"Kau sudah dua hari di rumah sakit ini Dev, apa kau tak lelah selalu berpura-pura tidur?" tanya Riska.
Gadis itu sengaja datang menemui Devan untuk melihat langsung kondisi Devan yang mengerjai Alia. Ia merasa senang karena ternyata Devan benar-benar membalaskan dendamnya, apalagi setelah mengecek nama pasien pendonor arah memanglah benar terdapat nama Alia.
"Tenang saja cantik, selama aku bisa mengerjainya dan membalaskan dendam mu, aku akan melakukan apapun. Aku tak akan merasa lelah Riska," sahut Devan tersenyum hangat.
Tatapan mata hangat itu selalu tertuju pada Riska, sekalipun dirinya sedang lelah dan kesal, ia tak pernah meluapkannya kepada sang gadis pujaan hati.
Alia lah tempat dirinya meluapkan segala kemarahan dan kekesalan, semakin melihat Alia kesulitan, maka semakin terhibur hatinya.
"Terima kasih ya Dev, kau telah melakukan ini untuk ku. Aku merasa senang," tutur Riska tersenyum.
"Tentu, dengan senang hati aku melakukannya untukmu. Apa kau kini percaya padaku bahwa cintaku padamu begitu besar?" tanya Devan memastikan.
"Ya, aku percaya padamu Dev."
"Kalau begitu, apa kau kini mau menerimaku menjadi kekasihmu?" tanya Devan dengan penuh harap.
"Tentu saja, tidak ada alasan bagiku untuk menolak mu Dev," sahut Riska tersenyum puas.
Mendengar penuturan Riska, membuat hati Devan bahagia. Ia pun langsung beranjak dari tidurnya dan memeluk Riska dengan penuh cinta.
"Dev!" sentak Riska kaget.
"Maaf aku terlalu bersemangat sayang," ucap Devan seraya melepaskan pelukannya.
"Tidak apa-apa, aku hanya terkejut," sahut Riska tersenyum.
Devan pun tersenyum menatap Riska kemudian ia pun mencium bibir Riska dengan hangat.
...----------------...
Beberapa hari berlalu, Devan masih tetap berada di rumah sakit demi menjalankan aktingnya. Ia menunggu Alia datang menjenguknya. Karena ia tahu bahwa Alia sangat mencintainya, pasti Alia akan mengkhawatirkan dirinya.
Namun, berhari-hari berlalu tak pernah terlihat Alia datang menjenguknya. Devan pun duduk bersandar di ranjangnya, karena kesal. Ia telah berpura-pura sakit dan tidur sepanjang waktu demi menipu Alia, namun wanita itu tak juga datang.
"Kemana wanita bodoh ini? Mengapa dia tak datang menjengukku?" gumam Devan seraya memperhatikan jendela dan pintu kamarnya.
"Harusnya setelah mendonorkan darah ia datang, tapi mengapa tidak ada tanda-tanda kedatangannya? Sudah lelah aku berpura-pura tidur, tapi ternyata dia tidak datang!" gerutu Devan merasa kesal.
Beberapa menit setelahnya, terlihat Joe dan Eko datang. Mereka heran melihat raut wajah kesal dari Devan. Pria itu terduduk dengan mengerutkan dahinya seraya memperhatikan ponsel.
"Bahkan menghubungiku saja tidak. Wanita sial!" gumam Devan.
"Siapa yang kau maksud wanita sial Dev?" tanya Joe ketika telah berada di sisi Devan.
Devan tersentak lalu menatap kedua sahabatnya yang kini telah berada di dekatnya. Terlihat Eko dan Joe berpandangan sejenak kemudian menatap Devan dengan penuh tanda tanya.
"Alia, wanita bodoh itu tak datang menjengukku bahkan tak menanyakan kabarku," sahut Devan kesal.
Joe dan Eko pun mengerutkan keningnya kemudian berpandangan.
"Kau sedang menunggu kabar darinya?" tanya Joe menaikkan sebelah alisnya.
Mendengar itu, Devan pun kembali tersentak.
"Aku tidak menunggu kabarnya, aku hanya heran mengapa ia tak mengunjungi ku, padahal sangat menyenangkan bisa menipunya setiap saat," sahut Devan.
"Iya juga sih, tapi mungkin dia lagi banyak yang dikerjakan, kau kan tahu bahwa dia tinggal bersama paman dan bibinya yang matre itu," tutur Eko.
"Sudah lah biarkan saja, kalau memang dia tidak datang, kita buat rencana baru saja untuk menipunya. Apa kau punya rencana Dev?" tanya Joe.
Devan terdiam sejenak, memikirkan rencana apa yang menyenangkan untuk kembali menipu Alia. Gadis polos itu terlalu bodoh untuk bisa mengetahui rencana-rencana jahatnya. Sehingga membuat Devan bersemangat untuk kembali mengerjainya.
"Sepertinya untuk rencana mengerjainya terakhir itu harus yang paling berkesan," tutur Devan tersenyum menyeringai.
"Rencana berkesan apa yang kau maksud?" tanya Joe penasaran.
Devan menatap kedua sahabatnya sambil tersenyum licik, membuat keduanya seakan mengerti apa yang akan Devan lakukan.
"Apa kau akan melakukan hal gila Dev?" tanya Joe memastikan.
"Ya, aku akan melakukannya. Sayang sekali jika aku tak mencoba dirinya dulu sebelum aku membuangnya," sahut Devan seraya tersenyum licik.
.
.
.
.
.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Miu Nih.
alhamdulillaaah...
rasain tuh Dev,, Alia udh tau sifat burukmu... rasain!!! hih.
2025-06-29
0
Metana
Dev, tau sound yang ada di tiktok — dassar tak berguna, BAJINGAAAAAN~
2025-06-15
0
Tini Timmy
sahabat lebih seram ternyata
2025-07-03
0