Sebuah Inisiatif

Tidak lama setelah melangkah mendekati kafe kecil ini, Revan yakin datang ke tempat yang tepat. Lampu-lampu kafe yang temaram tampak kabur namun memikat seperti mimpi. Di mana-mana, di konter kafe, di sudut-sudut, bahkan di tengah ruangan, ada pasangan-pasangan yang saling merangkul, berpelukan dan berciuman, pria dan wanita muda bercampur bebas. Terdengar gelak tawa yang lepas dan memesona tanpa henti.

Baru beberapa langkah Revan masuk, seorang wanita dengan riasan tebal dan pakaian mencolok mendekatinya. Tubuh bagian atasnya hanya ditutupi bra berwarna merah maron, sementara bagian bawahnya mengenakan rok mini berwarna hitam. Memegang minuman berwarna kuning keemasan di tangannya dengan terhuyung-huyung dan menempelkan dirinya pada Revan.

"Abang ganteng, mau traktir aku minum?" Suara wanita itu sangat genit, cukup untuk membuat pria mana pun merasa mual.

Karena sudah lama tidak bersentuhan dengan alkohol, Revan yang kepalanya sudah agak panas secara refleks mencubit lembut ujung bra wanita itu yang menonjol. Seluruh tubuh wanita itu langsung bergetar, lalu terkekeh. "Hehe... Abang ganteng nakal banget sih, baru ketemu sudah pegang-pegang begitu. Kalau ini rusak bagaimana, abang mau ganti rugi." Di satu sisi mencibir dengan rasa tidak senang, di sisi lain menekan tubuhnya semakin dekat dan sepasang lengan putih berkilau sudah melingkari leher Revan.

Revan memasang senyum licik di wajahnya, tidak terlalu tertarik pada wanita seperti itu karena terlihat terlalu murahan. Revan mendorong wanita itu menjauh dari tubuhnya, "Aku tidak tertarik pada wanita mabuk yang hanya memikirkan hubungan badan."

Tampaknya sebagian otaknya masih sadar, karena ketika wanita itu mendengar "wanita mabuk", darahnya langsung mendidih dan dengan kasar membanting gelas minumannya ke lantai. "Pria kurang ajar, kamu pasti sudah bosan hidup! Tunggu saja!" Selesai berbicara, ia dengan marah berjalan menuju kerumunan orang di sudut kafe.

Revan tiba-tiba merasakan keinginan jahat menyeruak dalam hatinya. Sudah lama sekali ia tidak datang ke tempat seperti ini dan berurusan dengan orang-orang semacam ini. Sepertinya hari ini, ia bisa mengandalkan efek alkohol untuk melampiaskan hasrat yang terpendam.

Setelah pergi ke konter kafe untuk memesan segelas vodka, panas membakar mulai mendidih di dalam diri Revan, sementara matanya memancarkan kegembiraan yang aneh.

Entah bagaimana wanita berpakaian mencolok itu berhasil memanggil delapan orang pria, semuanya bertubuh kekar. Mereka memiliki semangat seperti naga dan kegarangan seperti harimau. Begitu Revan selesai menenggak minumannya, mereka lalu mengepungnya.

Wanita itu memeluk lengan tebal dan kokoh pria botak besar yang berdiri di depan, sambil menunjuk Revan dengan berteriak keras, "Bang! Pria ini yang sudah kurang ajar padaku, bantu aku hajar dia sampai mati!"

Pria besar itu melirik tubuh Revan yang ramping, dan menunjukkan tatapan jijik. Ia kemudian memberi isyarat kepada dua bawahannya untuk maju memberi pelajaran pada Revan. Kedua pria itu tersenyum jahat saat maju dan tidak berniat membuang waktu dengan Revan, kemudian langsung melayangkan tinju ke arahnya.

