Bukannya teriak karena ketakutan karena sudah dibekap dengan kuat oleh seseorang yang sebelumnya tidak dia ketahui siapa, Lyra malah menahan tawa meski sebenarnya rasanya mau pingsan saja saat itu. Takut kalau-kalau mereka salah satu pemburu Feroces.
"Kenapa kau terlambat?" tanya orang itu berbisik. "Aku hampir dilihat oleh mereka karena menunggumu." lanjutnya lagi seraya melepaskan bekapan dari mulutnya.
Lyra mencoba bernapas tenang, menyadari bahwa serigala Amerika bukanlah ancaman, tetapi dia akan tetap harus waspada terhadapnya.
"Sebenarnya," Lyra menimbang-nimbang sebentar apakah harus dia katakan bahwa dia sudah tidak diperbolehkan berkeliaran malam-malam begini. Dia rasa tidak. "aku sudah berada disini sejak tadi, tapi aku berusaha menghindari mereka." katanya seraya melihat ke arah Feroces. Lyra terpaksa berbohong dan dia berharap Rick tidak mengetahuinya.
Rick melihat ke arah yang sama sekilas, "Siapa mereka?"
"Ah ya, mereka adalah Feroces, yang kemarin kau tanyakan. Mereka berburu setiap malam dan berpatroli, seperti sekelompok polisi pada umumnya." jelasnya.
"Maksudnya bagaimana? Aku tidak mengerti." tanyanya lagi.
Lyra ingin memakinya kala itu tetapi karena dia merasa Rick harus tahu bahwa mereka memiliki golongan tertentu dan tidak semua orang bisa menjadi Alpha dan Beta sesuka hati mereka.
"Begini," matanya melirik awas alih-alih mengintai Para Pemburu Feroces yang ternyata sudah menghilang entah sejak kapan. "dulu, leluhur kami diserang oleh manusia dan menghabiskan sekitar 89% dari populasi kami. Bisa kau bayangkan betapa mengerikannya hal itu, kan?" dia sendiri bahkan bergidik ngeri dengan cerita itu.
"Kalian diserang?" Rick cepat-cepat bicara sebelum Lyra melanjutkan. "Aku pernah mendengar cerita ini."
"Hei, jangan menginterupsi ku, aku belum selesai menjelaskan. Tapi sebelum ku lanjutkan, lebih baik kita pergi agak jauh dari wilayah ini. Aku takut kalau-kalau Feroces akan kembali." katanya cepat.
Rick seperti berpikir sejenak dan kemudian berjalan seraya menarik tangan Lyra.
"Aku tahu dimana tempat yang nyaman, eh, maksudku aman."
Lyra mendengus dan berjalan membuntutinya, menarik tangannya secara paksa dan Rick tidak melepaskannya begitu mudah.
Jika diceritakan sepertinya perkenalan mereka cukup aneh, mereka bertemu mata dengan tidak sengaja dan Lyra bertemu dengannya dalam rupa yang membuat manusia mana saja kalang kabut agar tidak mati konyol. Lalu bertemu lagi secara diam-diam dengan menyusuri hutan tanpa takut apapun kecuali dengan para Pemburu Feroces. Sebenarnya bukan takut, lebih kepada tidak ingin berurusan dengan mereka yang sudah mulai menaruh curiga dengan Civitas, dimana golongan itu ada Lyra di dalamnya.
"Kenapa kau diam?"
"Aku?" hampir saja Lyra tergagap menjawabnya.
Langkahnya semakin besar dan Rick melepaskan tangannya, ada sedikit rasa kecewa dengan hal itu tetapi Lyra mencoba waras bahwa semuanya hal wajar. Lagipula mana mungkin serigala Amerika sempat-sempatnya berpikir untuk hidup dengan Lycan yang jelek sepertinya ditambah lagi dia begitu berbeda dengan yang lainnya.
"Kau memikirkan apa sih?" desak Rick.
Lyra menggeleng cepat dan menggenggam tangannya sendiri. "Bukan apa-apa." balasnya.
Tak lama mereka sampai di tempat dimana Rick biasa berjalan-jalan setiap malam, Lyra belum tahu alasan dia melakukan hal itu karena apa dan sejak kapan dia melakukannya. Sebuah pohon rindang yang lumayan tinggi dengan tumbuhan merambat yang memenuhi pohonnya sehingga ketika berada di bawah pohon tersebut agak sedikit gelap karena cahaya bulan tidak mampu menembus celah sempit sebab tumbuhan merambat itu sangat rimbun dan tumbuh dengan merapat.
Entah bagaimana udaranya lebih hangat dari biasanya atau apakah tempat itu memang dekat dengan wilayah penduduk? Lyra tidak tahu.
"Biasanya aku di sini, menghabiskan waktu dengan hanya menatap tebing yang ada di sana."
