PART3 "Retak pertama"
Tiga hari setelah konferensi pers
Malam hari, dikamar utama
Suasana rumah sunyi. Tak ada suara tembakan. Tak ada ancaman. Hanya keheningan… yang lebih mencekam daripada teriakan.
Sebin meringkuk di bawah selimut tebal, tubuhnya menggigil meski AC dimatikan. Wajahnya pucat, keringat dingin membasahi lehernya.
Pagi tadi ia sempat pingsan di kamar mandi dan sejak itu, demamnya tak kunjung turun.
pelayan
Nonaa Sebin... sepertinya nona sakit.
[menaruh botol minum di meja samping Sebin tidur)
MOON SEBIN
Tidak bii... aku hanya kecapekan.
pelayan
Tapii... apa saya perlu panggil dokter?
MOON SEBIN
Tidak perlu bii...
MOON SEBIN
Iyaaa, aku hanya perlu beristirahat.
pelayan
Baiklah non, kalo ada apa-apa panggil saya saja.
[ucapnya sopan]
MOON SEBIN
Mmmm terimakasih
Gavin masuk tanpa mengetuk, napasnya sedikit memburu.
GAVIN
Kak, kak Sebin sakit. Dia demam tinggi sejak pagi!
VEGAS
Beri dia obat.
[Vegas tak mengangkat kepalanya dari dokumen]
GAVIN
Dia bahkan sempat pingsan.
Vegas menghentikan gerakan tangannya. Perlahan, ia menutup berkas di hadapannya. Wajahnya masih dingin, tapi matanya gelap.
VEGAS
Siapa yang menyentuhnya?
GAVIN
Tidak ada. Ini bukan karena orang lain… Ini karena kau.
GAVIN
[Gavin menatap kakaknya tajam]
GAVIN
Dia hidup seperti boneka di sini.
GAVIN
Tak ada yang bisa diajak bicara. Semua orang takut. Bahkan kau… menakutinya setiap hari. Dia stres, Vegas.
Vegas masuk pelan. Lampu sudah diredupkan.
Sebin menggeliat pelan dalam tidur gelisahnya, wajahnya basah karena keringat. Bibirnya tampak kering, dan napasnya terdengar berat.
Untuk pertama kalinya… Vegas merasa panik. Tapi ia tidak tahu bagaimana menanganinya.
Tak ada jawaban. Hanya suara batuk kecil dan erangan pelan.
Vegas duduk di sisi tempat tidur. Jemarinya terulur… lalu berhenti di udara.
VEGAS
"Kenapa tanganku gemetar? Kenapa ini terasa... asing?"
[pikirnya]
Lalu akhirnya, dengan sangat pelan, ia menyentuh dahi Sebin.
VEGAS
Panas sekali…
[gumamnya]
Ia memanggil pelayan untuk membawa air dingin dan kompres.
Ia sendiri, pria yang dikenal sadis dan kejam, duduk sepanjang malam di sisi ranjang.
Mengganti kompres di kening Sebin. Menyeka keringat di lehernya.
MOON SEBIN
[Sebin menggeliat pelan. Matanya terbuka setengah]
MOON SEBIN
A… aku… di mana?
VEGAS
[Vegas langsung menoleh]
VEGAS
Kau demam. Tapi sudah turun sedikit.
[Suaranya pelan. Tidak seperti biasanya]
Sebin mencoba bangkit, tapi tubuhnya lemah. Vegas langsung menahan bahunya.
VEGAS
Jangan bergerak. Kau bisa pingsan lagi
MOON SEBIN
[Menatapnya… bingung]
MOON SEBIN
Kenapa… kau ada di sini?
Vegas tidak menjawab. Ia hanya memandangi wajah lelah Sebin. Untuk pertama kalinya, ia melihat perempuan itu tidak tersenyum. Tidak pura-pura kuat. Tidak berpura-pura baik-baik saja.
Dan itu. anehnya, membuat dada Vegas terasa sesak
VEGAS
Tidur lagi. Aku akan tetap di sini.
MOON SEBIN
“Kau tahu… bahkan monster pun bisa merawat… ternyata.
VEGAS
[Menoleh]
Aku bukan monster.
MOON SEBIN
Okay Bukan… tapi belum sepenuhnya manusia
Dan malam itu, di dalam kamar besar pria yang katanya tidak punya hati… duduk diam, mendengarkan napas pelan dari wanita yang ia anggap sebagai ‘miliknya’.
Tapi mulai malam ini… ia mulai takut kehilangannya.
Cahaya matahari menerobos jendela kaca besar.
Sebin duduk sendiri di meja panjang yang lebih cocok untuk rapat dewan direksi ketimbang makan pagi.
Di depannya, sepiring bubur ayam Thailand yang masih mengepul. Tapi sendoknya belum tersentuh.
Lalu suara langkah terdengar. Tegas. Teratur.
VEGAS
Kau sudah bisa duduk. Artinya kau cukup sehat untuk mulai bicara.
MOON SEBIN
Terimakasih… karena merawatku semalam
VEGAS
[duduk tanpa menjawab. Tapi sempat melirik]
VEGAS
Aku hanya tidak suka barangku rusak terlalu cepat
MOON SEBIN
[menghela napas]
Tentu saja.
