Episode 4 Tidak Pernah Di Hargai

Serra melihat kepergian suaminya itu dengan luka yang begitu perih dan apalagi sebagai seorang istri wajar saja mencurigai banyak hal dan bahkan dia belum mendapatkan jawaban apapun.

"Makanya menjadi istri itu mencoba untuk menjadi yang sempurna agar tidak punya pikiran buruk kepada suami," ucap Maya yang membuat mata Serra melihat secara langsung.

"Kita sama-sama wanita dan apa menurut kamu sangat pantas berduaan di dalam kamar bersama laki-laki lain?" tanya Serra.

"Hey masalahnya Damar bukan laki-laki lain dan kami adalah sepupu. Kamu coba deh intropeksi diri dan setelah itu baru berbicara padaku," ucap Maya dengan enteng yang memasuki kamarnya mengabaikan Serra yang masih penuh tanya apa yang terjadi.

"Ya Allah kenapa orang-orang di rumah ini tidak ada satupun yang mencoba untuk mengerti perasaanku. Apa menurut Mama apa yang terjadi adalah hal yang biasa dan tidak mencoba untuk mencari tahu agar aku bisa tenang dan bukan malah menyalahkanku. Apa aku salah berpikiran seperti itu kepada suamiku yang memang jelas-jelas di depan mata aku keluar dari kamar seorang wanita dan walau wanita itu adalah sepupunya,"

"Tapi tetap saja hal itu tidak pantas, kenapa? orang-orang di rumah ini tidak ada yang peduli dengan perasaanku dan mencoba untuk menenangkanku bukan dalam menyalahkanku," ucapnya dengan air mata yang kembali jatuh yang benar-benar merasa sangat sakit berada di lingkungan keluarga itu

******

Seperti biasa pagi-pagi Serra udah sibuk dengan pekerjaannya di dapur. Penghuni rumah juga seperti biasa menuju meja makan dengan sarapan yang sudah terhidang.

Serra yang berdiri di depan wastafel membersihkan bekas wajan yang digunakan sebelumnya untuk memasak, ekor mata Serra menoleh ke arah orang-orang yang di meja makan itu yang sama sekali tidak menanyakan dirinya apakah pekerjaannya sudah selesai dan sebaiknya sarapan bersama mereka dan justru malah mereka semua mengabaikan Serra.

"Benar-benar," Serra menoleh ke arah suara tawa itu bagaimana Damar yang menghampiri meja makan bersama dengan Maya dengan keduanya terlihat mengobrol sangat akrab diselingi dengan tawa.

"Seru amat! Habis ngomongin apa sih?" tanya Netty.

"Netty kita itu baru saja membahas film komedi yang baru keluar, melihat cuplikannya saja ternyata sangat seru sekali, jadi tidak sabaran untuk menonton," jawab Maya.

"Hanya film saja tetapi sudah seheboh itu," sahut Andre.

"Ini seru tahu," sahut Maya.

"Serra kamu tidak membuatkan susu Mama?" tanya Niken yang merasa ada yang kurang di meja makan itu.

"Serra akan membuatnya," jawab Serra, namanya dipanggil ketika orang di meja makan itu membutuhkannya.

Serra berapa kali menghela nafas sembari mengaduk susu tersebut yang sepertinya sudah mulai merasa lelah dengan pernikahannya dan keluarga suaminya yang hanya menjadikannya pembantu.

Rumah besar itu diurus sendiri oleh Serra, tidak ada pembantu yang ada hanya tukang kebun, terkadang Serra juga mengambil alih menyiram tanaman dan membersihkan kolam renang ketika orang yang tanggung jawab itu tidak bisa masuk kerja.

"Aku juga mau dong dibuatkan jus jeruk," sahut Maya dengan tidak tahu dirinya.

"Maya kamu pagi-pagi seperti ini minum jus jeruk. Maag kamu bisa kambuh," sahut Damar.

"Perhatian amat!" celetuk Netty.

Serra juga mendengar hal itu yang tidak menyangka jika suaminya sangat mengerti sekali bagaimana wanita lain dan sementara istrinya tidak pernah diperhatikan seperti itu.

"Lagi pengen, hanya sekali-sekali saja," ucap Maya.

"Apa kamu tidak bisa membuat sendiri Maya. Serra juga pasti ingin sarapan," tegur Bram.

"Pah, Serra sekalian memegang gelas apa salahnya dibuatkan. Papa jangan protes jika Serra saja tidak ingin protes sama sekali," ucap Niken.

Sementara Serra sejak tadi hanya diam saja, dia masih memikirkan bagaimana kejadian tadi malam dan satu orang pun tidak ada yang membahas atau menegur Damar yang dan Maya tentang apa yang terjadi. Seolah tidak terjadi apapun pagi ini yang membuat semua orang cuek di rumah itu.

