[Selamat pagi, waktu telah menunjukkan pukul 8 pagi. Diharapkan kepada Tuan Ulger untuk segera bangun dari tidurnya]
Ulger masih tertidur lelap.
[Selamat pagi, waktu telah menunjukkan pukul 8.15 pagi. Diharapkan kepada Tuan Ulger untuk segera bangun dari tidurnya]
Ulger mulai membuka matanya. Ia tertidur di atas meja komputernya. Dengan menguap Ulger menegakkan badannya dan melakukan sedikit peregangan tubuh.
"Welthin, sudah berapa lama aku tertidur?" tanya Ulger kepada asisten virtualnya
[Anda tertidur dari pukul 3 pagi, dan terbangun ketika pukul 8.15 pagi. Anda tertidur selama 5 jam 15 menit]
Dengan mengucek matanya Ulger menyalakan komputernya yang dalam keadaan sleep. Hanya dalam beberapa detik, Ulger sudah membuka browser dan memeriksa surelnya. Peralatan serta spesifikasi komputer yang sangat mewah menandakan seberapa butuhnya Ulger terhadap dunia maya. Setelah membuka surelnya, ia baru teringat bahwa hari ini adalah hari di mana ia memiliki janji dengan seseorang.
"Sial, aku lupa kalau aku ada janji." gumam Ulger
Ulger langsung beranjak dari kursinya dan menyuruh Welthin untuk membalas surel tersebut serta menyarankan sarapan untuknya.
[Baik, akan segera saya persiapkan. Rekomendasi sarapan untuk hari ini adalah roti panggang dengan kopi]
"Tolong segera dipersiapkan" kata Ulger
[Baik, akan segera saya persiapkan]
Ulger menuju ke kamar mandi dan bersiap siap. Setelah selesai mandi dan sarapan, Ulger pun telah siap untuk menemui orang yang menjalin janji dengannya.
"Aku pergi dulu, Welthin." kata Ulger
[Hati hati di jalan, Tuan Ulger]
Ketika menapakkan kaki kiri untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Ulger langsung teringat dengan ingatan ingatan buruk yang menghantuinya.
"Tidak.. aku sudah memutuskan!" gumam Ulger
Ulger menapakkan kakinya dan dengan ragu ragu dan sedikit ketakutan, Ulger mencoba berjalan dengan tetap tenang menuju ke tempat pertemuan. Selama ia jalan menuju ke tempat pertemuan, ia merasa banyak wanita yang memperhatikannya. Dan itu memang benar. Dengan wajah yang terhitung tampan, walaupun tak memiliki badan atletik namun dirinya mampu membuat para wanita terpana terhadapnya.
Hingga akhirnya ia sampai di depan sebuah kafe, sebuah kafe di mana untuk pertama dan terakhir kalinya ia bertemu dengan orang yang mengiriminya surel. Dengan menarik dan menghela nafas secara perlahan, Ulger mencoba menenangkan dirinya. Segala kenangan indah yang pernah ia lalui bersama wanita yang ada di dalam kafe tersebut, langsung teringat begitu saja.
Setelah dirinya merasa tenang, ia membuka pintu kafe secara perlahan. Bau roti dan kopi menyambut kedatangannya. Pelayan wanita menyodorkannya lembaran menu kafe dengan senyuman yang manis.
"Maaf, tapi aku sudah ada janji dengan seseorang di kafe ini." kata Ulger
"Oh ya, kalau begitu silahkan dan selamat datang di Ennerungen Cafe!" kata pelayan wanita
Dengan membalas senyuman Ulger berjalan melewati pelayan yang menyambutnya. Senyuman balasan dari Ulger seakan menghipnotis si pelayan wanita yang wajahnya memerah.
"Maaf membuatmu menunggu." kata Ulger ke seorang wanita yang sedang bermain HP
"Ah, tak apa! Aku juga yang datangnya terlalu awal." jawab wanita tersebut dengan tersenyum dan menaruh HPnya
Ulger duduk berhadapan dengan si wanita. Wanita mengibaskan rambutnya serta membuka kacamatanya. Seluruh orang memperhatikan mereka dan siapa pun setuju bahwa kedua orang yang ada di hadapan mereka bak pasangan yang diturunkan dari surga.
"Lama tak berjumpa, Vera." kata Ulger dengan tersenyum
"Ya, lama tak berjumpa, Ulger." jawab Vera dengan tersenyum juga
Mereka lanjut berbincang bincang membahas tentang masa lalu mereka. Ulger dan Vera adalah teman sejak masa kecil. Dengan ketampanan yang dimiliki oleh Ulger dan kecantikan yang dimiliki oleh Vera, membuat siapa saja yang melihat kedekatan mereka pasti menyuruh mereka untuk menjalin sebuah hubuungan.
