Serat Dharmaputra (Kidung Cinta Arya Wajra)
Pagi belum sepenuhnya nampak, rona jingga keemasan surya di ufuk timur masih malu untuk menunjukkan titik cahaya.
Samar-samar terdengar suara derap langkah kuda dengan kecepatan tinggi menuju arah terbit matahari.
Seorang lelaki bertubuh tegap berusia sekitar 35 tahun dengan perawakan seorang ksatria dengan keris terselip di pinggang menunjukan ia adalah jawara pilih tanding, ia adalah Arya Wajra.
Semalaman ia berkuda dari gubuk tempat tinggalnya di lembah Ngrawan tanpa mengenal lelah sebab menerima panggilan dari pamannya di Lamajang, yaitu Raden Pranaraja merupakan ayah dari patih mpu Nambi kakak seperguruannya saat menempa kedigdayaan kanuragan.
Sejak kecil Nambi dan Arya Wajra berguru di pulau Nusa Barung kepada seorang pertapa sakti yang hidup menyendiri di tengah pulau kecil bernama Resi Bhatara Sang Hyang Hawu hingga menerima titah turun gunung untuk mengembara menyebarkan dharma dan welas asih dan bersama sama mengabdi kepada Raden Dyah Wijaya.
Peperangan demi peperangan bersama Raden Wijaya dan para pahlawan Majapahit lainnya telah ia lalui dengan gagah berani dan pantang mundur sehingga kesetiaannya kepada Majapahit tidak diragukan lagi.
Namun Arya Wajra lebih memilih hidup di pedukuhan kecil dan terpencil bernama lembah Ngrawan daripada menjadi salah satu petinggi kerajaan seperti pahlawan lainnya.
***
Pintu gerbang pendopo Kadipaten Lamajang sudah mulai nampak, mentari belum cukup tinggi, Arya Wajra perlahan menurunkan kecepatan kudanya.
Nampak para prajurit penjaga pintu gerbang dengan seragam merah hati bersenjatakan tombak panjang dan tameng jati dengan ukiran surya Majapahit yang merupakan lambang kerajaan Majapahit sedang berganti giliran berjaga dari penjaga malam hari ke penjaga siang hari.
Arya Wajra menghentikan kudanya lalu turun untuk melapor kepada penjaga sambil menuntun tali kekang kuda kesayangannya sikapnya yang demikian sopan menunjukan ia adalah Pendekar yang rendah hati.
"Maaf kisanak, ada keperluan apa pagi-pagi sekali datang ke Pendopo?" Salah seorang yang nampakanya pimpinan prajurit jaga bertanya sambil menunjukan ketegasannya.
Arya Wajra mengeluarkan gulungan belahan bambu dari dalam pakaian yang ia kenakan.
"Maaf, saya menuju kemari sebab Gusti Pranaraja mengundang saya" jawab Arya Wajra sambil menyerahkan gulungan.
Gulungan tersebut merupakan undangan khusus dari Gusti Pranaraja.
Pemimpin prajurit jaga membuka dan membaca undangan tersebut.
"Oh, maaf atas kelancangan hamba terhadap tuan, hamba tidak bermaksud menyinggung, hamba hanya menjalankan tugas." Ujar pimpinan prajurit sembari merapatkan telapak tangannya di depan dada.
Arya Wajra lantas tersenyum melihat kedisplinan para penjaga sambil menepuk pundak pimpinan jaga.
"Tak apa, saya tahu dan kalian tak bersalah", tolong buka pintunya!" Ucap Arya Wajra sambil melemparkan senyuman.
"Siap tuan, prajurit buka gerbang!" Sahut pimpinan prajurit penjaga gerbang.
Perlahan gerbang terbuka. Arya Wajra menaiki kudanya dan masuk untuk menemui Raden Pranaraja.
Pranaraja ternyata sudah menunggu kedatangan Arya Wajra di balai pertemuan.
"Kau sudah tiba nampaknya" kemarilah! Pranaraja membuka tangan hendak memeluk Arya Wajra.
Arya Wajra memberi hormat dengan merapatkan tangan di atas kepalanya.
"Salam paman, bagaimana keadaan paman dan kadipaten selama ini?" Arya Wajra bertanya sambil memeluk Pranaraja.
Keduanya berpelukan beberapa saat hingga Pranaraja melepaskan pelukan kemudian menggenggam kedua lengan Arya Wajra.
"Semua nampak seperti yang kau lihat, aku baik-baik saja dan Lamajang beserta rakyatnya pun hidup dalam kedamaian." Ucap Pranaraja sembari tersenyum bahagia.
"Sejak Kediri runtuh rupanya Wijaya berhasil mendamaikan negeri ini. Mari kita berbincang sambil berkeliling di taman!" Ajak Pranaraja.
Arya Wajra mengekor di belakangnya.
"Paman, adakah hal yang amat penting hingga paman meminta saya datang sepagi ini ke Lamajang?" Tanya Arya Wajra.
Pranaraja berhenti dan memandang Arya Wajra dalam-dalam.
"Ada beberapa hal penting, yang merupakan pesan dari ananda Nambi yang harus aku sampaikan padamu". Ucap Peanaraja sembari tersenyum teduh.
