Uang untuk Hiburan

Mendengar pujian itu, Risa tersipu tipis. Ia menggigit bibirnya yang halus dan dengan nada penuh sesal berujar, "Cantik apanya? Ada seseorang yang jarang mampir, bahkan saat ulang tahunku pun masih datang terlambat."

Menghadapi wanita manis dan menawan ini, secercah hasrat membuncah dalam diri Revan karena tatapan mata Risa yang membius dirinya. Namun dengan hati yang teguh Revan berhasil menekan gejolak liarnya, mengembalikan ketenangan. Ia pun berkata, "Aku tidak minum dan aku juga tidak pandai merangkai kata-kata yang membuat wanita senang. Lagipula aku jualan setiap hari dan memang tidak punya banyak waktu luang."

Risa menatap Revan dengan kesal, "Jangan bicara omong kosong begitu padaku. Jualan? Apa bagusnya jualan sate ayam? Meskipun kamu bekerja sampai mati, tidak akan menghasilkan banyak uang. Kalau kamu benar-benar ingin uang, kemarilah dan jadilah manajerku. Gaji yang akan kubayar padamu setiap bulan seratus kali lipat dari penghasilanmu jualan sate ayam!"

Revan tersenyum kecut dengan berkata, "Kak Risa, laki-laki biasanya tidak jadi manajer untuk mengurus hal-hal semacam itu."

"Sudah berapa kali kukatakan padamu, panggil aku Risa. Kenapa kamu selalu memanggil Kakak, Kakak, Kakak, apa aku setua itu?"

Revan hanya bisa mengalah, "Baiklah Risa, aku salah. Hanya saja, aku agak menikmati gaya hidupku saat ini dan sementara waktu tidak berniat untuk mengganti pekerjaan."

Tidak mau menyerah, Risa juga berkata, "Kamu tidak perlu jadi manajerku kalau begitu, jadi pengawal pribadiku juga boleh kan? Atau aku bisa membiarkanmu menjadi kepala operasional kafe ini, aku juga jarang mengawasi tempat ini dan biasanya aku membiarkannya begitu saja."

Mendengar perkataan ini, Revan sedikit tersentuh. Tentu saja tahu wanita ini benar-benar peduli padanya, tapi ia punya pendirian sendiri. Sejak bertemu Risa, ia memutuskan untuk tidak terlalu dekat dengannya.

"Sudahlah Risa, aku rasa jualan sate ayam lumayan bagus." Revan menunduk untuk minum airnya, enggan melanjutkan topik ini.

Melihat keras kepala Revan, Risa mengernyitkan dahi. Lalu dengan marah berbisik pada dirinya sendiri, "Lebih baik lagi, kalau kamu jadi milikku."

Meskipun kata-kata itu nyaris tidak terdengar oleh dirinya sendiri, tapi bagi Revan perkataan itu terdengar jelas. Namun Revan juga tahu, harus berpura-pura tidak mendengarnya.

Tidak peduli seberapa redup lampu di kafe itu, wajah dan fisik Risa tetap memancarkan pesona yang tidak tertahankan. Sejak Risa muncul, bahkan ketika beberapa orang memperhatikannya, mereka hanya berani melirik sekali sebelum mengalihkan pandangan. Bahkan beberapa pelanggan baru yang penasaran, bertanya kepada pelanggan di sekitarnya siapa Risa. Dia hanya mendapat satu jawaban, "teguk saja minumanmu dan jangan cari masalah."

Merasa sedikit kalah, Risa berjalan ke sisi lain konter. Ia duduk di samping Revan, pertama menuangkan segelas wiski untuk dirinya sendiri, lalu menuangkan segelas lagi untuk Revan. Ia memutar matanya sambil mencibir, "Dasar keras kepala, aku tahu kamu tangguh. Tidak masalah jika kamu tidak mau tinggal di sisiku, tapi hari ini ulang tahunku. Bisakah kamu membuat pengecualian dan minum segelas minuman beralkohol?"’