Ulger dan Vera sebenarnya memiliki perasaan satu sama lain. Ketika SD kelas 6, Ulger pernah mengutarakan perasaannya, namun oleh Vera ditolak secara halus karena tidak ingin kedekatan 'sahabat' mereka pupus jikalau nanti ada permasalahan diantara mereka. Pembicaraan yang penuh dengan tawa kecil dan senyuman malu terus berlanjut hingga akhirnya terhenti ketika Ulger bertanya tujuan Vera memintanya bertemu.
"Ulger.. apa kamu tidak ada niatan melanjutkan sekolah?" tanya Vera
Suasana berubah menjadi serius. Senyuman di kedua belah pihak menghilang. Dengan menarik nafas dan menghela nafas secara perlahan, Ulger melihat ke arah Vera dengan sangat serius.
"Ya, aku sudah membulatkan keputusanku untuk tidak melanjutkan sekolah." jawab Ulger dengan badan yang ditegakkan
Vera mengepalkan tangannya dengan kuat. Walau tak terlihat oleh Ulger karena tangan yang ia kepal berada di bawah meja makan. Dengan wajah pura pura tidak kesal, Vera berkata bahwa ia akan mendukung apapun keputusan Ulger. Setelah itu, tidak ada percakapan apapun yang terjadi dan hanya meninggalkan suasana canggung.
Makanan dan minuman telah datang, dengan kondisi canggung Vera memakan pancake yang telah dipesannya dan Ulger meminum milkshake coklat yang dipesankan oleh Vera. Minuman dan makanan telah habis. Matahari telah turun dari puncak tertingginya. Waku menunjukkan pukul 4 sore. Langit kuning oranye membuat suasana Ulger dan Vera bak dua orang pasangan yang sedang menikmati momen romantis.
"Ka-karena waktu telah sore dan aku juga ada kesibukkan lain.. aku izin pamit dulu ya." kata Vera dengan merapikan barang barangnya
"Y-ya.. Vera," jawab Ulger
"A-ada apa? Mengapa tergesa gesa?" tanya Vera
"Bo-bolehkah aku mengantarmu..?" tanya Ulger dengan muka yang memerah
Vera mengangkat kedua alisnya dan tersenyum manis. Dengan senyuman manisnya, ia menjawab bahwa dirinya akan sangat senang jikalau Ulger bersedia mengantarnya. Tentu, muka Ulger semakin memerah. Ulger membayar makanan dan minuman yang ia dan Vera pesan. Mereka berjalan keluar meninggalkan kafe. Mereka terus berjalan berdua hingga akhirnya berhenti di dekat sebuah gang sempit.
"A-anu Vera..? Mengapa kita lewat tempat seperti ini..?" tanya Ulger yang merasa tidak asing dengan gang yang akan mereka lewati
"Kenapa? Kamu tidak mau mengantarku?" tanya Vera yang sudah memasuki gang
"Bu-bukannya kamu tahu bahwa aku memiliki kenangan buruk dengan gang ini..?" kata Ulger dengan kaki yang sedikit demi sedikit mulai mundur
"Hm? Ah.. maaf.. kita sudah terlalu lama tidak bertemu. Dan mungkin saja karena itu aku sudah lupa dengan segala tentangmu.." kata Vera dengan tatapan mata yang berbeda
Sebuah tatapan yang selama ini belum pernah Ulger lihat. Sebuah tatapan yang sama dengan tatapan orang orang yang pernah mengganggunya dulu. Sebuah tatapan.. yang sangat dikenali oleh Ulger. Melihat wajah Ulger yang nampak panik dan takut, Vera tersenyum. Vera tepuk tangan dua kali dan dari tempat yang tak terduga, muncul segerombolan orang. Segerombolan orang yang sangat dikenal oleh Ulger. Segerombolan orang yang pernah mengganggunya dulu. Segerombolan orang yang membuatnya takut untuk pergi ke dunia luar. Segerombolan orang.. yang merenggut kebahagiaannya.
"Kamu berhasil membawanya kemari ya, Sayang?" kata seseorang yang muncul dari dalam gang
Tanpa perlu melihat wajah dari orang tersebut, Ulger sudah mengetahui orang tersebut hanya dengan mendengar suaranya saja.
"Tentu saja, Sayang." jawab Vera
Sayang? Panggilan apa itu? Bukankah itu panggilan sepasang kekasih? Mengapa.. mengapa Vera memanggil nama orang itu dengan sebutan sayang?
Ketakutan dan kepanikan Ulger semakin menjadi jadi. Bernard Chaddrick, seseorang yang paling senang dan sering menganggu Ulger, muncul di hadapannya setelah sekian lama. Bernard merangkul Vera dan langsung mencium mulut Vera tepat di depan Ulger yang tidak bisa bergeming.
---------=======-----------
AUTHOR :
Terima kasih telah membaca Chapter ini !
Mohon dukungan dari teman teman ya !
Untuk kritik dan saran bisa dicantumkan di kolom komentar !
Terima Kasih !
----------=======-----------
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
arifin saputra
𝘶𝘭𝘦𝘨𝘦𝘮
2023-10-15
0