Bab 4 Kehilangan lagin

Hari itu, Kayla tak langsung disuruh pergi. Bahkan malamnya, Bu Rika menyuruhnya mandi, memberinya baju bersih, lalu menyiapkan kasur lipat kecil di ruang tamu.

“Malam ini kamu tidur di sini. Besok kita bicara lagi soal rencana ke depan.” ujar Bu Rika

Kayla memandang wanita itu lama.

“Bu Rika…” panggil Kayla

“Iya, Nak?” jawab ibu Rika

“Kalau Ibu nggak keberatan… Kayla boleh bantu-bantu di sini? Kayla bisa nyapu, cuci piring, bantu apa aja. Tapi Kayla… nggak mau tinggal di luar lagi.” ujar Kayla

Suara Kayla mulai bergetar.

“Kayla kedinginan, tiap malam… kadang ngimpiin Mama, tapi pas bangun… sendirian…” cerita Kayla

Bu Rika terdiam. Lalu ia maju, membuka tangannya.

“Ke sini.” pinta Bu Rika

Kayla maju pelan. Lalu tubuh kecilnya tenggelam dalam pelukan pertama sejak ibunya pergi.

“Nggak usah ngomong apa-apa dulu. Ibu ngerti.” jawab ibu Rika

Kayla menangis sejadi-jadinya. Di pelukan itu, tubuhnya yang selama ini menahan segalanya akhirnya luluh.

 

Hari-hari berikutnya, Kayla tinggal bersama Bu Rika. Ia dipanggil "Ibu" untuk pertama kali lagi setelah sekian lama. Kayla mulai sekolah, meski dengan seragam bekas dan sepatu tambalan.

Tapi Kayla bahagia.

“Ibu, Kayla rangking 1 kemarin!” ucapnya penuh semangat suatu hari.

“Wah, hebat sekali anak Ibu! Nanti kita makan mi goreng spesial ya!” ujar ibu Rika bahagia penuh bangga

"Iya Bu, Kayla mau" jawab Kayla

Bu Rika tertawa. Kayla ikut tertawa, kali ini tanpa air mata.

Namun kebahagiaan itu tak lama.

Beberapa tahun kemudian, di usia Kayla 11 tahun, kecelakaan menimpa Bu Rika.

Mobil pick-up menabrak sepeda motor yang ditumpangi Bu Rika saat ia pulang dari pasar. Kayla mendapat kabar itu dari tetangga.

“Ibu kamu di rumah sakit, cepat ke sana!” seru ibu Atun tetangga ini Rika

Kayla berlari tanpa sepatu, menangis sambil memanggil nama ibu angkatnya. Tapi saat ia tiba…

“Maaf… pasien sudah tak tertolong. Kami kekurangan peralatan, dan proses penanganan sempat tertunda karena… prosedur administrasi…” ujar sang dokter

Kayla memeluk tubuh Bu Rika yang sudah kaku. “Ibu… jangan kayak ibu Retno… Ibu sudah janji… Kayla nggak sendiri lagi…”

Ia menjerit. “Jangan tinggalin aku lagi!”

 

Untuk kedua kalinya, Kayla berdiri di sisi makam. Kali ini dengan tubuh yang lebih tinggi, lebih dewasa, tapi jiwanya sama rapuh.

“Ibu… Bu Rika sekarang sama ibu ya? Tolong peluk dia di sana… jangan biarin dia sendiri juga…” ujar Kayla dengan kesedihan

Hujan turun. Tapi Kayla tetap berdiri, menggenggam dua gambar yang ia simpan di dalam plastik: satu kupu-kupu, satu bunga matahari.

“Ibu Retno… Ibu Rika … Kayla sendirian lagi. Tapi… Kayla nggak akan menyerah.” gumam Kayla yang masih sedih tapi berusah tegar menghadapi semua cobaan ini.

Kayla duduk di beranda rumah kecil milik Bu Rika yang kini kosong. Wajahnya menghadap jalan. Matanya kosong. Di tangannya ada buku gambar tua yang mulai lembap oleh air hujan.

Sudah tiga hari sejak pemakaman. Tiga hari sejak suara lembut itu tak lagi memanggil, “Kayla, ayo makan.” Tiga hari sejak tangan hangat itu tak lagi mengelus rambutnya.

“Ibu…” gumam Kayla pelan dan air matanya menetes

Ia bicara pelan, seolah seseorang masih ada di sebelahnya.