Arya Wajra mengernyitkan dahi kemudian menatap mata Pranaraja penuh hormat.
"Apapun yang paman dan kakang Nambi perintahkan selama untuk kepentingan Majapahit, saya siap! Asal saya tidak terikat oleh jabatan di pemerintahan paman." Jelas Arya Wajra.
"Bagus... Aku suka dengan kesetiaanmu pada Majapahit." Jelas Pranaraja sembari menepuk lengan Arya Wajra.
"Begini ananda... Nambi memintaku untuk membujukmu mengizinkan Wedang datang ke kota raja Wilwatikta dan mengikuti ujian untuk menjadi calon rakryan mantri Dharmaputra yang di gagas oleh Raden Wijaya." Terang Pranaraja.
"Maaf paman, tapi apakah pantas seorang anak dari rakyat kecil seperti saya?" Arya Wajra bertanya dengan mengernyitkan dahi.
"Tentu saja kau pantas, Wajra!" jawab Pranaraja.
Lantas melanjutkan ucapannya. "Terlebih kau dan Nambi ikut mati matian dalam peperangan membela Majapahit. Lagipula anakmu akan aman d sana kemudian seluruh kemampuannya akan di tempa oleh para guru terbaik di negeri Majapahit."
Wajra nampak memikirkan sesuatu. lantas berkata. "Baiklah, aku akan mempertimbangkan dan membicarakan hal ini pada Wedang."
"Bagus Wajra, kau sungguh ksatria Majapahit. Sayang kau menolak jabatan menjadi salah satu rakryan demung di Gelang-gelang yang di berikan Dyah Wijaya padamu padahal kau pantas untuk menerimanya." Ucap Pranaraja sembari menatap langit lepas.
"Maaf Paman, saya tidak bisa meninggalkan makam istri saya di Pedukuhan Ngrawan, itulah alasan saya menolak apapun hal yang mengikat saya untuk meninggalkan Pedukuhan Ngrawan." Terang Arya Wajra.
"Baiklah kalau begitu, sekarang sudah saatnya kita mengisi perut, pasti bibimu sudah menyiapkan masakan khusus untuk menyambutmu, dan pasti kamu sudah merasa lapar setelah perjalanan jauh." Ajak Pranaraja sembari menarik Arya Wajra ke ruang penjamuan.
Seorang wanita berusia enam puluhan tahun mendatangi dan memeluk Wajra. "Oh, Wajra sudah lama kau tak mengunjungi kami apakah kau sesibuk Nambi hingga kemari pun mesti menunggu undangan pamanmu?"
"Bagaimana keadaan Wedang?"
"Kenapa kau tak mengajaknya kemari? Aku sudah rindu padanya." Pertanyaan demi pertanyaan di berikan oleh ibunda Nambi kepada Wajra.
"Maafkan saya bibi, saya memang sedang sibuk melatih Wedang dasar-dasar kanuragan agar kelak ia siap menerima bermacam ilmu yang akan menjadikannya Pendekar hebat." Jawab Wajra sekenanya sambil melepaskan pelukan erat bibinya.
"Kalian ini para lelaki memang senang sekali dengan kekerasan". Bibi Parwati menimpali jawaban Wajra sambil mendengus kesal.
"Tidak kah pengajaran cendikiawan yang ahli dalam tatanegara lebih baik dari seorang Pendekar?" Lanjut sang bibi sembari cemberut.
Pranaraja tersenyum mendengar ucapan Parwati kemudian mencubit hidung Parwati "Lebih baik lagi menjadi seorang pendekar yang sakti mandraguna dengan wawasan dan budi pekerti luas. hahahaha..." Pranaraja tertawa mengejek Parwati.
Arya Wajra pun turut tertawa melihat tingkah Paman dan Bibinya seolah olah ia berada di tengah-tengah ayah dan ibunya.
***
Matahari tepat di ubun-ubun, Wajra berpamitan kepada paman dan bibinya.
"Paman, saya harus berangkat sekarang agar saya bisa sampai ke Ngrawan sebelum tengah malam." Jelas Arya Wajra.
"Benar ananda kasihan Wedang, jika harus kau tinggalkan begitu lama. Tolong berikan bingkisan ini kepadanya agar ia cinta pada Majapahit." Pranaraja memberikan hadiah bingkisan putih kepada Arya Wajra.
"Terimakasih paman, hamba akan menyampaikan kepada Wedang." Jawab Arya Wajra.
Mereka berpelukan sejenak, lantas Arya Wajra melompat keatas kudanya perlahan dia meninggalkan pendopo kadipaten menuju arah barat.
Tangannya melambai lambai hingga cukup jauh dari pandangan pamannya.
"hiaaa.. hiaaa.."
Terdengar sayup sayup Arya Wajra memacu kuda hitamnya.
Nampaknya ia berharap segera sampai di Ngrawan sebuah lembah dengan seribu kenangan bersama istri tercintanya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
Trisna Tris
baru nyimak thor..... saya paling suka cerita yang berbau nusantara.... sebab ceritanya mengandung sejarah..... lanjut thor... gk pakai lama
2022-10-18
1
Wak Jon
♤♤♤♤♤♤♤♤♤
2022-08-05
0
Syaiful Bahri
mantap thor 👍👍👍
2022-06-15
0