Chapter 4 - Elusan dan Senyuman

Swoosh~

Angin berhembus membuat rambut pirang sang gadis terurai. Warna mata lazuardi, dengan senyuman semanis gulali membuat jantung Ulger seakan terhenti.

"Kamu kenapa?' tanya sang gadis sekali lagi

Deg~

Pertanyaan dari sang gadis membuatnya teringat dengan Vera tatkala dulu mengulurkan tangan untuk membantunya.

"Ada apa/ Kenapa kamu menangis?" tanya sang gadis

Mendengar pertanyaan sang gadis, Ulger mengedipkan matanya beberapa kali. Ia mengangkat satu tangannya ke wajahnya dan terasa sebuah air mengalir dari matanya. Ulger melihat telapak tangan yang baru ia sentuhkan ke wajahnya. Ia baru sadar bahwa dirinya sedang menangis. Sang gadis yang khawatir langsung berjalan mendekati Ulger. Dengan sedikit membungkukkan badannya, ia mengulurkan satu tangannya.

"Jangan menangis lagi, ada aku di sini." kata sang gadis

Lagi lagi, gerakan sang gadis mengingatkannya dengan Vera. Ulger menampar tangan sang gadis, lalu berteriak dan meringkuk. Ulger menangis, menangis dengan sangat keras. Tangisannya membuat sang gadis panik. Orang orang yang ada di dalam desa langsung bertanya tanya tentang asal suara tangisan tersebut. Para penduduk mendekati sang gadis yang nampak sedang bersama dengan seorang anak kecil yang sedang menangis.

"Liliana! Apa yang sudah kamu perbuat?!" tanya salah seorang wanita berusia sekitar 30 tahun

"A-Aku tidak tahu, Ibu! Tiba tiba saja anak ini menangis!" jawab Liliana dengan sedikit terkejut

Ulger yang merasakan kerumunan orang mendekatinya, mengangkat kepalanya yang penuh dengan bekas air mata dan ingus.

"Liliana, sudah ibu bilang berapa kali untuk tidak menjahili anak kecil yang usianya dibawahmu!" kata Ibunya Liliana

"Iya, Bu aku tahu! Tapi anak ini aku tidak menjahilinya sama sekali!" jawab Liliana yang tidak terima disalahkan

Ulger melihat perdebatan antara anak dan ibu. Sebuah perdebatan yang lumrah dalam sebuah keluarga. Tangisan Ulger telah berhenti. Dengan tatapan bak anak yang linglung, ia melihat iri perdebatan antara Liliana dengan ibunya.

"Sudah sudah, kalian malah menakutinya loh." kata salah seorang wanita berusia sekitar 60 tahun

Setelah menegur Liliana dan ibunya, ia berjalan mendekati Ulger. Dengan rambut yang sudah agak memutih dan semacam kain (handuk) yang dikalungkan, ia duduk dengan kedua lutut sebagai tumpuannya di depan Ulger.

"Kamu pasti takut bukan.. sudah.. jangan khawatir lagi.. sekarang, nenek akan menemanimu." sambung sang wanita dengan sangat lembut

Wanita tersebut mendekati Ulger. Ia mengulurkan tangannya ke Ulger dan menyentuh pipi kanan Ulger. Dengan tersenyum dan senyuman lembut ia berkata kepada Ulger.

"Menangislah.. jangan ditahan.."

Suara yang sangat lembut keluar dari sang wanita. Ulger melihat ke arah sang wanita dan perlahan lahan, air matanya mulai mengalir dan semakin deras.

Ulger menangis dan memeluk sang wanita layaknya seorang anak kecil yang menangis di pelukan neneknya. Ulger memeluk dengan sangat erat dan sang wanita memeluk lembut Ulger. Setelah menangis dan meluapkan semua emosinya, Ulger melepaskan wajahnya dari dekapan sang wanita. Ia duduk bersimpuh di depan sang wanita.

"Siapa namamu?" tanya sang wanita

Ulger tidak menjawab. Ia sudah tidak ingin menggunakan nama lamanya lagi. Ia ingin memulai 'buku baru' dalam kehidupannya.

"Apa kamu lupa ingatan?" tanya sang wanita

Ulger masih tidak menjawab. Dengan tersenyum lembut, sang wanita mengelus kepala (atas) Ulger.

