"Hari masih terlalu pagi, tidak biasanya kanda Wijaya mengumpulkan para patih dan rakrian di balai istana". Nambi berkeluh kesah pada istri tercintanya Bhanuwati. "Mungkin Raden Wijaya ingin menyampaikan hal yang sangat penting kanda". Bhanuwati menjawab sembari merapikan upavita atau selendang kewibawaan di tubuh Nambi yang menunjukan trah bangsawan kerajaan.
Patih Halayudha telah nampak datang lebih dulu namun dari raut wajahnya nampak menyimpan kebencian tehadap Empu Nambi. "Huh, apakah kakang terlalu menyepelekan titah Raja sebagai seorang mahapatih hingga datang terlalu siang". Sindir Halayudha sambil enggan menatap wajah Nambi.
Nambi muntab mendengar ucapan Halayudha hingga menunjuk wajah Halayudha sembari berkata "Tak perlu kau ucapkan hal yang tidak pantas, kakang!"
Tanpa ia sadari Patih Lembu Sora sudah berada di belakang Nambi kemudian memegang pundak orang yang telah ia anggap sebagai saudaranya tersebut berusaha menenangkan Nambi "Sudahlah kakang Nambi, tak perlu kau marah pada orang yang tidak bisa menjaga lidahnya, lagi pula ia bisa menjadi rakrian patih sebab kepandaiannya menjilat dan menghias kata-kata yang keluar dari moncong bibirnya".
"Jaga bicaramu Sora! Ingatlah lidah itu lebih tajam daripada pedang, suatu saat kalian akan tahu hal ini". Halayudha murka mendengar ucapan Lembu Sora.
Dengan kesaktiannya dalam sekejap mata Lembu Sora telah berada disamping Haayudha dan mencekik leher nya. Dengan mata yang hampir lepas ia menunjuk hidung Halayudha "Dengan ucapanmu baru saja, maka mulai saat ini aku... Lembu Sora... akan selalu menentang dan berupadaya menolak setiap ucapan yang kau usulkan pada Dyah Wijaya. Ingat itu!"
Nambi, menarik tangan Lembu Sora. "Sudahlah kakang Sora, hentikan!". sambil menjauhkan Lembu Sora dari Halayudha dan menggiringnya pada tempat duduk khusus untuknya. tak lama kemudian penjaga berteriak memberi pengumuman "Sang Raja Kertaredjasa Jayawardhana memasuki balai pertemuan". sontak seluruh orang dalam balai berdiri memberi hormat pada Wijaya hingga ia duduk di singgasana kebesarannya dan mempersilahkan semua orang kembali pada posisi duduknya.
**
Raden Wijaya menyampaikan bahwa dia berencana mencari pemuda jenius dalam segala hal untuk menjadi pengawal pribadinya yang kelak akan menjadi calon pengganti para Rakrian di kerajaan Majapahit dan selalu bersamanya.
Setiap Adipati, Senopati hingga Mahapatih boleh mengajukan calon dari anak-anaknya atau siapapun dari daerahnya yang akan di seleksi oleh para Empu maupun guru kanuragan kerajaan kemudian di latih menjadi seorang pasukan ellite bernama "Dharmaputra".
Para Patih hingga Mahapatih Nambi menyetujui hal ini dan merasa senang sebab ia berpeluang besar menempatkan orang kepercayaan yang kelak dapat meneruskan perjuangan sebagai abdi Kerajaan Majapahit.
Surat segera dibuat dan di sebarkan ke seluruh penjuru negeri. Para Adipati kerajaan di perintahkan untuk menggelar sayembara penunjukan bagi siapa yang pantas mengikuti sayembara lanjutan di Ibu Kota kerajaan. Rakyat merasa senang dan bisa ikut rurut andil dalam menyaksikan Sayembara yang di siapkan daerahnya masing-masing hingga merasa bangga terhadap siapapun yang terpilih sebab mewakili daerahnya masing-masing.
***
Perahu telah menepi di pesisir Lembah Ngrawan. ketiga orang itu adalah Loh getah, Menak waja dan Suro gaung ketiganya merupakan Pendekar Jawara tingkat 3 dengan tenaga dalam sedikit di bawah Arya Wajra namun jika ketiganya bersama-sama menghadapi Arya Wajra sudah di pastikan Arya Wajra akan kalah.
Criing... cring... criing... nampak pedati Raden Suryo perlahan melalui hutan pinus di sekitar pesisir Lembah Ngrawan, pinus yang lebat dan kabut tebal membuat ia dan Sarjo tak mengetahui kehadiran 3 orang asing di sekitar mereka. tiba-tiba "krakkk... bummm" bunyi dentuman sebatang pohon pinus besar tumbang dan menghalangi pedati Raden Suryo menyebabkan kedua kudanya mendadak berhenti sebab Sarjo menarik tali kekangnya secara tiba-tiba.
