A Second Chance To Remake My Life
Episode 02 - Kibe Saaya/Pernyataan Cinta
Kibe Saaya
Nee, Kurisu-kun.
Kurisu mendengar suara yang familiar memanggilnya. Ia juga merasa tubuhnya terus digoyang oleh tangan yang lembut.
Kibe Saaya
Nee, Kurisu-kun.
Kibe Saaya
Kurisu-kun, bangunlah.
Atas permintaan suara itu, Kurisu secara perlahan membuka matanya.
Kurisu bangun dari tidurnya. Ia tertidur di atas mejanya dengan lipatan tangan sebagai alas.
Kurisu kebingungan mendapati dirinya terbangun di ruang kelas. Namun yang lebih membuatnya bingung lagi adalah gadis yang membangunkannya.
Yoshiaki Kurisu
Huh …? Kibe-san?
Kibe Saaya
Akhirnya kamu bangun, Kurisu-kun.
Kibe Saaya
Aku sudah mencoba membangunkanmu dari tadi, tapi kamu tidak ada tanda-tanda bangun.
Kibe Saaya
Kulihat kamu tiba-tiba tertidur di tengah jam pelajaran, tidak seperti biasanya. Apa kamu kelelahan atau habis bergadang?
Yoshiaki Kurisu
Tidak, bukan keduanya.
Yoshiaki Kurisu
Aku tidak habis bergadang atau kelelahan ....
Ingatan dengan pemandangan yang mengalami glitch muncul secara sekilas di benak Kurisu.
Itu adalah ingatan saat Kurisu datang ke sebuah kafe dan mengobrolkan sesuatu sambil meminum kopi bersama seseorang.
Yoshiaki Kurisu
Aku ... baik-baik saja.
Kibe Saaya
Sungguh? Kalau begitu baguslah.
Gadis itu tersenyum mendengar pengakuan Kurisu. Kemudian, dia tampak malu-malu di hadapan Kurisu.
Kibe Saaya
Aku cuma khawatir ….
Kibe Saaya
Kupikir kamu sedang tidak enak badan atau apa, jadi aku berniat membangunkanmu supaya kamu bisa tidur lebih nyaman di UKS.
Yoshiaki Kurisu
Aku mengerti niat baikmu, Kibe-san. Terima kasih sudah mengkhawatirkanku.
Kurisu merasa senang melihat seseorang mengkhawatirkannya. Namun di satu sisi ....
Yoshiaki Kurisu
(... Gadis di hadapanku benar-benar Kibe-san. Selain itu ....)
Kurisu memperhatikan sekelilingnya. Ia melihat kelas yang cukup berisik dengan aktivitas istirahat mereka masing-masing.
Yoshiaki Kurisu
(Aku berada di kelasku saat masih di SMA. Aku ragu untuk mengatakan ini mimpi karena terlalu nyata.)
Yoshiaki Kurisu
(Apa mungkin aku mengalami yang sering disebut orang-orang sebagai "time-leap"?)
Saaya yang melihat Kurisu tampak kebingungan melihat sikapnya sedikit aneh.
Kibe Saaya
Apa ada yang salah, Yoshiaki-kun?
Yoshiaki Kurisu
Nn, tidak ada apa-apa, kok.
Kurisu menggeleng pelan sambil tersenyum, menyembunyikan kebingungan yang sedang ia rasakan.
Yoshiaki Kurisu
(Untuk sekarang, aku ikuti alurnya saja sambil mengumpulkan informasi.)
Kibe Saaya
Anu, Yoshiaki-kun itu—
Yoshiaki Kurisu
Hmm? Aku kenapa?
Kurisu menatap Saaya yang tiba-tiba terlihat ingin menanyakan sesuatu.
Kedua pipi gadis itu tampak merona merah. Ia terlihat seperti sedang mengumpulkan keberanian.
Kibe Saaya
Yoshiaki-kun, biasanya kamu makan siang di kantin sekolah dengan yakisoba, 'kan?
Yoshiaki Kurisu
Eh, ah ... Um, ya.
Yoshiaki Kurisu
(Setelah lama tidak mengenang kehidupan sekolah, aku hampir lupa kalau dulu aku selalu makan siang dengan yakisoba di kantin.)
Yoshiaki Kurisu
Kamu memperhatikannya, ya.
Kibe Saaya
Jadi begini, umm ....
Kibe Saaya
Kalau kamu tidak keberatan ....
Saaya memainkan jari-jarinya di depan dada.
Sepasang mata zamrudnya sekali-kali memandang Kurisu, lalu segera berpaling karena tidak kuat menahan malu bertatap muka dengannya.