"Mulai hari ini, kamu panggil saya saya Nenek Kuina." kata Kuina

"Nenek.. Kuina.." kata Ulger dengan pelan

"Selamat datang di desa kami!" kata Liliana yang langsung datang dan merangkul Ulger

"Tanpa nama! Aku Baja! Apa kamu menyukai pahlawan?!" tanya Baja yang langsung melompat dan memeluk Ulger dari depan

"Dengan tertawa ia mengelus kepala Ulger. Ulger melihat ke sekitarnya dan nampak seorang laki laki berusia sekitar 45 tahun yang membawa cangkul, seorang ibu ibu yang sedang menggendong anaknya, dan anak anak kecil seusianya serta seluruh penduduk desa tersenyum ke arahnya.

Ulger meneteskan air mata, namun bukanlah air mata kesedihan. Untuk pertama kalinya, ia meneteskan air mata kebahagiaan. Ulger tersenyum hingga nampak giginya dan para penduduk desa menyambut Ulger dengan sangat gembira. Ulger diajak berdiri oleh Liliana dan Baja, ia mulai berkenalan dengan anak anak yang seusianya. Ketika ia diperkenalkan dengan anak anak yang seusianya, ia baru sadar bahwa tubuhnya telah berubah.

"(Aih.. aku sepantaran mereka..? Tunggu dulu.. apa yang terjad-!)" kata Ulger yang terkejut

Ia melihat ke tubuhnya dan dengan kedua tangannya ia memeriksa 'hampir' seluruh tubuhnya. Ia melihat pergelangan tangan yang mengecil, orang orang dewasa yang ia biasa lihat sepantaran sekarang harus mendangak, dan melihat anak anak sekitar usia 6-7 tahun memiliki tinggi yang sepantaran dengannya.

"Ada apa, Tanpa Nama?" tanya Baja

"Ah, tidak.. tidak ada apa apa." jawab Ulger dengan tersenyum kaku

Setelah berkenalan dengan anak anak seusianya, ia diajak berkeliling desa dan tempat tempat indah sekitar desa. Sembari Ulger diajak berkeliling, para penduduk desa lainnya kembali melanjutkan pekerjaan mereka. Ulger berlarian dengan beberapa anak kecil dari desa. Memiliki fisik yang lemah, Ulger sempat hampir terhenti dan tersandung. Namun dengan sigap, Liliana langsung memegang tangan Ulger dan menahannya dari jatuh. Dengan tersenyum, Liliana menggandeng tangan Ulger. Ulger melihat ke depan dan terlihat anak anak desa lainnya sedang menunggunya.

"Ayo!" kata Liliana

Ulger menganggukkan kepalanya. Mereka mulai berlari bersama. Dengan perlahan, bayangan akan sosok Vera mulai tampak sekali lagi pada diri Liliana. Mata Ulger melebar. Ia yang kembali teringat dengan Vera mulai merasakan kesedihan lagi. Namun ketika ia mau merasakan kesedihan sekali lagi, tiba tiba ada seseorang yang merangkulnya.

"Apa kamu tahu kita mau kemana?" tanya Baja dengan berbisik

Ulger menggelengkan kepalanya beberapa kali dan berusaha menghilangkan bayangan Vera. Ia melihat kesamping dan menjawab bahwa ia tidak tahu.

"Xixi.. lihat saja! Kamu pasti akan kagum!" kata Baja dengan bersemangat

Dari tanah yang datar hingga menanjak sebuah bukit kecil, mereka terus berlari bersama sama dengan canda tawa yang menaungi perjalanan mereka. Setelah berlari cukup lama, mereka selesai menanjang bukit yang dituju. Liliana dan Baja mengulurkan tangannya, mencoba membantu Ulger untuk naik ke atas bukit. Ketika Ulger berhasil naik ke atas bukit, ia seolah disihir dengan pemandangan yang menakjubkan. Burung berwarna lembayung dengan indah mengepakkan sayapnya beriring iringan. Matahari yang sedang berada di puncak membuat seluruh tempat seolah berkilau.

"Lihatlah ini, Tanpa Nama!" teriak Baja

Baja menepuk kedua tangannya ke depan. Tanah tempat mereka tiba tiba menjulang tinggi ke langit. Ulger menunduk karena terkejut.

"Tanpa Nama! Bukalah matamu!" teriak Baja

Ulger membuka matanya. Ia mengangkat kepalanya dan pemandangan yang ia lihat semakin luas lagi. Angin yang berhembus semakin kencang dan menyejukkan. Ulger melihat ke sekitar dan ia terpaku dengan satu tempat. Sebuah dinding raksasa bak sebuah kerajaan kerajaan di dunia game (gim) yang pernah ia mainkan.