Revan menghadapi pukulan itu dengan tenang, seolah tidak terjadi apa-apa. Ia kemudian mengangkat kedua tangan pada waktu yang tepat dan telapak tangannya beradu dengan kepalan tangan kedua pria itu.

"Aaakh!!!"

Kedua pria besar itu berteriak bersamaan dan jatuh ke lantai, lalu terus-menerus berguling-guling sambil memegangi tangan mereka.

Adegan di dalam kafe itu terasa janggal dan berlangsung terlalu cepat. Meski perkelahian bukan hal asing di kafe kecil ini, tapi baru kali ini kelompok pria botak itu mengalami kekalahan. Banyak orang yang tidak bisa menyembunyikan rasa terkejut mereka, dan kini menatap Revan dengan rasa penasaran.

Pria botak itu mengernyit, menyadari situasi tidak berjalan seperti yang diharapkan. Ia menatap Revan dengan sorot curiga, lalu berjongkok memeriksa lengan anak buahnya yang terluka. Begitu melihat kondisi anak buahnya, wajahnya langsung memucat dan keringat dingin mulai mengalir di dahinya.

Beberapa anggota lain yang berdiri di belakang mulai meluapkan amarah, mengumpat dan bersiap menyerang. Namun sebelum mereka sempat maju, si botak mengangkat lengannya untuk menghentikan mereka.

Tanpa banyak bicara, ia berdiri dan menunduk hormat ke arah Revan. "Abang adalah orang kuat dengan hati yang lapang. Kami telah lancang dan menyinggung abang hari ini. Jika suatu saat abang membutuhkan bantuan, panggil saja kami. Semoga kita bisa bertemu lagi dalam suasana yang lebih baik."

Dengan gerakan tegas, si botak memberi isyarat pada anak buahnya yang masih bingung untuk mengangkat kedua pria yang terluka dan membawanya keluar dari kafe. Sementara itu, wanita yang semula begitu marah masih berteriak dengan mempertanyakan mengapa si botak tidak membantunya untuk membalas dendam.

Si botak yang bernama Heru, menatap tajam ke arah wanita itu. Ia lalu mengalihkan pandangan pada anak buahnya dan berkata dengan suara berat, "Pria itu mematahkan tangan dua orang kita, hanya dengan satu tangkisan. Kalian pikir bisa mengalahkannya?"

Mendengar itu, suasana langsung mereda. Para anggota mulai sadar, dua telapak tangan yang tampak biasa tadi ternyata menyimpan kekuatan luar biasa. ’Jika Revan bukan seorang ahli, lalu siapa dia sebenarnya?’

Beberapa dari mereka buru-buru memuji si botak, mengatakan bahwa keputusan mundur adalah bukti kepemimpinan yang bijak. Namun Heru tak menanggapi sanjungan itu, Ia hanya berdiri terpaku menatap ke arah dalam kafe. Wajahnya menyiratkan pikiran yang berputar cepat, tidak ada yang tahu apa yang sedang ia pikirkan.

Sementara itu, Revan yang masih berada di kafe tidak terpengaruh sama sekali. Melihat si botak dan yang lainnya pergi, area di sudut kafe menjadi kosong. Jadi dengan santai ia berjalan ke sana, bermaksud mencari mangsa malam ini dengan cermat.

Karena Revan mengalahkan si botak dan gengnya dengan begitu mudah, rasa takut muncul di hati pria dan wanita yang hadir di kafe. Sesekali beberapa wanita cantik melayangkan tatapan genit ke arah Revan, tetapi diabaikan dan hanya bisa menyerah untuk merayunya.

Tepat saat Revan hendak duduk di sofa, ia melihat di sudut sebuah bilik seorang wanita muda yang terbaring. Dengan sekali pandang, tatapan Revan menjadi panas.

Di bawah cahaya remang-remang, rambut hitam legam yang lembut tergerai dari sofa hingga ke karpet. Sebuah gaun terusan putih membalut lekuk tubuh indahnya, seperti gelombang lembut dan memesona.

