Chapter 2 - Hancur

Vera, teman masa kecilku. Seseorang yang selalu mengulurkan tangannya untukku walau aku tidak memintanya. Kami bertemu ketika aku berusia 4 tahun, dan dia satu tahun lebih tua dariku. Kami selalu bermain bersama, ia selalu menggandeng tanganku dan tersenyum padaku.

Namun kedekatan kami tidak berlangsung lama, ketika aku berada di SD yang sama dengannya, ia berubah. Ia seolah menjauh dariku. Lalu datanglah gerombolan ini, gerombolan yang selalu membullyku. Namun, entah mengapa tiba tiba Vera mengulurkan tangannya padaku lagi. Ia selalu melindungiku tatkala Bernard dan gerombolannya mau membullyku. Ia, bagaikan malaikat pelindung bagiku.

Hari demi hari berlalu, setiap kali Vera tidak ada di sekitarku, Bernard dan gerombolannya bak melihat kesempatan untuk menghajarku. Aku yang sering pulang ke rumah dengan kondisi babak belur, tidak pernah dikhawatirkan oleh siapa siapa. Orang tuaku? Mereka terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka. Pernah satu waktu orang tuaku dikabari oleh salah seorang guruku, mereka mengabari kedua orang tuaku tentang kondisiku di sekolah baik secara fisik maupun mental.

Dan kalian tahu responnya apa? Mereka mengatakan bahwa aku dibully karena aku terlalu lemah. Mereka membullyku karena aku memang pantas dibully. Sebuah jawaban yang sangat memukul mental seorang anak kecil berusia 8 tahun. Dan oleh sebab itu, aku tidak tahu harus melarikan diri kemana. Satu satunya tempatku bisa bersandar, adalah Vera. Ketika aku kelas 6, ia sudah menginjak jenjang pendidikan selanjutnya, yaitu SMP. Aku yang tidak ingin kehilangan sosoknya, memutuskan untuk menembaknya.

Dan dengan senyuman yang manis, ia menolakku. Ia berkata bahwa ia sebenarnya juga menyukaiku, namun ia tidak ingin berpacaran karena takut hubungan 'persahabatan' kami akan retak jikalau kelak kami putus. Aku menerima keputusan itu dengan lapang dada. Toh dia juga masih bersamaku kan. Itu yang aku pikirkan pada awalnya. Ketika aku kelas 6, aku sudah tidak diganggu lagi. Meski begitu, mentalku sudah rusak karena selalu diganggu oleh orang orang itu. Dan walau aku tidak diganggu, aku juga tidak memiliki teman. Entah mengapa, mereka seolah memberi jarak denganku.

Aku pun menghabiskan waktu dengan bermain video game. Ketika bersekolah aku membawa semacam PSP, dan ketika di rumah, aku menghabiskan waktu dengan bermain game online atau bermain game game PS. Dengan adanya jarak dari mereka, aku benar benar mengurung diriku. Pikirku, karena mereka yang memberi jarak, maka tidak masalah jikalau aku mempertebal jarak tersebut, kalau perlu aku akan membuat sebuah dinding untuk memastikan mereka jauh dariku.

Aku tidak ingin melukai siapapun, dan aku tidak ingin membuat susah siapapun. Dan aku terus berpikir seperti itu, hingga suatu sore, aku yang sedang tidak sabar untuk memainkan game yang baru saja keluar, pulang dari sekolah dengan sangat bersemangat. Aku berlari dan secara tidak sengaja aku melihat seseorang yang mirip dengan gadis yang sudah lama tidak aku temui, Vera. Aku dengan reflek langsung bersembunyi dan dari kejauhan aku ingin memastikan apakah gadis tersebut benar benar Vera atau bukan.

Dan benar saja, dari gaya dan warna rambut serta seragam sekolahnya.. tak salah lagi, itu adalah Vera! Aku yang sudah lama tidak berjumpa dengannya, ingin mencoba menyapanya. Namun semua niatku terurungkan ketika aku melihat seorang laki laki datang dan berbicara dengannya. Laki laki itu adalah Bernard, ya, kalian tidak salah baca, Bernard Chaddrick. Seseorang yang selalu membullyku semasa SD, tiba tiiba datang dan berduaan dengan seorang gadis yang aku cintai.