“Dulu ibu kandungku pergi, sekarang Ibu. Aku salah apa, ya? Kenapa semua orang yang aku sayang pergi satu-satu?” ujar Kayla penuh kesedihan

Angin menyapu halaman. Daun kering beterbangan.

Kayla bangkit dan masuk ke dalam. Ia membuka lemari kecil yang pernah jadi tempat Ibu Rika menyimpan kain. Di situ, ia menemukan sebuah amplop putih bertuliskan namanya.

Untuk Kayla.

Kalau Ibu pergi duluan.

Tangannya gemetar saat membukanya. Di dalamnya hanya ada secarik surat dan satu ikat uang yang dibungkus rapi.

 

Surat itu tertulis

Kayla sayang,

Maaf kalau surat ini kamu baca dalam keadaan Ibu sudah tidak bisa lagi memelukmu.

Tapi kamu harus tahu satu hal: kamu adalah anak paling kuat dan paling berani yang pernah Ibu kenal. Ibu bangga sekali sama kamu.

Ibu hanya bisa meninggalkan sedikit uang—uang tabungan dari jualan sayur dan gorengan. Gunakan ini untuk mendaftar sekolah.

Kalau kamu punya mimpi, kejarlah, Nak. Jangan takut sendirian. Tuhan akan kirimkan cahaya, seperti Ibu dikirimkan untuk bertemu kamu dulu.

Jangan biarkan dunia membuatmu jadi keras. Jadilah seperti Kayla yang selalu bisa mencintai meski disakiti.

Ibu selalu sayang kamu.

— Rika.

 

Kayla menutup surat itu sambil menangis terisak.

“Kayla janji, Bu… Kayla akan sekolah. Kayla akan pintar. Kayla nggak akan nyerah…” ujar Kayla penuh semangat

Malam itu, ia mengemasi barang-barangnya. Beberapa baju, buku gambar, surat dari Bu Rika, dan uang peninggalan itu. Ia tidak tahu akan tinggal di mana. Tapi ia tahu satu hal: dia tidak boleh berhenti berjalan.

 

Beberapa hari kemudian, Kayla berdiri di depan sebuah sekolah menengah pertama negeri. Ia membawa map kecil berisi formulir yang ia beli dari uang tabungan Ibu Rika.

Di meja pendaftaran, seorang petugas menatapnya curiga.

“Kamu sendirian?”

“Iya, Bu.”

“Orang tuamu mana?”

“Sudah nggak ada.”

Petugas itu terdiam. “Kamu dari mana sebelumnya?”

“Dari rumah Bu Rika… ibu angkat saya. Tapi beliau meninggal.”

Lalu Kayla menyerahkan mapnya.

“Boleh saya ikut ujian masuk, Bu? Saya bawa rapor kelas enam saya yang disimpan almarhum Ibu.”

Petugas itu mengangguk, sedikit terkejut karena Kayla sangat rapi, sopan, dan tenang.

 

Hari ujian tiba. Kayla duduk di antara puluhan siswa lain. Anak-anak datang diantar orang tua. Tapi dia… datang sendiri, dengan satu pensil dan satu penghapus kecil yang sudah nyaris habis.

Ia menatap soal-soal ujian. Matanya tajam. Tangannya cekatan. Satu per satu soal diselesaikannya dengan penuh konsentrasi.

Beberapa guru pengawas memperhatikannya.

“Anak itu… luar biasa. Aku lihat dari sekolah dasar kecil, tapi jawabannya nyaris sempurna.”

“Latar belakangnya gimana?”

“Anak yatim. Tinggal sebatang kara.”

 

Dua minggu kemudian, hasil diumumkan. Kayla diterima dengan nilai tertinggi. Ia bukan hanya lolos—tapi ditawari beasiswa penuh dari yayasan pendidikan yang bekerja sama dengan sekolah.

Wali kelas memanggilnya secara khusus.

“Kayla, kamu benar-benar luar biasa. Yayasan akan biayai semua kebutuhan sekolahmu, termasuk asrama dan buku.” ujar wali kelas kagum

Kayla terdiam. Ia menggenggam map pengumuman itu erat-erat.

“Terima kasih… Terima kasih banyak, Bu…” jawab Kayla

Ia keluar dari ruang guru dengan mata berkaca-kaca. Langit biru cerah di atas kepala, seperti memberi restu.

