskan waktu, sampai Drasha baru sadar kalau ternyata jam sudah menunjukkan pukul 7 malam.
Gadis cantik itu meringis dalam hati. "Sabar yah tugas-tugasku, sepulang dari sini aku bakalan ngerjain kalian semua."
Dia lalu menoleh pelan pada Rachelle yang berjalan sambil merangkul lengan Drasha. Gadis imut itu mengamati tiap toko yang mereka lewati. Sesekali berkomentar tentang desain sepatu atau tas yang menurutnya B aja.
Drasha tersenyum tipis. "Peri kayak Rachelle ini kebangetan deh baiknya. Tapi terima kasih, Tuhan … karena mendatangkan dia di hidup aku. Ternyata orang-orang kaya tidak semua seserakah dan sekejam itu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
doremidore
biciiittt kau cherryl
2025-07-08
2