Setelah mendekat, Revan bisa mencium aroma tubuh yang memikat membawa campuran melati dan alkohol.

Wanita itu tampak sangat mabuk, ditangannya yang putih memegang segelas anggur. Namun tubuhnya bersandar lemah di sofa dengan ringan dan sesekali bergerak. Bokongnya yang berisi membentuk garis lekukan yang menggoda.

Revan menghampirinya lalu menopang wanita itu dan menyingkirkan rambut acak-acakan yang menutupi wajahnya, menampakkan wajah cantik yang mabuk dan memerah.

Yang membuat Revan heran, penampilan wanita ini lebih cantik dari Risa yang ia temui sebelumnya. Entah itu wajah yang terpahat indah, atau keanggunan dingin dan daya pikat dari kondisi mabuk, keduanya cukup untuk membuat pria mana pun tersesat.

Namun, kecantikan luar biasa seperti ini juga membuat Revan bingung. Bagaimana bisa wanita seperti ini seorang pekerja seks komersial? Tetapi jika bukan, mengapa ia minum bersama orang-orang itu sampai mabuk berat? Apalagi dengan ekspresi penuh hasrat dan gairah.

Wanita itu tampaknya sudah sangat mabuk, tanpa menunggu Revan berpikir lebih jauh dengan santai meraih kerah kemeja Revan. Lalu bibirnya yang lembut dan indah seperti bunga segar mendekat untuk mencium. Namun karena tidak dapat menemukan target, ciuman wanita itu hanya mendarat di pipi Revan, lalu bergeser.

Revan tersentak oleh sentuhan dingin namun lembut yang menyapu wajahnya. Sensasi itu merambat cepat ke seluruh tubuhnya, membangkitkan gejolak panas yang sulit dikendalikan. Di hadapannya, wanita cantik itu menatap dengan ekspresi jernih dan tenang. Wanita itu begitu memesona dan anggun, sosok yang pasti diinginkan banyak pria.

Ia sendiri memang menginginkan malam yang penuh kesenangan. Jadi, untuk apa terlalu banyak berpikir?

Dengan dorongan hasrat yang tidak tertahankan, Revan menarik tubuh lembut itu ke dalam pelukannya. Tanpa banyak kata, ia mencium bibir wanita itu dengan penuh gairah, membiarkan instingnya mengambil alih.

"Ahhh..."

Wanita itu mengerang pelan, campuran antara keluhan dan desahan. Ada protes di matanya, namun juga sorot kebahagiaan yang samar, seolah menikmati cara lidah mereka saling melilit dalam ciuman yang dalam dan panas.