Aku yang terbakar api cemburu, memutuskan untuk keluar dari persembunyianku. Namun ketika aku baru mau keluar dari tempatku bersembunyi, mereka.. tiba tiba berciuman. Sebuah ciuman bak dua orang yang saling mencintai. Sebuah ciuman yang benar benar mesra. Bernard melepas ciumannya dan bertanya sesuatu pada Vera.

"Bagaimana dengan si kecil itu? (Ulger)" tanya Bernard

"Hihh, sudah aku bilang bukan untuk tidak menyebutkan namanya di depanku. Aku muak tahu mendengar namanya!" jawab Vera dengan sedikit cemberut

Mendengar hal tersebut terlontar dari mulut Vera, membuat hatiku hancur berkeping keping. Satu satunya orang yang bisa aku jadikan tempat bersandar, tiba tiba mengatakan hal seperti itu. Aku langsung mundur secara perlahan lahan. Ketika aku sudah cukup jauh, aku langsung berlari pulang dengan menahan air mata. Ketika sudah sampai di rumah, aku langsung melempar tasku dan tengkurap di atas kasurku. Aku menangis dengan menutupi wajahku dengan bantal.

{Kembali ke waktu sekarang}

Dan betapa bodohnya aku, seharusnya aku tahu bahwa mereka masih menjalin hubungan.

"Ada apa Ulger? Kau takut?" ejek Bernard

Ulger tidak bisa menjawab. Mulut dan tubuhnya menjadi kaku. Ia hanya bisa melihat ke arah Vera dengan sorot mata yang menunjukkan kekecewaan dirinya pada Vera.

"Apa apaan itu.." kata Vera dengan lirih

Perkataan Vera membuat perhatian semua orang tertuju padanya.

"Oi Ulger.. apa kau tidak tahu betapa memuakkannya jikalau harus terus dibandingkan dengan dirimu?! Setiap hari setiap saat semua orang selalu berkata bahwa aku dan kamu bagaikan pasangan yang sudah ditakdirkan dari surga, dan kamu tahu apa? Aku muak dengan semua itu!" bentak Vera

Bentakan Vera membuat perasaan Ulger semakin hancur.

"Oleh karena itu aku menjauhimu.. dan tiba tiba, mereka datang untuk mengganggumu dan kamu tahu? Itu adalah kesempatan emas. Sebuah kesempatan emas agar aku dipandang lebih tinggi darimu!" kata Vera dengan tersenyum bak psikopat

Ulger menundukkan kepalanya. Matanya mulai berkaca kaca. Dan ketika ia sedang termenung, tiba tiba sebuah tendangan dilayangkan kepadanya.

"Kalau ada yang berbicara diperhatikan!" bentak Bernard dengan menendang Ulger

Ulger terlempar ke belakang dan terbaring lemas sembari melihat ke arah langit yang mendung. Bernard berkata kepada teman temannya untuk memberi pelajaran kepada Ulger. Teman temannya tersenyum dan mulai bersiap menghabisi Ulger. Dengan jari jari dan leher yang dibunyikan, tongkat baseball yang diangkat, sebotol kaca yang telah dipersiapkan, dan beberapa barang lainnya, mereka mulai menghajar Ulger.

Sebelum dihajar oleh mereka, Ulger memejamkan kedua matanya. Ia tahu bahwa ia sudah tidak bisa lari lagi. Dan dengan tragis, Ulger dihajar oleh mereka hingga babak belur. Pakaian serba putih Ulger sudah mencoklat dan memerah. Seluruh badan memar dengan wajah yang penuh lebam. Ulger tetap menutup kedua matanya walau dipaksa oleh mereka untuk membuka matanya.

Dan ketika salah satu diantara mereka kesal karena Ulger tidak mau membuka matanya, orang itu berniat mencongkel mata Ulger. Tidak ada yang melarang. Semuanya malah mendukung orang itu untuk mencongkel mata Ulger. Dengan penuh dukungan, orang itu berjalan mendekati Ulger. Tangannya sudah sangat dekat dengan mata Ulger. Dan ketika ia mau mencongkel mata Ulger, tiba tiba datang beberapa polisi dengan mengacungkan pistol.