"Kakek jadi pulang hari ini?" tanya Andre.

"Kemungkinan iya. Jadi kalian harus bersikap baik jangan membuat Kakek kalian marah!" tegas Niken teringat kepada putra-putrinya itu

"Kakek kalau sudah pulang peraturannya banyak sekali, sangat memuakkan," keluh Netty.

"Netty jaga bicara kamu, jika Kakek kamu memiliki banyak peraturan dan itu demi kebaikan kamu. Kamu juga jangan membantah dan hormati orang yang lebih tua!" tegas Bram.

"Iya-iya," sahut Netty dengan nada terpaksa.

"Kemungkinan Kakek akan pulang siang, nanti kamu siapkan makan siang. Saya tidak harus memberitahu harus memasak apa. Saya ada arisan siang ini," ucap Niken memberi pesan kepada menantunya.

"Di saat Papa pulang seharusnya kamu berada di rumah bukan malah mementingkan arisan," sahut Bram.

"Aku tidak punya alasan untuk absen karena mereka juga tidak pernah absen. Sore malam dan seterusnya masih bertemu dengan Papa. Tidak juga harus disambut dengan karpet merah atas kepulangannya dan lagi pula aku sudah menyuruh Serra untuk menyiapkan makan siang dan dia juga ada di rumah ini. Apa yang harus dibesarkan," jawab Niken yang membuat Bram menghela nafas.

Serra yang menyelesaikan membuat jus dan juga susu yang langsung memberikan kepada Niken. Saat Serra meletakkan di samping Niken yang sangat kebetulan Niken mengangkat tangannya.

Prang

Hal tersebut membuat gelas itu jatuh ke lantai dan jus itu tumpah yang bahkan mengenai baju Maya membuat Maya langsung berdiri.

"Serra kamu sengaja ya," ucap Maya.

"Tidak! Aku bener-bener tidak sengaja," ucap Serra panik.

"Kamu lain kali makanya hati-hati, kerja jangan ngelamun lihat baju Maya jadi kotor seperti itu," tegur Niken.

"Aku mengatakan tidak sengaja dan tadi Maya yang mengangkat tangannya tiba-tiba," ucap Serra melakukan pembelaan.

"Apa-apaan sih kamu!" Damar yang langsung berdiri dan bahkan menggeser tubuh istrinya itu jauh sedikit dari Maya.

"Kamu kalau kerja itu otaknya dipakai. Apa yang kamu lakukan hampir saja mencelakai Maya dan kamu masih menyalahkan dia. Kenapa kamu itu sangat teledor sekali bekerja dan tidak pernah mau belajar dari kesalahan!" tegas Damar.

"Aku tidak sengaja Mas. Kenapa Mas harus membesarkan masalah ini!" tegas Serra yang terlihat begitu lelah dengan kelakuan suaminya.

"Aku itu capek berdebat terus dengan kamu, benar-benar tidak pernah tahu malu, selalu saja membuat masalah dan tidak pernah punya rasa malu ribut di depan orang banyak. Kamu bersihkan semuanya!" tegas Damar yang membuat Serra hanya bisa diam dengan perkataan suaminya itu.

"Isss, sekarang aku harus ganti baju lagi. Benar-benar menyebalkan," ucapnya dengan kesal yang langsung meninggalkan meja makan.

"Damar kamu bisa tidak berbicara dengan istri kamu sedikit lembut," tegur Bram.

"Aku capek berbicara baik-baik dengannya dan memang dasar otaknya bebal yang tidak bisa berguna!" tegas Damar.

"Sudahlah. Ayo Pa buruan antar Netty ke kampus. Sudah telat ini," sahut Netty yang buru-buru berdiri dari tempat duduknya

Bram tidak panjang lebar menasehati Damar yang juga berdiri berpamitan pada istrinya. Netty, Andre dan Bram tinggalkan meja makan itu.

"Kamu itu benar-benar ceroboh, jangan sampai kamu semakin ceroboh seperti ini dan apalagi ada Kakek di rumah ini. Saya tidak mau mendapatkan masalah!" tegas Niken dan juga berdiri dari tempat duduknya.

"Setelah kamu membersihkan semua ini. Ambil pakaian Maya yang kotor dan kamu cuci akibat ulah kamu!" tegas Damar yang seenaknya menyuruh istrinya pergi begitu saja dengan penuh kebencian dan rasa jijik kepada Serra.

Serra hanya kembali menghela nafas yang mendapatkan perlakuan yang tidak pernah berubah dari keluarga suaminya dan bahkan suaminya sendiri.

Bersambung......

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!