Episodes
1 Penjual Sate Ayam
2 Uang untuk Hiburan
3 Sebuah Inisiatif
4 Tanpa Reaksi
5 Hal yang Paling Aku Benci
6 Memicu Amarah
7 Polisi Cantik
8 Teh Hijau
9 Tidak Tahu Malu
10 Noda dalam Hidup
11 Sebagai Tamu
12 Aku Benar-Benar Penjual Sate Ayam!
13 Pernikahan
14 Tempat Tinggal Baru
15 Istriku Wanita Kaya
16 Kedatangan Ayah Mertua
17 Kebo Lebih Lucu Darinya
18 Citra yang Memikat
19 Manusia Secepat Peluru
20 Serigala dan Pasangannya
21 Wanita Penggoda
22 Antara Hidup dan Mati
23 Ancaman Nona Muda
24 Mengantar Makanan
25 Melamar Pekerjaan
26 Pantang Mundur
27 Sentuhan Etnik
28 Bangga Menjual Sate Ayam
29 Departemen Humas yang Penuh Semangat
30 Ternyata Dia
31 Kesepakatan
32 Tak Dianggap
33 Sangat Dermawan
34 Siapa yang Lebih Kasar?
35 Tunggu Aku Nanti Malam
36 Tubuhku belum Berkarat
37 Perlakuan Buruk
38 Nasib Di Ujung Tanduk
39 Kuberi Dua Pilihan
40 Bagian dari Penyelidikan
41 Senyuman Manis
42 Drama di Pagi Hari
43 Godaan di Meja Kantor
44 Menggaet Tiga Wanita
45 Misi Penagihan Utang
46 Kantor yang Tidak Biasa
47 Satu Lawan Sekampung
48 Tidak Takut Mati
49 Skandal di Ujung Lorong
50 Luka yang Masih Terbuka
51 Amarah yang Membara
52 Saat Ini Aku Suamimu
53 Di Balik Ketegaran
54 Antara Sahabat dan Rahasia
55 Rencana dalam Diam
56 Apel untuk Istriku
57 Kita Bertemu Lagi
58 Perhatian yang Menggetarkan
59 Kecantikan yang Terungkap
60 Panggung Sandiwara
61 Suara yang Menggetarkan
62 Sama-sama Aneh
63 Jejak di Lantai Tiga Belas
64 Kamu Gila!
65 Aktor di Balik Rekaman
66 Aku Lihat Semuanya
67 Duel Sindiran
68 Godaan di Jam Kerja
69 Gudang 88
70 Panglima Bayangan
71 Terlalu Kejam
72 Karma
73 Hangatnya Malam
74 Rasa yang Tertinggal
75 Pertunjukan Telah Usai
76 Sayang, Aku Takut
77 Membuatku Hamil
78 Keanehan
79 Kalian Harus Mati
80 Suami Jadi Kerabat Jauh
81 Takdir Memang Aneh
82 Jika Aku Seorang Wanita
83 Seperti Suara Nyamuk
84 Stasiun Kereta
85 Langkah Pertamaku
86 Pengkhianatan yang Manis
87 Munculnya Anggrek Hitam
88 Kamu Bisa Memasak?
89 Tidak Enak Badan?
90 Perkenalan yang Menggoda
91 Pagi yang Mengejutkan
92 Menceraikan Nayla
93 Aku Tidak Bisa
94 Revan Bertindak Tegas
95 Masalah Kecil
96 Perdebatan
97 Menggiring Kawanan Domba
98 Memang Berjodoh
99 Tidak Menyukai Wanita
100 Memberinya Sedikit ‘Hadiah’
101 Eksperimen
102 Upik Abu
103 Lumpur Menjadi Emas?
104 Penyihir Licik
105 Pertemuan yang Tegang
106 Membuatmu Mandul
107 Membicarakan Hal Penting
108 Kedatangan Rubah Licik
109 Aku Meragukan Identitasmu
110 Mematahkan Kesombongan
111 Bayi Tabung
112 Merajuk
113 Wanita Cantik Berhati Iblis
114 Kamu Bukan Manusia
115 Konflik Internal
116 Kura-Kura
117 Dasar yang Rapuh
118 Manusia Berhati Hewan
119 Aku Tidak Kekurangan Uang
120 Peduli yang Menakutkan
121 Aku Bukan Putrimu
122 Pernikahan Sesama Jenis
123 Ancaman yang Kejam
124 Apa Pilihanmu Sekarang?
125 Kematian
126 Kekuatan yang Mengerikan
Episodes