Revan ragu sejenak, sebenarnya bukan karena tidak bisa minum. Hanya saja setiap kali ia minum, alkohol akan menyebabkan kekacauan pada jiwanya. Ada terlalu banyak hal yang tidak ingin diingat, itulah sebabnya ia perlu ketenangan. Oleh karena itu, baginya alkohol adalah racun.

"Baiklah, tapi hanya satu gelas." Dengan sedikit rasa bersalah, Revan tidak ingin mengecewakan Risa sepenuhnya dan memutuskan untuk menerima. Dalam hati ia diam-diam berharap tidak akan terjadi apa-apa, karena ini hanya segelas kecil.

Benar saja, Risa tersenyum senang. Senyum itu mirip melihat salju untuk pertama kalinya. Di bawah cahaya redup wajahnya bersinar, menatap mata Revan sampai membuat jantungnya bergetar lagi.

"Bersulang."

Setelah membenturkan gelas, Revan mengangkat kepalanya dan menenggak cairan dingin itu tanpa ragu sedikit pun.

Risa terkekeh sambil mencondongkan tubuh ke depan dan menekan tubuhnya ke dada Revan. Ia lalu berkata dengan melankolis, "Tahukah kamu, sudah sepuluh tahun sejak terakhir kali aku merayakan ulang tahunku. Meskipun tidak ada kue, tidak ada lilin, tidak ada hadiah, bahkan tidak ada pesta. Ada pria yang tidak romantis sepertimu menemaniku minum, aku merasa sangat puas."

Fisik wanita ini terlihat sempurna dari sudut mana pun dan membuat pria mana pun meneteskan air liur. Pada saat ini, Revan merasakan dengan jelas dua gumpalan lembut menekan pahanya, mengelusnya dengan lembut sampai membawa sensasi yang merangsang.

Sedikit menunduk, ia bisa melihat belahan kebaya Risa dan kulit putih mulus seperti porselen yang cukup terlihat. Di bawah pergelangan kakinya yang indah, ada sepasang sepatu hak tinggi berwarna merah menyala.

Stimulasi visual yang kuat beserta godaan yang sengit, membangkitkan hormon pria dalam diri Revan. Tepat saat Revan berusaha sekuat tenaga menekan reaksi tubuhnya, Risa akhirnya berdiri dengan memberinya senyum licik. Seolah-olah ia adalah rubah yang berhasil dalam rencananya, "Itu bagus Revan, sepertinya 'joni-mu' sangat perkasa ya."

Revan memaksakan senyum, tentu saja tahu apa yang dimaksud Risa. Wanita ini, benar-benar mengintipnya saat mereka berdekatan tadi.

"Aku lihat kamu sudah tidak sabar duduk di sini, aku akan pergi menghibur pelanggan lain. Kalau kamu tidak mau berlama-lama di sini, kamu boleh pergi." Risa meninggalkan tempat duduknya dengan luwes dan berjalan menuju pelanggan lain.

Pelanggan kafe sudah lama tahu bahwa bos wanita kafe itu sangat menawan, namun mereka tidak berani bersikap tidak sopan. Ini karena mereka mendapat informasi, kalau latar belakang wanita itu sama sekali tidak sederhana. Akibatnya, Risa dengan mudah menyapa pelanggannya.

Faktanya, wajah Risa memancarkan senyum penuh gairah. Pembawaan yang luar biasa itu cukup untuk membuat sebagian besar pria merasa terintimidasi, sehingga mereka hanya bisa melihat dari jauh. Juga mereka tidak ingin menunjukkan niat cabul apa pun, karena tidak ada yang berani mendapat penolakan.

Ketika Risa pergi, Revan menghela napas lega. Pada saat yang sama, ia diam-diam mencemooh dirinya sendiri. Selama setengah tahun terakhir sejak kembali ke negara ini, ia tampaknya telah banyak berubah.