Bagaimana mungkin Lyra tidak sadar dengan perjalanan mereka? Mereka sudah berada di seberang Bukit. Lantas apa yang dia lakukan ketika dalam perjalanan menuju kemari? Benarkah dia melamun dan tidak menyadari sama sekali jalan yang sudah dia tempuh dengan Rick? Oh astaga, itu aneh sekali.
"Aku melihatmu di sana," Rick menunjukkan ujung Bukit, dimana semalam Lyra duduk sendirian di sana. "Aku langsung kaget ketika melihatmu, kupikir aku pernah melihatmu tidak sengaja." katanya lagi dengan suara sedikit rendah dari sebelumnya.
"Dan kau keluar dengan rupa serigala-mu yang menakutkan."
"Tapi kau tidak lari." itu bukan sebuah pertanyaan.
Lyra tertawa, "bagaimana mungkin aku takut dengan serigala sementara aku sendiri adalah salah satunya. Aku hanya sempat berpikir bahwa kau memang serigala sungguhan tetapi ketika tatapan itu bertemu.." dia berhenti.
Apa sih yang barusan dia katakan? Kenapa dia membuat dirinya sendiri seperti ini dihadapan Rick? Memalukan! Lyra membatin.
Sementara itu Rick menatapnya aneh, seperti rasa penasaran atau dia memang benar-benar ingin tahu dengan maksud perkataannya.
"Jangan menatapku begitu!" sergah Lyra, tiba-tiba perutnya terasa mual karena itu. "Ya, aku hanya tak sengaja melihatmu dan lalu aku menyadari bahwa aku pernah melihatmu, meski sekali, hari itu."
"Bolehkah aku jujur padamu, Lyra?"
"Hah?" Lyra benar-benar terkejut. "Maksud mu?"
Lagi-lagi Rick menarik tangannya, dia mengajak Lyra duduk dibawah pohon rindang itu dan dalam sekejap dia dapat merasa nyaman berada di sana, kehangatan yang selalu dia rasakan saat berada di rumah. Sungguh aneh, Lyra seperti merasa tersihir oleh sesuatu. Mungkin hanya firasatnya saja sebagai manusia.
"Aku suka padamu. Maksudku, astaga, kau jangan salah paham." kata Rick begitu cepat menyela perkataannya sendiri.
Lyra berharap wajahnya tidak memerah kala itu, akan sangat memalukan rasanya tetapi dia menyadari bahwa Rick-lah yang memerah dan salah tingkah. Apakah dia merasa malu?
"Aku suka melihatmu tetapi aku tidak ingin kau menaruh curiga padaku, jadi aku merubah diriku menjadi serigala, dan, ya, aku memang tidak bisa berbuat hal yang benar, akhirnya aku ketahuan juga." Rick melanjutkan kalimatnya yang hampir saja merusak suasana nyaman di antara mereka berdua.
"Aku paham, tenang saja. Aku tidak akan menaruh curiga padamu, meski awalnya memang iya, tapi aku lebih penasaran dengan mu." Lyra hampir saja tidak bisa menyelesaikan pernyataannya itu karena Rick memang tidak seharusnya mendengar hal itu.
Ada kesunyian sejenak di antara mereka, hanya terdengar semilir angin dan nyanyian Tonggeret dengan kisah menyedihkan tentang hidupnya.
"Sebenarnya," sebelum Rick akan angkat bicara lagi, Lyra buru-buru ingin menjelaskan apa maksud pertemuannya malam ini dengannya. "Aku hanya ingin tahu tentang kedatangan mu kemari."
Rick membuang wajahnya ke arah tebing yang selalu diperhatikan olehnya, yang dapat melihat ke seberang Bukit sekaligus. "Aku sudah tahu sejak awal bahwa Portsmouth adalah tempat pelarian sisa Lycan dari Polandia yang dibantai habis-habisan oleh manusia."
"Kau boleh bercerita semau mu, Rick, tapi apakah aku bisa percaya padamu?"
Lyra memang tidak pintar membaca raut wajah seseorang atau apapun, tetapi manusia mana saja akan memahami kerutan di dahi yang mana itu adalah pertanda yang buruk.
"Terserah padamu, Lyra, tapi hal yang ku pelajari dari ibuku adalah kau tidak boleh percaya dengan orang yang baru saja kau kenal." tukas Rick tenang. "Dan kau boleh memakai kalimat itu kapan saja." lanjutnya.
Lyra tidak mau bilang kalau dia menyukai laki-laki ini tapi dia memang tidak bisa menyangkalnya bahwa dia menyukai hampir segala hal darinya, terutama saat dia selalu bersikap tenang seolah tanpa masalah dalam hidupnya. Lyra ingin sekali bisa begitu, rasanya iri sekali.
"Ya, teruskan." balas Lyra.