"Tanpa Nama! Kita akan turun! Bersiaplah!" teriak Baja

Dengan tiba tiba, tanah tersebut turun dengan cepat. Ulger yang terkejut kembali menunduk dan sedikit gemetaran. Baja, Liliana, dan anak anak desa lainnya tertawa. Setelah cukup lama mereka berada di atas bukit, mereka memutuskan untuk kembali ke desa. Terutama karena hari sudah mulai sore.

Ketika mereka sudah dekat dengan desa, nampak para penduduk desa sedang mempersiapkan sebuah pesta. Ulger bertanya kepada Liliana tentang pesta apa yang akan diadakan.

Liliana menjawab bahwa ini adalah hari panen pertama mereka setelah 3 tahun lamanya tidak pernah sukses dalam urusan panen memanen.

Dan ketika Ulger sedang mendengarkan jawaban dari Liliana, tiba tiba Ulger diangkat ke langit oleh seseorang.

"..." ucap orang yang mengangkat Ulger

Ulger secara perlahan dan kaku mulai melihat ke arah sosok yang mengangkatnya. Dengan nafas berat serta wajah yang tidak begitu nampak jelas, sosok tersebut menyeringai.

 

---------=======-----------

AUTHOR :

Terima kasih telah membaca sampai Chapter ini !

Mohon dukungan dari teman teman ya !

Untuk kritik dan saran bisa dicantumkan di kolom komentar !

Terima Kasih !

----------=======-----------

Terpopuler

Comments

Linda

Linda

ku tunggu feedback mu ya Thor sudah di rate plus dan likenya sampai sini dulu ya,
semangat berkarya saling dukung 😊

2020-11-08

1

lihat semua
Episodes
1 Author Berkata
2 Chapter 1 - Keluar Rumah
3 Chapter 2 - Hancur
4 Chapter 3 - Rerumputan Hijau
5 Chapter 4 - Elusan dan Senyuman
6 Chapter 5 - Sebuah Pesta
7 Chapter 6 - Cahaya Bulan
8 Chapter 7 - Langit yang Gelap
9 Chapter 8 - Latihan
10 Chapter 9 - Kembali ke Essaract
11 Chapter 10 - Namaku Kron
12 Chapter 11 - Gadis Elf
13 Chapter 12 - Tuan Putri
14 Chapter 13 - Lapangan Utama
15 Chapter 14 - Sovereign Sky
16 Chapter 15 - Biaya Hidup
17 Chapter 16 - Rumah Baru
18 Chapter 17 - Budak
19 Chapter 18 - Renus si Rantai
20 Chapter 19 - Serangan Malam
21 Chapter 20 - Pengampunan
22 Chapter 21 - Kelas 1A
23 Chapter 22 - Sekolah Terresia
24 Chapter 23 - Ilmu Sihir
25 Chapter 24 - Keributan
26 Chapter 25 - Keputusan Kepala Sekolah
27 Chapter 26 - Hukuman Pertandingan
28 Chapter 27 - Kebenaran
29 Chapter 28 - Hari Pertandingan
30 Chapter 29 - Kembar Deimis
31 Chapter 30 - Sang Ratu
32 Chapter 31 - Janji Kemenangan
33 Chapter 32 - Liliana
34 Chapter 33 - Persembunyian
35 Chapter 34 - Para Wanita Desa
36 Chapter 35 - Keadilan
37 Chapter 36 - Penyelamatan
38 Chapter 37 - Red Moon
39 Chapter 38 - Ruang Bawah Tanah
40 Chapter 39 - Bertemu Kembali
41 Chapter 40 - Puncak Pertarungan
42 Chapter 41 - Pembangunan Kembali
43 Chapter 42 - Ramalan Sang Agung
44 Chapter 43 - Penawanan
45 Chapter 44 - Persiapan Pergerakan
46 Chapter 45 - Rencana Penyerangan
47 Chapter 46 - Memulai Peperangan
48 Chapter 47 - Mereka Datang
49 Chapter 48 - Unlimouth
50 Chapter 49 - Pertempuran Dimulai
51 Chapter 50 - Tawa Penonton
52 Chapter 51 - Sang Pendekar Pedang
53 Chapter 52 - Bersama Teman
54 Chapter 53 - Time Skip
55 Chapter 54 - Pencarian
56 Chapter 55 - Naga Hitam
57 Chapter 56 - Bahu Membahu
58 Chapter 57 - Aula Kerajaan
59 Chapter 58 - Dungeon
60 Chapter 59 - Goblin
61 Chapter 60 - Kembalinya Goblin
62 Chapter 61 - Pasukan Goblin
63 Chapter 62 - Orang Berjubah Hitam
64 Chapter 63 - Memukul Balik
65 Chapter 64 - Hasil Perang
66 Chapter 65 - Pihak Ketiga
67 Chapter 66 - Daerah Kosong
68 Chapter 67 - Amarah Hanzo
69 Chapter 68 - Kerajaan Sweba
70 Chapter 69 - Menemukan dan Menemukan
71 Chapter 70 - Menghilang
72 Pengumuman
73 Pengumuman Novel Baru
Episodes