"Hentikan! Apa yang sedang kalian perbuat?!" teriak sang polisi

Melihat kedatangan para polisi, Bernard beserta gerombolannya langsung lari. Bersamaan dengan larinya Bernard dan gerombolannya, hujan mulai turun. Hujan turun dengan deras. Para polisi memeriksa keadaan Ulger dan mereka merasa kesal dan marah kepada diri mereka karena terlambat untuk menolong Ulger. Ulger tidak meninggal, namun sekarat. Ulger segera dilarikan ke rumah sakit oleh para polisi. Dokter yang bertugas dengan sigap langsung menangani Ulger.

Kepala yang bocor, tangan kanan dan kaki kiri yang patah hanyalah sedikit dari banyaknya luka yang diterima oleh Ulger. Jahitan demi jahitan telah dirajut oleh sang dokter. Waktu operasi berlangsung selama lebih dari 10 jam. Ulger yang sekarat terbaring lemas di kasur tempatnya tidur.

Dan setelah waktu demi waktu berlalu, ia mulai membuka matanya.

 

---------=======-----------

AUTHOR :

Terima kasih telah membaca sampai Chapter ini !

Mohon dukungan dari teman teman ya !

Untuk kritik dan saran bisa dicantumkan di kolom komentar !

Terima Kasih !

----------=======-----------

Terpopuler

Comments

RWY

RWY

Cerita awal yang bagus, sekilas saya teringat masa kecil, tapi dulu saya yang menang hehe

2023-02-23

0

my dick is big

my dick is big

saya kesini karena penasaran apakah disini kron menikah?

2020-12-21

1

Ohta

Ohta

Semangat kak

2020-11-07

4

lihat semua
Episodes
1 Author Berkata
2 Chapter 1 - Keluar Rumah
3 Chapter 2 - Hancur
4 Chapter 3 - Rerumputan Hijau
5 Chapter 4 - Elusan dan Senyuman
6 Chapter 5 - Sebuah Pesta
7 Chapter 6 - Cahaya Bulan
8 Chapter 7 - Langit yang Gelap
9 Chapter 8 - Latihan
10 Chapter 9 - Kembali ke Essaract
11 Chapter 10 - Namaku Kron
12 Chapter 11 - Gadis Elf
13 Chapter 12 - Tuan Putri
14 Chapter 13 - Lapangan Utama
15 Chapter 14 - Sovereign Sky
16 Chapter 15 - Biaya Hidup
17 Chapter 16 - Rumah Baru
18 Chapter 17 - Budak
19 Chapter 18 - Renus si Rantai
20 Chapter 19 - Serangan Malam
21 Chapter 20 - Pengampunan
22 Chapter 21 - Kelas 1A
23 Chapter 22 - Sekolah Terresia
24 Chapter 23 - Ilmu Sihir
25 Chapter 24 - Keributan
26 Chapter 25 - Keputusan Kepala Sekolah
27 Chapter 26 - Hukuman Pertandingan
28 Chapter 27 - Kebenaran
29 Chapter 28 - Hari Pertandingan
30 Chapter 29 - Kembar Deimis
31 Chapter 30 - Sang Ratu
32 Chapter 31 - Janji Kemenangan
33 Chapter 32 - Liliana
34 Chapter 33 - Persembunyian
35 Chapter 34 - Para Wanita Desa
36 Chapter 35 - Keadilan
37 Chapter 36 - Penyelamatan
38 Chapter 37 - Red Moon
39 Chapter 38 - Ruang Bawah Tanah
40 Chapter 39 - Bertemu Kembali
41 Chapter 40 - Puncak Pertarungan
42 Chapter 41 - Pembangunan Kembali
43 Chapter 42 - Ramalan Sang Agung
44 Chapter 43 - Penawanan
45 Chapter 44 - Persiapan Pergerakan
46 Chapter 45 - Rencana Penyerangan
47 Chapter 46 - Memulai Peperangan
48 Chapter 47 - Mereka Datang
49 Chapter 48 - Unlimouth
50 Chapter 49 - Pertempuran Dimulai
51 Chapter 50 - Tawa Penonton
52 Chapter 51 - Sang Pendekar Pedang
53 Chapter 52 - Bersama Teman
54 Chapter 53 - Time Skip
55 Chapter 54 - Pencarian
56 Chapter 55 - Naga Hitam
57 Chapter 56 - Bahu Membahu
58 Chapter 57 - Aula Kerajaan
59 Chapter 58 - Dungeon
60 Chapter 59 - Goblin
61 Chapter 60 - Kembalinya Goblin
62 Chapter 61 - Pasukan Goblin
63 Chapter 62 - Orang Berjubah Hitam
64 Chapter 63 - Memukul Balik
65 Chapter 64 - Hasil Perang
66 Chapter 65 - Pihak Ketiga
67 Chapter 66 - Daerah Kosong
68 Chapter 67 - Amarah Hanzo
69 Chapter 68 - Kerajaan Sweba
70 Chapter 69 - Menemukan dan Menemukan
71 Chapter 70 - Menghilang
72 Pengumuman
73 Pengumuman Novel Baru
Episodes