Rick melihatnya sebentar dan lalu menggulung lengan baju sebelah kanan miliknya. Lyra mendapati sebuah bekas luka cakaran sepanjang sekitar sepuluh sentimeter dan dibawah bekas luka tersebut terdapat tato bertinta hitam berbentuk huruf A. Lyra tidak mengerti maksud dan tujuannya dan dia berharap Rick segera menjelaskan semuanya.
"Seseorang bisa berubah menjadi serigala ketika dia tercakar dalam keadaan setengah hidup." katanya seraya menyentuh pelan bekas cakaran tersebut. "Mereka mengubahku menjadi manusia serigala dan menjadikan ku boneka." kemudian dia mengembalikan lengan bajunya seperti semula.
"Siapa mereka?" tanya Lyra penasaran.
"Pasukan Exchanges, mereka yang mulanya hanyalah manusia biasa dan dirubah menjadi serigala sepertiku, bukan serigala berdarah murni sepertimu. Mereka membuat pasukan mereka sendiri dan membunuh serigala berdarah murni yang mengubah mereka tersebut."
"Apa tujuan mereka sebenarnya?" Lyra semakin penasaran.
Rick menggelengkan kepalanya, dia mendengus. "Hal biasa, Lyra, mereka haus akan kekuasaan. Mereka ingin menguasai daratan dimana saja mereka menginjakkan kaki."
Lyra teringat pasukan yang masuk ke dalam wilayah Tetua G, apakah mereka yang melakukannya? Astaga, apakah dia harus memberitahukan ini kepada mereka?
"Aku hampir mati kala itu," suara Rick menyadarkannya dari lamunannya sendiri dan berusaha menyimak cerita Rick kembali. "tetapi salah satu dari mereka membantuku tetap hidup, dia membawaku kabur bersamanya dan bersembunyi dari Exchanges. Lalu kami bertemu dengan serigala lain di kawasan New Hampshire, mereka merawat kami dengan baik dan membawa kami kepada kepala suku di sana. Hidupku berubah sepenuhnya tetapi rasa ingin membalaskan dendam belum bisa hilang sampai saat ini. Jadi ketika mendengar bahwa mereka sudah berjalan ke Inggris, aku dan kedua temanku membuat identitas palsu agar tidak dicurigai. Kepala suku membiarkan kami pergi dengan harapan bisa menyampaikan ini kepada kepala suku yang hidup di kawasan Portsmouth."
Lyra memotong perkataannya cepat-cepat, "kau bisa menyampaikan hal ini kepada Tetua G, kami tidak memiliki kepala suku. Bahkan kami dibagi dalam golongan yang aku sendiri tidak tahu darimana asalnya."
"Tetapi sepertinya penjagaan mereka sangat ketat, kan? Kurasa tidak semudah itu untuk pergi ke sana dan menyampaikan ini tanpa bukti."
Lyra tertawa, "ya, tentu saja, mereka bahkan sudah menaruh curiga dan menuding kami atas apa yang pasukan Exchanges lakukan." dengan begitu yakin Lyra mengatakan hal itu.
"Sekarang aku ingin tahu darimu, bagaimana aku bisa menyampaikan hal ini tanpa membuat mereka sekalipun panik."
"Pertama, kau harus tahu bahwa warna bulu kami menentukan darimana golongan kami berasal meski tidak semuanya. Ducis, mereka adalah pemerintahan, dengan warna bulu putih cerah, kemudian Feroces, mereka adalah pemburu dengan warna bulu coklat yang dominan seperti milikmu. Lalu ada Civitas, mereka hanya rakyat biasa, berbulu hitam gelap. Dan aku ada di sana." padahal dia tidak seharusnya terbuka begitu saja dengan Rick, tapi mendengar semua perkataannya, sepertinya dia perlu memberitahukannya.
"Tapi warna bulu mu kelabu, bagaimana bisa kau berada di sana?" Rick mengerutkan dahinya.
"Aku tak tahu dan aku tidak ingin tahu mengapa, tapi yang pasti aku tidak pantas berada di golongan mana saja atau mungkin tidak dimana saja. Aku sedang mencari."
"Kau tidak mau bertanya? Kepada ayah atau ibumu?" tanyanya.
Lyra hanya membalas gelengan.
"Dan ya, warna matamu juga berbeda dari serigala berdarah murni lainnya. Aku menyukainya, Lyra." ujar Rick dan tetap menatap Lyra, rasanya semakin dalam.
Lyra membawa matanya menjauh dari tatapan mata Rick dan berusaha tetap bersikap biasa saja. Karena dia tak mau wajahnya memerah dan membuat dirinya sendiri merasa malu. Namun, setidaknya pertemuan ini cukup membuahkan hasil, dia mengetahui tentang pasukan Exchanges dan maksud kedatangan mereka kemari.[]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments