Keesokan harinya, Alia sedang sibuk mengurus berkas untuk skripsinya. Beberapa hari ia menyibukkan dirinya demi melupakan Devan. Ia bahkan berpura-pura tak terjadi apa-apa ketika tanpa sengaja bertemu dengan Riska di kampus.
'Sangat melelahkan, ternyata berpura-pura baik-baik saja tidak semudah itu' batin Alia.
"Alia.."
Seketika Alia menghentikan kegiatannya, kala mendengar suara yang tak asing lagi di telinganya.
Devan?
Devan melangkahkan kaki mendekati Alia yang masih terdiam. Gadis itu sungguh tak mengerti, mengapa setelah rasa sakit yang diberikan Devan, hatinya masih mampu berdebar saat menyadari Devan berjalan mendekatinya.
Sadarlah Alia, dia tidak mencintaimu. Dia jahat! Lupakan perasaan gila mu!
"Alia, apa kau tidak mendengar ku? mengapa kau tak menjawab ku?" tanya Devan ketika telah berada di hadapan Alia.
"Maaf Dev, aku tak menyadari kedatanganmu. Aku terlalu sibuk menyiapkan berkas ku."
Devan memperhatikan Alia yang tengah sibuk itu. Entah mengapa, tiba-tiba saja ia jadi merasa bingung harus melakukan apa di hadapan Alia.
Kenapa dia seperti mengacuhkan ku?
"Al.."
"Hmmm?" sahut Alia tanpa menghentikan kegiatannya.
"Aku berada di rumah sakit mengapa kau tak pernah sekalipun menjengukku?" tanya Devan pada akhirnya.
Mendengar itu, Alia menghentikan aktivitasnya. Ingatannya kembali pada beberapa hari lalu, kala ia melihat darahnya dibuang begitu saja.
Rasa sakit kembali menyeruak di dalam hatinya. Pengorbanan demi pengorbanan yang telah ia lakukan untuk Devan, benar-benar seperti angin lalu yang tiada artinya.
"Aku datang ketika aku mendonorkan darahmu untukmu Dev, tapi setelah itu aku pulang karena aku merasa pusing," sahut Alia berbohong.
"Apa kau kini telah baik-baik saja?" tanya Devan seraya menyentuh dahi Alia.
"Ya, aku baik-baik saja. Kau tak perlu mengkhawatirkan aku," sahut Alia.
"Bagaimana aku tak mengkhawatirkan dirimu? Kau adalah kekasihku, Alia. Dan kau telah memberikan darahmu kepadaku. Bagaimana jika sore ini kita pergi?"
"Pergi? Pergi kemana?" tanya Alia.
Devan pun menyentuh wajah Alia seraya tersenyum.
"Bersiaplah secantik mungkin. Aku akan menjemputmu sore ini," ucap Devan dengan senyum manis mengembang di wajahnya.
Alia terdiam sejenak.
Apakah aku harus pergi bersamanya?
...----------------...
"Kenapa kau harus pergi bersamanya Dev? Bukankah kita belum pernah berkencan?" tanya Riska ketika Devan menceritakan rencananya bersama Alia.
"Aku hanya ingin mengerjainya sayang, kau tak perlu cemburu begitu," sahut Devan seraya mengusap pucuk rambut Riska.
"Tapi aku tidak suka karena kau membawanya makan malam di hotel berbintang," protes Riska.
Mendengar itu, Devan pun tersenyum lalu membelai rambut Riska.
"Apa kau cemburu?" tanya nya lembut.
Riska hanya menganggukkan kepala perlahan seraya memajukan bibirnya.
"Astaga, kekasihku ini sungguh menggemaskan. Apa kau ingin berkencan denganku terlebih dahulu sebelum aku mengerjai wanita kampung itu?" tanya Devan.
"Tentu sayang, aku mau," sahut Riska tanpa pikir panjang.
Riska memang telah lama menyukai Devan, namun rasa bencinya terhadap Alia, karena Alia selalu mengalahkan nilai akademik maupun club tari nya, membuat Riska gelap mata dan memanfaatkan Devan untuk membalaskan dendamnya.
Dan kini, setelah dirasa Alia sudah tak menarik lagi baginya, karena semua hal yang ingin dia lakukan demi membuat Alia menderita sudah dilaksanakan, Riska kini ingin memiliki Devan seutuhnya.
"Baiklah, kita akan menghabiskan waktu di hotel Novotel, kau boleh memesan makanan apapun sesukamu. Melakukan apapun yang kau inginkan sayang," tutur Devan.
"Benarkah?" tanya Riska memastikan.
"Tentu, untukmu aku akan memberikan apapun sayang. Termasuk jika kau menginginkan hotel itu menjadi milikmu," sahut Devan yakin.
"Kau mampu melakukannya?" tanya Riska.
"Tentu saja, aku, Devan Bachtiar, mampu melakukan apapun dalam sekejap mata sayang."
Riska pun tersenyum mendengarnya. Pikirannya telah melanglang buana mengingat Alia.
'Alia, aku akan membuatmu semakin terluka dan terpuruk. Setelah ini, kau akan menyadari bahwa kau tidak ada artinya bagi Devan. Dan aku akan menikmati setiap airmata yang kau keluarkan nanti malam' batin Riska tersenyum licik.
Sore hari, Alia telah datang di hotel yang dijanjikan oleh Devan, tepatnya di restoran hotel. Ia pun duduk di salah satu kursinya menunggu Devan datang.
Membayangkan bahwa ia akan makan malam romantis bersama Devan, membuat hatinya berbunga. Padahal Alia tahu, Devan telah begitu jahat kepadanya. Tapi entah mengapa, begitu sulit baginya menepis rasa cinta yang ada di hatinya.
Beberapa menit berlalu, Devan masih belum terlihat. Tiba-tiba ponsel Alia berbunyi, menandakan ada pesan masuk.
Alia segera membukanya, ia pikir itu adalah pesan dari Devan. Namun ternyata, pesan itu dari Riska.
"Datanglah ke kamar 208 Hotel Novotel sekarang. Kau akan mengetahui hal yang tersembunyi."
Begitulah isi pesan dari Riska yang seketika itu juga membuat suasana hati Alia berantakan.
"Hal yang tersembunyi? Apakah Riska dan Devan telah benar-benar menjalin hubungan?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
partini
jaharanya.,, menyesal kamu dev sekarang kamu begitu nanti kalau ada seseorang yg perduli kamunya nyaho
2025-06-10
1
Bella syaf
semoga rencana Devan ngerjain Alia gagal
2025-06-15
0
Miu Nih.
Jangaaaannnn,, itu bahayaaaaaa /Sob//Sob/
2025-06-29
0