MOON SEBIN
Apa kau selalu tidur larut malam?
[tanyanya pelan]
VEGAS
[mengangkat alis]
Kenapa?
Sesaat… Vegas kehilangan ritmenya. Tapi ia cepat-cepat menutupinya dengan tegukan kopi.
VEGAS
Banyak urusan. Banyak musuh
MOON SEBIN
Banyak luka?
[bertanya sambil menatapnya]
VEGAS
Kau tahu… kadang, luka di luar lebih mudah disembuhkan.
Sebin mengalihkan pandangan, tak ingin menyudutkan pria itu.
Tapi saat ia berdiri untuk mengambil tisu, matanya secara tak sengaja melihat sesuatu di punggung Vegas.
Kemejanya tersingkap sedikit saat ia membungkuk mengambil ponsel.
Bekas luka panjang. Di punggung. Seperti cambukan.
MOON SEBIN
[menahan napas]
VEGAS
[sadar. Ia segera menarik kemejanya turun]
VEGAS
Kau melihatnya.
[Suaranya datar, tapi matanya berbahayay
MOON SEBIN
[Menelan ludah. Tapi ia tak berpaling]
MOON SEBIN
Siapa yang melukaimu?
VEGAS
[berdiri. Tegap. Mendekat.]
VEGAS
Jangan pernah bertanya tentang masa lalu. Bukan urusanmu.
VEGAS
Kau bukan istriku karena cinta. Ini bukan hubungan. Ini kesepakatan.
Suasana langsung berubah.
MOON SEBIN
Lalu kenapa kau rawat aku saat sakit? Kenapa kau duduk semalaman di sampingku? Kenapa—
Bentakan itu menggema di ruangan. Tapi Sebin tidak mundur. Matanya menatap langsung ke matanya.
MOON SEBIN
Kalau kau benar-benar tidak peduli, kenapa kau marah karena aku melihat lukamu?
VEGAS
[Diam. Tangannya mengepal. Napasnya berat. Tapi tak ada kata keluar]
MOON SEBIN
[melangkah mundur]
MOON SEBIN
Kau bukan monster, Vegas… Kau hanya belum tahu bagaimana jadi manusia.
Lalu ia pergi meninggalkan meja makan, meninggalkan pria yang berdiri membatu.
Gavin menemui Sebin di taman mansion
GAVIN
Kau membuat kakakku kehilangan kendali. Itu… jarang terjadi.
Sebin duduk di bangku kursi.
MOON SEBIN
Aku cuma bicara apa adanya
GAVIN
Lukanya… berasal dari masa kecil.
GAVIN
Ayah kami dulu… bukan hanya mafia. Tapi juga seorang penyiksa.
GAVIN
Vegas yang menanggung semuanya untuk aku bisa tumbuh normal.
MOON SEBIN
[menatap Gavin]
MOON SEBIN
Itu sebabnya dia berubah… jadi batu es seperti sekarang?
GAVIN
Dan kau… baru pertama kali membuat retakan di es itu.
GAVIN
Tapi hati-hati, Sebin. Air yang keluar dari es... bisa membanjiri. Atau... menenggelamkanmu.
MOON SEBIN
[Berdiri di depan telpon rumah yang tergeletak rapih dimeja kamarnya]
Semenjak menikah Sebin belum memegang handphone, karena ayah mengambilnya.
Pintu kamarnya terbuka, Sebin refleks menyembunyikan gagang telpon ke belakang tubuhnya.
VEGAS
Siapa yang akan kamu hubungi?
VEGAS
Kau pikir aku tidak tahu?
VEGAS
Nih...
[Memberikan handphone]
MOON SEBIN
Wah handphone kuu..?
[Langsung mengambilnya, matanya berbinar]
MOON SEBIN
Dia baik-baik aja, kan?
Sebin langsung menelpon sahabatnya, setelah mendapatkan spam chat darinya.
KANNIKA
📱: Yaaak Sebinaa, akhirnya kamu ada nelpon, aku kangen banget sama kamuuuu
MOON SEBIN
📱: Mmm aku jugaaa
KANNIKA
📱: Kamu baik-baik saja, kan?
KANNIKA
📱: dia gak sakitin kamu, kan?
MOON SEBIN
📱: aku baik-baik saja, dia juga gak bikin aku sakit tapi stres...
KANNIKA
📱: kita harus ketemuan!
MOON SEBIN
📱: aku tidak tahu, apakah aku bisa keluar atau tidak
MOON SEBIN
📱: tapi kamu tenang aja, aku bakal minta bantuan ke Gavin
KANNIKA
📱: Gavin? Adiknya Vegas kan?
KANNIKA
📱:baiklah... Kalo ada apa-apa, kamu bisa ceritain semuanya ke akuu...
KANNIKA
📱: kabarin aja, kalo kamu udah bisa keluar. ntar aku share lok.
Vegas berdiri di depan cermin, membuka kemejanya perlahan. Menatap bekas luka di punggungnya.
VEGAS
Kenapa… kau melihatku seolah aku layak dicintai?
[gumamnya pada diri sendiri]
Jangan lupa like comment and subscribe yaa🦋
Comments