Jika itu Revan yang dulu dalam menghadapi wanita mempesona seperti Risa yang memiliki perasaan padanya, bahkan tidak perlu Risa merayunya. Ia pasti sudah melemparkannya ke tempat tidur sejak lama, tanpa memedulikan konsekuensi apa pun. Toh setelah selesai, ia bisa saja pergi begitu saja. Namun ia tidak bisa melakukan itu sekarang, terutama kepada Risa yang bisa dibilang salah satu teman pertamanya di Jakarta dan baginya dalam hati Risa memiliki arti penting.

Meskipun Revan hanya minum sedikit, alkohol sudah mulai memengaruhi pikirannya. Ia merasa bahwa hasratnya akan alkohol sudah terbangkitkan, namun tidak berani untuk minum berlebihan. Rasa sakit akibat mengingat hal-hal yang tidak diinginkan setelah minum adalah sesuatu yang hanya ia sendiri yang mengerti.

Ketika melihat tubuh bagian bawahnya masih tegang, Revan merasa perlu melampiaskan emosi yang terpendam. Kalau tidak, si joni akan tercekik sampai mati. Tapi tentu saja, bukan kepada Risa ia akan melakukannya. Begitu mereka memiliki hubungan itu, akan sulit baginya untuk pergi.

Setelah minum segelas air, Revan diam-diam meninggalkan Kafe Risa. Saat ia pergi, ada perasaan kecewa pada Risa yang diam-diam telah mengawasinya. Di luar kafe, Revan melihat sekeliling sebelum akhirnya berjalan menuju sebuah kafe kecil di dekatnya. Mungkin ada banyak buruan di kafe-kafe kelas atas, tapi uang di dompet Revan tidak akan cukup.

Episodes
1 Penjual Sate Ayam
2 Uang untuk Hiburan
3 Sebuah Inisiatif
4 Tanpa Reaksi
5 Hal yang Paling Aku Benci
6 Memicu Amarah
7 Polisi Cantik
8 Teh Hijau
9 Tidak Tahu Malu
10 Noda dalam Hidup
11 Sebagai Tamu
12 Aku Benar-Benar Penjual Sate Ayam!
13 Pernikahan
14 Tempat Tinggal Baru
15 Istriku Wanita Kaya
16 Kedatangan Ayah Mertua
17 Kebo Lebih Lucu Darinya
18 Citra yang Memikat
19 Manusia Secepat Peluru
20 Serigala dan Pasangannya
21 Wanita Penggoda
22 Antara Hidup dan Mati
23 Ancaman Nona Muda
24 Mengantar Makanan
25 Melamar Pekerjaan
26 Pantang Mundur
27 Sentuhan Etnik
28 Bangga Menjual Sate Ayam
29 Departemen Humas yang Penuh Semangat
30 Ternyata Dia
31 Kesepakatan
32 Tak Dianggap
33 Sangat Dermawan
34 Siapa yang Lebih Kasar?
35 Tunggu Aku Nanti Malam
36 Tubuhku belum Berkarat
37 Perlakuan Buruk
38 Nasib Di Ujung Tanduk
39 Kuberi Dua Pilihan
40 Bagian dari Penyelidikan
41 Senyuman Manis
42 Drama di Pagi Hari
43 Godaan di Meja Kantor
44 Menggaet Tiga Wanita
45 Misi Penagihan Utang
46 Kantor yang Tidak Biasa
47 Satu Lawan Sekampung
48 Tidak Takut Mati
49 Skandal di Ujung Lorong
50 Luka yang Masih Terbuka
51 Amarah yang Membara
52 Saat Ini Aku Suamimu
53 Di Balik Ketegaran
54 Antara Sahabat dan Rahasia
55 Rencana dalam Diam
56 Apel untuk Istriku
57 Kita Bertemu Lagi
58 Perhatian yang Menggetarkan
59 Kecantikan yang Terungkap
60 Panggung Sandiwara
61 Suara yang Menggetarkan
62 Sama-sama Aneh
63 Jejak di Lantai Tiga Belas
64 Kamu Gila!
65 Aktor di Balik Rekaman
66 Aku Lihat Semuanya
67 Duel Sindiran
68 Godaan di Jam Kerja
69 Gudang 88
70 Panglima Bayangan
71 Terlalu Kejam
72 Karma
73 Hangatnya Malam
74 Rasa yang Tertinggal
75 Pertunjukan Telah Usai
76 Sayang, Aku Takut
77 Membuatku Hamil
78 Keanehan
79 Kalian Harus Mati
80 Suami Jadi Kerabat Jauh
81 Takdir Memang Aneh
82 Jika Aku Seorang Wanita
83 Seperti Suara Nyamuk
84 Stasiun Kereta
85 Langkah Pertamaku
86 Pengkhianatan yang Manis
87 Munculnya Anggrek Hitam
88 Kamu Bisa Memasak?
89 Tidak Enak Badan?
90 Perkenalan yang Menggoda
91 Pagi yang Mengejutkan
92 Menceraikan Nayla
Episodes