Updated 73 Episodes

1
Author Berkata
2
Chapter 1 - Keluar Rumah
3
Chapter 2 - Hancur
4
Chapter 3 - Rerumputan Hijau
5
Chapter 4 - Elusan dan Senyuman
6
Chapter 5 - Sebuah Pesta
7
Chapter 6 - Cahaya Bulan
8
Chapter 7 - Langit yang Gelap
9
Chapter 8 - Latihan
10
Chapter 9 - Kembali ke Essaract
11
Chapter 10 - Namaku Kron
12
Chapter 11 - Gadis Elf
13
Chapter 12 - Tuan Putri
14
Chapter 13 - Lapangan Utama
15
Chapter 14 - Sovereign Sky
16
Chapter 15 - Biaya Hidup
17
Chapter 16 - Rumah Baru
18
Chapter 17 - Budak
19
Chapter 18 - Renus si Rantai
20
Chapter 19 - Serangan Malam
21
Chapter 20 - Pengampunan
22
Chapter 21 - Kelas 1A
23
Chapter 22 - Sekolah Terresia
24
Chapter 23 - Ilmu Sihir
25
Chapter 24 - Keributan
26
Chapter 25 - Keputusan Kepala Sekolah
27
Chapter 26 - Hukuman Pertandingan
28
Chapter 27 - Kebenaran
29
Chapter 28 - Hari Pertandingan
30
Chapter 29 - Kembar Deimis
31
Chapter 30 - Sang Ratu
32
Chapter 31 - Janji Kemenangan
33
Chapter 32 - Liliana
34
Chapter 33 - Persembunyian
35
Chapter 34 - Para Wanita Desa
36
Chapter 35 - Keadilan
37
Chapter 36 - Penyelamatan
38
Chapter 37 - Red Moon
39
Chapter 38 - Ruang Bawah Tanah
40
Chapter 39 - Bertemu Kembali
41
Chapter 40 - Puncak Pertarungan
42
Chapter 41 - Pembangunan Kembali
43
Chapter 42 - Ramalan Sang Agung
44
Chapter 43 - Penawanan
45
Chapter 44 - Persiapan Pergerakan
46
Chapter 45 - Rencana Penyerangan
47
Chapter 46 - Memulai Peperangan
48
Chapter 47 - Mereka Datang
49
Chapter 48 - Unlimouth
50
Chapter 49 - Pertempuran Dimulai
51
Chapter 50 - Tawa Penonton
52
Chapter 51 - Sang Pendekar Pedang
53
Chapter 52 - Bersama Teman
54
Chapter 53 - Time Skip
55
Chapter 54 - Pencarian
56
Chapter 55 - Naga Hitam
57
Chapter 56 - Bahu Membahu
58
Chapter 57 - Aula Kerajaan
59
Chapter 58 - Dungeon
60
Chapter 59 - Goblin
61
Chapter 60 - Kembalinya Goblin
62
Chapter 61 - Pasukan Goblin
63
Chapter 62 - Orang Berjubah Hitam
64
Chapter 63 - Memukul Balik
65
Chapter 64 - Hasil Perang
66
Chapter 65 - Pihak Ketiga
67
Chapter 66 - Daerah Kosong
68
Chapter 67 - Amarah Hanzo
69
Chapter 68 - Kerajaan Sweba
70
Chapter 69 - Menemukan dan Menemukan
71
Chapter 70 - Menghilang
72
Pengumuman
73
Pengumuman Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!