“Ibu Kayla mulai jalan baru ya. Kayla nggak akan sia-siain doa kalian.” gumam Kayla

Bersambung

 

Terpopuler

Comments

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

ya Allah perjuangan Kayla masyaallah bikin merinding jujur salut dngn kegigihan Kayla 😭😭😭

2025-08-19

0

Lisa

Lisa

Salut banget sama Kayla..maju terus y Kayla..Tuhan selalu menyertai langkahmu..amin..

2025-07-02

0

Oi Min

Oi Min

g tahan aq tor...... gembor jga..... /Sob//Sob//Sob//Sob//Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/

2025-08-07

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 - Bayi yang Tak Pernah Ditatap
2 Bab 2 kepergian dan kesedihan
3 Bab 3 Pemakaman dan pengusiran
4 Bab 4 Kehilangan lagin
5 Bab 5 Awal Kehidupan Baru
6 Bab 6 Olimpiade Sains
7 Bab 7 mimpi dan cita-cita
8 Bab 8 hari pertama berpisah
9 Bab 9 Peluk yang Tak Pernah Layu
10 Bab 10 Yang Terpencil Tak Selalu Kecil
11 Bab 11 wisuda
12 Bab 12 Pasien pertama
13 Bab 13 Napas Kecil yang Menggetarkan
14 Bab 14 Langkah Kecil Menuju Dunia Kecil
15 Bab 15 Hari Libur dan Hati yang Bernapas
16 Bab 16 Rumah di Ujung Hujan
17 bab 17 Map Rahasia dan Jalan Tak Biasa
18 bab 18 pasien rahasia
19 Bab 19 Penyesalan yang Tak Diundang
20 Bab 20: Siapa yang Menjahit Lukaku?
21 Bab 21 Staycation, Tapi Kenapa Dunia Jadi Tegang?
22 Bab 22
23 Bab 23 Rumah Sakit, Resep Masakan, dan Sahabat Sebangsal
24 Bab 24Kembali ke Tempat yang Dulu Disebut Luka
25 Bab 25 : Dingin Udara, Hangat di Hati
26 Bab 26 Mereka Tidak Tahu, Tapi Aku Pernah Bertahan Tanpa Siapa-Siapa
27 Bab 27 Aku Pernah Terluka, Tapi Aku Tidak Akan Membiarkan Kamu Sendirian
28 Bab 28 Rumah yang Tak Pernah Kupunya
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 bab 46
47 bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
Episodes

Updated 53 Episodes

1
BAB 1 - Bayi yang Tak Pernah Ditatap
2
Bab 2 kepergian dan kesedihan
3
Bab 3 Pemakaman dan pengusiran
4
Bab 4 Kehilangan lagin
5
Bab 5 Awal Kehidupan Baru
6
Bab 6 Olimpiade Sains
7
Bab 7 mimpi dan cita-cita
8
Bab 8 hari pertama berpisah
9
Bab 9 Peluk yang Tak Pernah Layu
10
Bab 10 Yang Terpencil Tak Selalu Kecil
11
Bab 11 wisuda
12
Bab 12 Pasien pertama
13
Bab 13 Napas Kecil yang Menggetarkan
14
Bab 14 Langkah Kecil Menuju Dunia Kecil
15
Bab 15 Hari Libur dan Hati yang Bernapas
16
Bab 16 Rumah di Ujung Hujan
17
bab 17 Map Rahasia dan Jalan Tak Biasa
18
bab 18 pasien rahasia
19
Bab 19 Penyesalan yang Tak Diundang
20
Bab 20: Siapa yang Menjahit Lukaku?
21
Bab 21 Staycation, Tapi Kenapa Dunia Jadi Tegang?
22
Bab 22
23
Bab 23 Rumah Sakit, Resep Masakan, dan Sahabat Sebangsal
24
Bab 24Kembali ke Tempat yang Dulu Disebut Luka
25
Bab 25 : Dingin Udara, Hangat di Hati
26
Bab 26 Mereka Tidak Tahu, Tapi Aku Pernah Bertahan Tanpa Siapa-Siapa
27
Bab 27 Aku Pernah Terluka, Tapi Aku Tidak Akan Membiarkan Kamu Sendirian
28
Bab 28 Rumah yang Tak Pernah Kupunya
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
bab 46
47
bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!