,...........
Rio masih berdiri diam sambil berpikir keras saat melihat Cody yang baru keluar dari lift, waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam.
"Cod"
Cody menunjuk pada beberapa anggota polisi yang terlihat lalu lalang di lantai lobi gedung kantor.
"Mereka sudah selesai?" Tanyanya.
Rio mengangguk.
"Yah, untuk malam ini, besok kita akan kembali lagi untuk mengambil informasi dari rekan korban, kau sudah capek khan? ayo kita pulang"
Cody mengangguk, ia sudah terlihat lelah, namun walau begitu ia sesekali masih menoleh ke arah lift di mana ia baru saja keluar tadi.
Rio merangkul pundak Cody menuju ke pintu keluar.
"Ayo, bukti di atas sudah pasti tidak bisa banyak membantu, kita akan kembali besok untuk mencari informasi"
Cody menghentikan langkahnya, sejenak melihat Rio yang ikut berhenti.
"Kenapa Cod?"
"Apa, kita tidak sebaiknya memeriksa ruang kantornya dulu? Mencari bukti sebelum hilang?"
Rio mengerutkan dahinya, ucapan Cody sangat serius, pikirnya saat melihat mata Cody.
"Ini sudah malam Cod, memang bukti apa yang bisa hilang malam-malam begini?"
Cody tidak bergeming, ia tetap pada pendiriannya hingga Rio akhirnya harus menurut padanya, ia selalu berusaha mengabaikan Cody tapi berapa kali mengikutinya justru membawa petunjuk besar yang kadang tidak bisa dibayangkannya, pemuda itu memang sesuatu, sepertinya kali ini juga begitu.
"Heh kau ini" dihentikan salah seorang petugas polisi yang melintas di depannya.
Tak lama kemudian,
Rio, Cody, dan dua orang petugas keamanan gedung sudah berdiri di depan cubicle milik korban di dalam kantor pengacara publik.
Rio mengambil sesuatu yang ditemukan Cody, yang menurut Cody ditemukannya di bawah laci, sangat aneh karena ia sangat tahu detail di mana menyimpannya, sebuah dompet kain kecil berwarna merah bunga-bunga.
"Bagaimana kau yakin ini miliknya Cod? Memangnya dia memberitahumu?"
Kalau orang lain yang bertanya Cody akan segera mengangguk menjawabnya, tapi ia Rio, yang setengah mengejeknya, ia tidak akan percaya padanya seandainya ia bilang kalau korban sendiri yang memberitahukan padanya, itu akan sangat tidak masuk akal bagi detektif itu.
Rio menarik nafas panjang, isi dalam dompet kecil membuat ia menggelengkan kepalanya.
"Heh, kasus ini semakin aneh saja"
Butiran-butiran kecil mengkilap menyerupai berlian, dan bukan hari itu saja ia melihatnya, juga saat mereka menemukan jenazah di tengah lapangan rumput di mana ada sebutir berlian ditemukan di saku celana korban, walau hanya sebutir, tapi ia merasa kalau kasus ini berhubungan satu sama lain.
"Hemmh"
*-*-*-*-*-*-*
Cody tiba di area parkir apartemen dan keluar dari jeep, baru saja mengeluarkan tas kameranya saat tanpa sengaja tas kecilnya yang masih ada di jok terjatuh.
“Duuh jatuh lagi” sudah menjelang tengah malam dan ia baru bisa kembali dari kantor polisi, sungguh hari yang melelahkan, sambil membawa tasnya ia menundukkan tubuhnya berusaha mencari tas kecil yang jatuh menggelinding di bawah mobil.
Tempat parkir sepi, hampir tidak ada orang lain di sana, tapi perlahan namun pasti, seseorang dari balik kendaraan lain bergerak mendekati Cody, berpakaian hitam, mengenakan topi dan masker hitam, sarung tangan hitam di mana di salah satu tangannya memegang sebuah lipatan kain putih.
Cody tidak menyadarinya, orang itu sudah hampir mendekatinya saat tiba-tiba seseorang menghampiri Cody.
"Hai sedang apa?" Seorang pemuda, sedikit lebih tinggi dari Cody, ia tersenyum melihat Cody yang menurunkan tubuhnya hingga hampir masuk ke bawah Jeep, ia bangun, hampir saja kepalanya mengenai pinggiran Jeep.
"Eh barangku jatuh di bawah, ini dia, he"
Pemuda itu tersenyum melihat wajah Cody yang berseri-seri bagai anak kecil saat berhasil meraih tas kecilnya, ia menunjukkannya pada pria muda yang sepertinya juga baru memarkirkan kendaraannya di sana.
Keduanya lalu bergerak ke arah lift.
"Ting" pintu lift terbuka.
Cody tidak mengenalnya tapi pemuda itu terlihat cukup ramah, ia menekan tombol lift untuknya dan membiarkan ia masuk terlebih dulu.
"Thanks yah"
Sesaat sebelum pintu lift tertutup, pemuda itu masih sempat menatap pria bermasker hitam yang muncul di balik mobil, melihatnya dengan tatapan tajam.
*-*-*-*-*-*-
Tiba di kamar Cody.
Cody dan Hervant masih duduk di sofa di depan televisi yang menyala, suaranya samar terdengar disela obrolan santai mereka.
"Dia mengatakan semuanya padamu? Bahkan juga di mana ia simpan berliannya?" Tanya Hervant, Cody mengangguk.
Hervant menyenderkan kepalanya ke sandaran sofa yang empuk dan tebal.
"Apa, ia tidak mengenal siapa pembunuhnya? Bagaimana mereka bisa menemukannya, atau, apapun itu"
Cody menggeleng,
"Ia tidak tahu, tapi, saat aku menyinggung soal Herman, korban yang kemarin dan ternyata mereka saling kenal, keduanya sepertinya punya hubungan dekat hingga sampai akhir hayatnya Herman mengucapkan sepatah kata yang ditujukan padanya, tinggalkan aku"
"Heh merepotkan sekali yah, kasus ini sepertinya saling berkaitan satu sama lain"
"Kau juga berpikir seperti itu?" Tanya Cody, Hervant mengerutkan bibirnya mengangguk.
"Iyah, sepertinya begitu"
Hervant merubah posisi duduknya menghadap Cody, yang terlihat sudah sangat lelah dan sesekali memegang dahinya karena sakit kepala yang terus menyiksanya, anemianya membuat ia tidak bisa berlama-lama tidak istirahat, kepalanya akan sangat sakit hingga ingin sekali membenturkannya ke dinding.
"Apa, kau tidak beritahukan pada Rio soal hal ini? Ini petunjuk yang sangat penting Cod, kau tidak bisa menyimpannya sendiri"
Cody menoleh, Hervant mengerti arti tatapan Cody padanya.
"Ia tidak akan percaya Her, mana mungkin aku tiba-tiba bilang kalau aku dapat petunjuk dari arwah korban, ia akan mentertawakan ku nanti"
Sekali lagi Hervant menarik nafas panjang.
"Heh, merepotkan, kalau saja kau bisa jujur dan ia bukan orang yang menyebalkan, semua pasti lebih mudah yah"
+-+-+-+-+-+-
Man In Black
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Hanachi
kelihatannya pemuda itu bukannya tidak sengaja bertemu ya.
2023-01-03
2
Aqua_Chan
seru sih ini
2022-10-29
0