Updated 73 Episodes

1
Author Berkata
2
Chapter 1 - Keluar Rumah
3
Chapter 2 - Hancur
4
Chapter 3 - Rerumputan Hijau
5
Chapter 4 - Elusan dan Senyuman
6
Chapter 5 - Sebuah Pesta
7
Chapter 6 - Cahaya Bulan
8
Chapter 7 - Langit yang Gelap
9
Chapter 8 - Latihan
10
Chapter 9 - Kembali ke Essaract
11
Chapter 10 - Namaku Kron
12
Chapter 11 - Gadis Elf
13
Chapter 12 - Tuan Putri
14
Chapter 13 - Lapangan Utama
15
Chapter 14 - Sovereign Sky
16
Chapter 15 - Biaya Hidup
17
Chapter 16 - Rumah Baru
18
Chapter 17 - Budak
19
Chapter 18 - Renus si Rantai
20
Chapter 19 - Serangan Malam
21
Chapter 20 - Pengampunan
22
Chapter 21 - Kelas 1A
23
Chapter 22 - Sekolah Terresia
24
Chapter 23 - Ilmu Sihir
25
Chapter 24 - Keributan
26
Chapter 25 - Keputusan Kepala Sekolah
27
Chapter 26 - Hukuman Pertandingan
28
Chapter 27 - Kebenaran
29
Chapter 28 - Hari Pertandingan
30
Chapter 29 - Kembar Deimis
31
Chapter 30 - Sang Ratu
32
Chapter 31 - Janji Kemenangan
33
Chapter 32 - Liliana
34
Chapter 33 - Persembunyian
35
Chapter 34 - Para Wanita Desa
36
Chapter 35 - Keadilan
37
Chapter 36 - Penyelamatan
38
Chapter 37 - Red Moon
39
Chapter 38 - Ruang Bawah Tanah
40
Chapter 39 - Bertemu Kembali
41
Chapter 40 - Puncak Pertarungan
42
Chapter 41 - Pembangunan Kembali
43
Chapter 42 - Ramalan Sang Agung
44
Chapter 43 - Penawanan
45
Chapter 44 - Persiapan Pergerakan
46
Chapter 45 - Rencana Penyerangan
47
Chapter 46 - Memulai Peperangan
48
Chapter 47 - Mereka Datang
49
Chapter 48 - Unlimouth
50
Chapter 49 - Pertempuran Dimulai
51
Chapter 50 - Tawa Penonton
52
Chapter 51 - Sang Pendekar Pedang
53
Chapter 52 - Bersama Teman
54
Chapter 53 - Time Skip
55
Chapter 54 - Pencarian
56
Chapter 55 - Naga Hitam
57
Chapter 56 - Bahu Membahu
58
Chapter 57 - Aula Kerajaan
59
Chapter 58 - Dungeon
60
Chapter 59 - Goblin
61
Chapter 60 - Kembalinya Goblin
62
Chapter 61 - Pasukan Goblin
63
Chapter 62 - Orang Berjubah Hitam
64
Chapter 63 - Memukul Balik
65
Chapter 64 - Hasil Perang
66
Chapter 65 - Pihak Ketiga
67
Chapter 66 - Daerah Kosong
68
Chapter 67 - Amarah Hanzo
69
Chapter 68 - Kerajaan Sweba
70
Chapter 69 - Menemukan dan Menemukan
71
Chapter 70 - Menghilang
72
Pengumuman
73
Pengumuman Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!