"Apa yang terjadi Sarjo". teriak Raden Suryo kepada Sarjo sambil mengintip melalui jendela pedati. "Entahlah raden, tiba-tiba saja pohon pinus tumbang dan hampir menimpa pedati kita". jawab sarjo.
Sarjo turun untuk memastikan tidak ada barang yang terjatuh dan barangkali bongkahan pohon dapat di singkirkan olehnya. Namun baru saja ia mendekati pohon itu sesosok bayangan hitam dengan tawa melengking yang menakutkan mengintimidasi dirinya.
"Hahaha... huahaaa..." tawa dari sesosok bayangan yang jauhnya sekitar 20 meter dari Sarjo nampak membawa benda besar bercahaya keperakan. Nampaknya dia yang menyebabkan pohon pinus terpotong dengan benda tersebut. Keringat dingin mulai membasahi tubuh Sarjo dengan langkah gontai dan gemetaran ia mendekati pedati sambil melaporkan yang ia lihat pada Juragan Suryo.
"Ampun Juragan, nampaknya ada orang yang sengaja menghalangi perjalanan kita".
"Kurang ajar, berani sekali dia!". Teriak Juragan Suryo muntab dan langsung turun membawa goloknya menuju bayangan yang di tunjuk oleh Sarjo.
"Ki sanak, berani sekali kau menghalangi perjalanan kami!?. Teriak Juragan Suryo.
Bukan jawaban yang ia dapatkan justru tawa yang mengejek "Huahahahaa... Cecunguk kecil berani membentak ku!". "Huhhh"... Dalam satu tarikan nafas bayangan itu mengibaskan golok raksasa nya menjadikan hempasan angin bercampur pasir dan debu mengarah pada Juragan Suryo dan Sarjo.
Juragan Suryo menggunakan goloknya untuk menghalangi serangan itu. Namun pertahanannya lemah ia terpental beberapa meter di ikuti oleh Sarjo yang terpelanting lebih jauh lagi hingga menabrak pohon pinus dan roboh karena kehilangan kesadaran.
Juragan Suryo langsung mengambil kewaspadaan nya ia mencabut goloknya kemudian melompat ke arah bayangan itu sambil membabat sekuat tenaga "Chiaaattt"...
Bayangan itu kembali mengibaskan golok raksasanya ke arah Juragan Suryo dengan semampunya Juragan Suryo melenting ke samping menghindari hempasan angin ia tak ingin terjejar kebelakang untuk kedua kali.
"Kurang ajar. Dia bukan orang sembarangan hempasan golok besarnya sudah membuatku kewalahan". Runtuk Juragan Suryo dalam hati. Belum sempat ia tersadar dari lamunannya tiba-tiba bayangan itu menghilang dan dalam satu tarikan pedang sudah sampai di depan wajah Juragan Soryo dengan tangan bersiap mencekik leher Juragan Suryo.
"Hup". Juragan Suryo mencoba melangkah kebelakang namun sudah terlambat atau memang gerakan orang misterius itu lebih cepat hingga tangannya sudah mencekik leher Juragan Suryo.
Sontak juragan Suryo dapat melihat wajah orang yang mencekiknya. Sebuah penutup mata terbuat dari logam bertalikan kulit binatang menghalangi mata kanan laki-laki itu. Wajah nya tidak beraturan sebab luka bakar parah menutupi wajahnya.
Juragan Suryo mencoba melepaskan diri namun cekikan dari laki-laki miterius itu berisi tenaga dalam dan terlalu kuat. Sejenak nafasnya terhenti dan tersengal-sengal ia sadar lawannya terlalu tangguh dan ia mencoba bernegosiasi "Ki... Ki Sanak... apa yang ka... kaau ingingkan daa.. dariku?"
"Aku ingin menjumpai Arya Wajra. Kau harus tunjukan dimana dirinya jika masih sayang pada nyawamu!". Ucap jawara misterius itu dengan suara serak dan berat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
Wak Jon
............
2022-08-05
0
M Affan Fadhilah
di cerita ini gk ada arya kamandanu ya thor
2021-09-06
0
★Ambil 5 Bayar 3★
hmmm.... saya senang membaca cerita yang ada tokoh²nya dari bala sanggrama wakakaka....sudah ada nambi, sora , lawe, tinggal nunggu pawagal dan pamandana , medang dandi, kebo kapetengan, gajah pagon ,banyak kapuk, sama wirota wiragati wakakaka
2021-03-20
4