Kibe Saaya
Kalau Yoshiaki-kun tidak keberatan, apa tidak apa-apa bagiku untuk membuatkanmu bekal mulai hari ini?
Wajah gadis itu merah padam. Ia menggunakan seluruh keberaniannya untuk melontarkan kalimat tersebut.
Kurisu tidak percaya dengan apa yang barusan didengarnya.
Yoshiaki Kurisu
(Kibe-san berkata ingin membuatkan bekal untukku? Apa yang terjadi di sini? Apa ini mimpi?)
Yoshiaki Kurisu
(Di garis waktuku sebelumnya, seharusnya hal semacam ini tidak pernah terjadi.)
Yoshiaki Kurisu
(Apa yang membuat Kibe-san tiba-tiba ingin membuatkanku bekal setiap hari?)
Kurisu melongo cukup lama, membuat Saaya merasa khawatir lalu memandangnya dengan penuh harap dan bertanya.
Kibe Saaya
Tidak boleh, ya ...?
Yoshiaki Kurisu
Aku tidak akan melarang Kibe-san soal itu, tapi ....
Yoshiaki Kurisu
Apa yang membuatmu tiba-tiba ingin membuatkanku bekal?
Kibe Saaya
Itu karena aku ....
Saaya menurunkan pandangannya, menghindari kontak mata dengan Kurisu. Keduanya pipinya merah padam.
Jari-jarinya yang halus bermain dengan poninya. Saaya terus seperti itu sampai keberanian terkumpul di dadanya.
Kibe Saaya
Aku menyukaimu, Yoshiaki-kun.
Jantung Kurisu berdebar. Ia merasa tidak percaya dengan apa yang barusan ia dengar, tetapi pendengarannya menangkap kata-kata Saaya dengan sangat jelas.
Yoshiaki Kurisu
Kibe-san, kamu ....
Kibe Saaya
Aku sungguh-sungguh, Yoshiaki-kun. Aku menyukaimu. Aku ingin kamu jadi pacarku.
Kibe Saaya
Aku sudah menyukaimu sejak lama, tapi aku baru bisa mengumpulkan keberanian sekarang.
Saaya menatap Kurisu dengan malu-malu. Sepasang mata zamrudnya yang berkilau berkaca-kaca penuh harap.
Kibe Saaya
Jadi, apa jawabanmu?
Keraguan memenuhi hati Kurisu. Ia tidak bisa menjawab perasaan Saaya dengan hati setengah-setengah.
Yoshiaki Kurisu
Bisa beri aku kesempatan untuk memikirkannya dulu?
Saaya merasa kecewa dengan jawaban tersebut. Namun, ia sedikit paham.
Kibe Saaya
Aku mengerti. Aku minta maaf karena tiba-tiba mengatakan ini.
Yoshiaki Kurisu
Tidak, kamu tidak perlu minta maaf, Kibe-san.
Yoshiaki Kurisu
Yang harusnya minta maaf justru aku ....
Suasana menjadi canggung di antara keduanya.
Yoshiaki Kurisu
Kelihatannya jam kedua sebentar lagi akan dimulai, Kibe-san.
Yoshiaki Kurisu
Kupikir aku harus mencuci muka untuk menghilangkan bekas tidurku.
Kibe Saaya
Aku akan kembali ke kursiku.
Saaya sama sekali tidak menatapnya saat berbicara, membuat Kurisu merasa sedikit bersalah pada gadis itu.
Bagaimanapun, Kurisu beranjak dari kursinya dan pergi meninggalkan kelas—berniat membasuh mukanya.
Tanpa Kurisu dan Saaya sadari, di tengah keributan kelas yang sama sekali tidak memperhatikan interaksi mereka, seorang gadis yang di sekelilingnya ada beberapa teman sedang mengobrol, sedari tadi mengawasi keduanya.
Yamazaki Misaki
Barusan Kibe-san menembak Yoshiaki-kun, huh?
Gadis itu berbisik sangat pelan hanya untuk dirinya sendiri. Teman-temannya di sekitar sama sekali tidak tahu bahwa ia berbicara.
Gadis tersebut terus memperhatikan kursi Kurisu yang ditinggalkan selama beberapa saat, hingga salah satu temannya sadar ia sedang melamun.
Siswi (random)
Yamazaki-san, apa kamu mendengarkan ceritaku?
Yamazaki Misaki
Ah. Oh. Iya, iya. Aku dengar, kok.
Gadis bernama Yamazaki Misaki itu kembali melirik ke kursi Kurisu yang kosong untuk sekilas.
Yamazaki Misaki
(Sepertinya aku harus bergerak sekarang.)
Comments