Updated 92 Episodes

1
Penjual Sate Ayam
2
Uang untuk Hiburan
3
Sebuah Inisiatif
4
Tanpa Reaksi
5
Hal yang Paling Aku Benci
6
Memicu Amarah
7
Polisi Cantik
8
Teh Hijau
9
Tidak Tahu Malu
10
Noda dalam Hidup
11
Sebagai Tamu
12
Aku Benar-Benar Penjual Sate Ayam!
13
Pernikahan
14
Tempat Tinggal Baru
15
Istriku Wanita Kaya
16
Kedatangan Ayah Mertua
17
Kebo Lebih Lucu Darinya
18
Citra yang Memikat
19
Manusia Secepat Peluru
20
Serigala dan Pasangannya
21
Wanita Penggoda
22
Antara Hidup dan Mati
23
Ancaman Nona Muda
24
Mengantar Makanan
25
Melamar Pekerjaan
26
Pantang Mundur
27
Sentuhan Etnik
28
Bangga Menjual Sate Ayam
29
Departemen Humas yang Penuh Semangat
30
Ternyata Dia
31
Kesepakatan
32
Tak Dianggap
33
Sangat Dermawan
34
Siapa yang Lebih Kasar?
35
Tunggu Aku Nanti Malam
36
Tubuhku belum Berkarat
37
Perlakuan Buruk
38
Nasib Di Ujung Tanduk
39
Kuberi Dua Pilihan
40
Bagian dari Penyelidikan
41
Senyuman Manis
42
Drama di Pagi Hari
43
Godaan di Meja Kantor
44
Menggaet Tiga Wanita
45
Misi Penagihan Utang
46
Kantor yang Tidak Biasa
47
Satu Lawan Sekampung
48
Tidak Takut Mati
49
Skandal di Ujung Lorong
50
Luka yang Masih Terbuka
51
Amarah yang Membara
52
Saat Ini Aku Suamimu
53
Di Balik Ketegaran
54
Antara Sahabat dan Rahasia
55
Rencana dalam Diam
56
Apel untuk Istriku
57
Kita Bertemu Lagi
58
Perhatian yang Menggetarkan
59
Kecantikan yang Terungkap
60
Panggung Sandiwara
61
Suara yang Menggetarkan
62
Sama-sama Aneh
63
Jejak di Lantai Tiga Belas
64
Kamu Gila!
65
Aktor di Balik Rekaman
66
Aku Lihat Semuanya
67
Duel Sindiran
68
Godaan di Jam Kerja
69
Gudang 88
70
Panglima Bayangan
71
Terlalu Kejam
72
Karma
73
Hangatnya Malam
74
Rasa yang Tertinggal
75
Pertunjukan Telah Usai
76
Sayang, Aku Takut
77
Membuatku Hamil
78
Keanehan
79
Kalian Harus Mati
80
Suami Jadi Kerabat Jauh
81
Takdir Memang Aneh
82
Jika Aku Seorang Wanita
83
Seperti Suara Nyamuk
84
Stasiun Kereta
85
Langkah Pertamaku
86
Pengkhianatan yang Manis
87
Munculnya Anggrek Hitam
88
Kamu Bisa Memasak?
89
Tidak Enak Badan?
90
Perkenalan yang Menggoda
91
Pagi yang Mengejutkan
92
Menceraikan Nayla

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!