Updated 126 Episodes

1
Penjual Sate Ayam
2
Uang untuk Hiburan
3
Sebuah Inisiatif
4
Tanpa Reaksi
5
Hal yang Paling Aku Benci
6
Memicu Amarah
7
Polisi Cantik
8
Teh Hijau
9
Tidak Tahu Malu
10
Noda dalam Hidup
11
Sebagai Tamu
12
Aku Benar-Benar Penjual Sate Ayam!
13
Pernikahan
14
Tempat Tinggal Baru
15
Istriku Wanita Kaya
16
Kedatangan Ayah Mertua
17
Kebo Lebih Lucu Darinya
18
Citra yang Memikat
19
Manusia Secepat Peluru
20
Serigala dan Pasangannya
21
Wanita Penggoda
22
Antara Hidup dan Mati
23
Ancaman Nona Muda
24
Mengantar Makanan
25
Melamar Pekerjaan
26
Pantang Mundur
27
Sentuhan Etnik
28
Bangga Menjual Sate Ayam
29
Departemen Humas yang Penuh Semangat
30
Ternyata Dia
31
Kesepakatan
32
Tak Dianggap
33
Sangat Dermawan
34
Siapa yang Lebih Kasar?
35
Tunggu Aku Nanti Malam
36
Tubuhku belum Berkarat
37
Perlakuan Buruk
38
Nasib Di Ujung Tanduk
39
Kuberi Dua Pilihan
40
Bagian dari Penyelidikan
41
Senyuman Manis
42
Drama di Pagi Hari
43
Godaan di Meja Kantor
44
Menggaet Tiga Wanita
45
Misi Penagihan Utang
46
Kantor yang Tidak Biasa
47
Satu Lawan Sekampung
48
Tidak Takut Mati
49
Skandal di Ujung Lorong
50
Luka yang Masih Terbuka
51
Amarah yang Membara
52
Saat Ini Aku Suamimu
53
Di Balik Ketegaran
54
Antara Sahabat dan Rahasia
55
Rencana dalam Diam
56
Apel untuk Istriku
57
Kita Bertemu Lagi
58
Perhatian yang Menggetarkan
59
Kecantikan yang Terungkap
60
Panggung Sandiwara
61
Suara yang Menggetarkan
62
Sama-sama Aneh
63
Jejak di Lantai Tiga Belas
64
Kamu Gila!
65
Aktor di Balik Rekaman
66
Aku Lihat Semuanya
67
Duel Sindiran
68
Godaan di Jam Kerja
69
Gudang 88
70
Panglima Bayangan
71
Terlalu Kejam
72
Karma
73
Hangatnya Malam
74
Rasa yang Tertinggal
75
Pertunjukan Telah Usai
76
Sayang, Aku Takut
77
Membuatku Hamil
78
Keanehan
79
Kalian Harus Mati
80
Suami Jadi Kerabat Jauh
81
Takdir Memang Aneh
82
Jika Aku Seorang Wanita
83
Seperti Suara Nyamuk
84
Stasiun Kereta
85
Langkah Pertamaku
86
Pengkhianatan yang Manis
87
Munculnya Anggrek Hitam
88
Kamu Bisa Memasak?
89
Tidak Enak Badan?
90
Perkenalan yang Menggoda
91
Pagi yang Mengejutkan
92
Menceraikan Nayla
93
Aku Tidak Bisa
94
Revan Bertindak Tegas
95
Masalah Kecil
96
Perdebatan
97
Menggiring Kawanan Domba
98
Memang Berjodoh
99
Tidak Menyukai Wanita
100
Memberinya Sedikit ‘Hadiah’
101
Eksperimen
102
Upik Abu
103
Lumpur Menjadi Emas?
104
Penyihir Licik
105
Pertemuan yang Tegang
106
Membuatmu Mandul
107
Membicarakan Hal Penting
108
Kedatangan Rubah Licik
109
Aku Meragukan Identitasmu
110
Mematahkan Kesombongan
111
Bayi Tabung
112
Merajuk
113
Wanita Cantik Berhati Iblis
114
Kamu Bukan Manusia
115
Konflik Internal
116
Kura-Kura
117
Dasar yang Rapuh
118
Manusia Berhati Hewan
119
Aku Tidak Kekurangan Uang
120
Peduli yang Menakutkan
121
Aku Bukan Putrimu
122
Pernikahan Sesama Jenis
123
Ancaman yang Kejam
124
Apa Pilihanmu Sekarang?
125
Kematian
126
Kekuatan yang Mengerikan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!