Angin malam berdesir di antara reruntuhan kuil tua, membawa bau besi darah yang mulai mengering.
Asanami Kenshi terduduk diam, lututnya menyentuh tanah yang becek oleh darah teman dan saudara yang ia bunuh sendiri.
Tangannya masih menggenggam katana, walau jemarinya terasa kaku dan beku.
Buta dan hampa.
Dunia di sekelilingnya telah menjadi kekosongan hitam yang tak berujung.
Kenshi mencoba berdiri, namun tubuhnya tertatih. Ia terjatuh lagi, mukanya menghantam tanah. Mulutnya mengecap rasa logam, darah. Bukan hanya darah lawan, tapi juga darah dari luka dalam dirinya sendiri.
Di dalam kegelapan itu, suara-suara mengerikan berbisik.
Suara-suara masa lalu.
"Kenshi-sama, aku akan selalu setia."
"Kenshi-sama, keluarga Asanami akan berjaya di tanganmu."
"Kenshi-sama, percayalah pada kami."
Kebohongan serta Kebusukan.
Semua kata itu kini menjadi pisau yang menusuk jauh ke dalam hatinya.
Kenshi menggertakkan giginya, menahan teriakan yang hampir meledak dari dadanya.
Aku harus hidup.
Aku harus membalas.
Dengan merangkak, seperti hewan yang terluka, Kenshi menyeret dirinya keluar dari halaman kuil yang kini hanya menjadi kuburan.
Langkah demi langkah.
Napas demi napas.
Tubuhnya berlumuran darah dan debu, seperti arwah yang tersesat.
Jauh di dalam hutan, ia menemukan gua kosong, lubang hitam di tengah kehampaan.
Tanpa berpikir panjang, ia masuk ke dalamnya.
Di sana, dalam kegelapan mutlak, tanpa suara lain selain deru napasnya sendiri, Kenshi berbaring.
Untuk waktu yang tak bisa ia hitung, ia diam.
Mati rasa.
Hanya detak jantung yang membuktikan bahwa ia masih ada.
Hari-hari berlalu.
Tanpa matahari.
Tanpa suara manusia.
Hanya bunyi tetesan air dari dinding gua, jatuh perlahan ke tanah, ritme kematian yang tak berujung.
Kenshi bertahan hidup dengan naluri.
Mencium bau hujan untuk mencari air.
Meraba kulit kasar akar pohon untuk menemukan makanan.
Mendengar getaran kecil dari langkah binatang kecil untuk memburu mangsa.
Setiap gerakan, setiap desiran udara, menjadi suara di kepalanya.
Dan perlahan, dalam kegelapan itu, sesuatu lahir dalam dirinya.
Insting baru.
Naluri murni untuk membunuh.
Pedang adalah matanya kini.
Suatu malam, saat bulan yang tak lagi bisa ia lihat menggantung di langit, seekor serigala liar memasuki gua.
Mengendus, menggeram, mengancam.
Kenshi mendengar suara cakar-cakar itu.
Merasakan desiran nafas binatang itu.
Dalam sekejap, tanpa ragu, tanpa melihat, ia mencabut pedangnya dan mengayunkan tebasan melingkar.
Satu suara retakan daging, dan gua kembali sunyi.
Tubuh serigala terkapar, darahnya mengalir membasahi tanah.
Kenshi merasakan tetesan hangat itu mengalir di punggung tangannya.
Ia tersenyum, bukan karena senang, tapi karena sadar. "Aku belum mati. Aku masih bisa membunuh"
Minggu berganti bulan.
Hidup di dalam gua sudah terasa biasa bagi Kenshi, Kenshi mengubah gua itu menjadi medan latihannya sendiri.
Ia menebas udara.
Mengayunkan katana di antara bebatuan.
Mendengarkan suara potongan kayu yang terbelah.
Merasakan perubahan tekanan udara sebelum musuh imajiner bergerak.
Tangannya berdarah.
Tubuhnya penuh luka.
Namun Kenshi tidak berhenti.
Setiap luka adalah pengingat: balas dendam butuh pengorbanan.
Dan di dalam setiap malam tanpa cahaya, ia mengulang satu nama dalam benaknya.
Klan utama Asanami.
Mereka adalah tujuan.
Mereka adalah alasan ia bangkit dari kuburannya sendiri.
"Aku akan datang untuk kalian," bisik Kenshi dalam kesunyian gua.
"Aku akan membuat kalian merasakan rasa sakit seribu kematian."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
RumYang
Keren kak! ekspresi karakternya kena banget dari tulisannya.
2025-07-08
1
Aierriel Fitrisya
Ngakak terus!
2025-06-20
0