Empat

Saat ini Dania Andini merasa canggung harus duduk berdua dengan lelaki yang tidak ia kenal. Apalagi ketika pria itu terus saja menatapnya tanpa memalingkan muka. Hal itu membuat Dania salah tingkah.

 Tuan Rakha sedang memperhatikan gadis itu. Dia merasa Dania adalah wanita yang selama ini ia idam-idamkan. Tidak seperti istrinya yang selalu dikelilingi harta membuatnya terlihat angkuh.

 "Maaf, Tuan. Sebenarnya anda siapa? Kenapa mencari saya?"

 "Saya cinta sama kamu."

 "Ha!" Dania kaget dengan ungkapan lelaki itu. Sebelum ini dia tidak pernah bertemu dengan Tuan Rakha, tapi tiba-tiba saja dia mengatakan perasaannya.

 "Saya sudah lama memperhatikan kamu. Saya ingin menjadi suami kamu."

 Dania menggeleng pelan. "Tuan ... Saya tau anda orang berada. Tapi tidak seharusnya anda mempermainkan perasaan wanita."

 "Kenapa? Hanya wanita yang boleh mempermainkan perasaan saya. Seperti itu?"

 Dania semakin bingung dengan perkataan laki-laki yang ada di depannya sekarang. Saat hendak beranjak dari tempat duduk, pria itu malah melarangnya.

 "Kamu mau kemana?"

 "Saya nggak kenal sama Tuan. Terus tiba-tiba bilang cinta. Saya bingung."

 "Kamu tidak perlu bingung. Saya cuma ingin kamu mengerti dengan perasaan saya."

 Kembali Dania duduk di tempatnya. Dia malah penasaran dengan laki-laki yang sangat membingungkan itu.

 "Sudah hampir satu tahun saya memperhatikan kamu." Ucapnya berbohong. "Saya ingin lebih dekat dengan kamu. Tapi—" Lelaki itu menghembuskan nafasnya dengan perlahan.

 "Tapi apa?" tanya Dania.

 "Saya tidak tau takdir apa yang sedang saya jalani ... Ibu saya meninggal, Ayah saya hilang. Saya tinggal bersama orang-orang yang hanya menjadikan saya sebagai budak mereka."

 "Budak?" Dania mengernyitkan keningnya.

 "Saya juga ingin kebebasan ... Saya tidak masalah jika harus bekerja mencari uang untuk mereka. Tapi saya juga punya perasaan."

 "Saya tidak butuh apapun ... Setiap waktu saya bersaing dengan orang-orang untuk mendapatkan pundi-pundi rupiah. Tapi setelah itu saya diabaikan ketika memberikan uang kepada mereka."

 "Saya manusia biasa ... Saya tidak bisa seperti ini, dikelilingi oleh orang-orang yang serakah. Saya butuh seseorang yang bisa membuat saya bahagia. Dan itu kamu."

 "Kenapa harus saya, Tuan? Banyak perempuan diluar sana yang lebih baik daripada saya." Ujar Dania.

 "Saya sudah coba ... Mereka semua sama saja, baik karena saya memiliki segalanya."

 Dania menghela nafas sejenak. "Oke ... Sekarang seandainya kalau saya seperti itu. Apa Tuan akan tetap ingin bersama saya?"

 "Saya sudah bilang 'kan. Saya selalu memantau kamu, saya yakin kamu tidak seperti itu ... Kamu wanita pekerja keras karena sudah menjadi tulang punggung keluarga." Ucap Tuan Rakha memuji wanita itu.

 Dia berharap Dania Andini akan luluh kepadanya walaupun dengan cara yang tidak baik seperti ini.

 "Tu-Tuan tau tentang saya?"

 "Apa saya harus mengatakannya lagi kalau saya sudah memperhatikan kamu hampir setahun?"

 "Begini ... Tuan mau apa dari saya?"

 "Bahagia." Lirih Tuan Rakha.

 "Dari mana Tuan bisa beranggapan kalau saya akan bisa membahagiakan Tuan."

 Tuan Rakha mengulurkan tangannya untuk menggenggam tangan wanita itu. "Bahagiakan saya ... Saya akan memberikan apapun kepada kamu." Tatapan lelaki itu sungguh tulus membuat Dania luluh.

 "Berikan saya cinta sederhana itu."

 Drrrt ... Drrrt ... Drrrt ...

 Lamunan keduanya terhenti saat ponsel Dania bergetar. Segera mungkin ia menjawabnya karena yang menghubunginya adalah ibunya sendiri.

 "Assalamualaikum ..."

 "Waalaikumsalam ... Kamu udah selesai kuliah?" tanya seorang wanita dari seberang sana yang terdengar sedang menahan batuknya.

 "Udah, Bu."

 "Kamu masih ada uang?" tanya wanita itu.

 Dania melihat isinya dompetnya, tanpa ia sadari lelaki itu tengah memperhatikannya. "Masih ada, Bu."

 "Ibu mau masak, tapi barang masakan udah habis."

 "Ibu nggak usah masak. Nanti pulang aku beli makanan. Ibu duduk istirahat aja ya. Aku langsung pulang sekarang."

 "Hmmm ... Udah lama Ibu nggak masak, Ibu juga udah sehat kok."

 "Enggak. Pokoknya Ibu diam aja, aku langsung pulang sekarang. Assalamualaikum ..."

 Wanita itu langsung memutuskan sambungan teleponnya. "Maaf Tuan, saya harus pulang."

 "Saya belum selesai berbicara dengan kamu."

 "Kayaknya Ibu lagi lapar. Saya harus pulang sekarang."

 "Saya ikut."

 "Ha!"

 Tuan Rakha langsung berdiri dan menarik tangan gadis itu. Dania hanya bisa mengikuti langkah lelaki itu. Dia pun semakin penasaran dengan kehidupan yang diceritakan oleh Tuan Rakha, tanpa dia tahu bahwa beberapa kalimat lelaki itu hanyalah sebuah kebohongan.

 Dania memang sepolos itu di umurnya yang menginjak dua puluh dua tahun.

 [] [] []

 Dania dan Tuan Rakha sudah sampai di rumah yang tidak seberapa besar itu. Keduanya segera masuk ke dalam menemui seorang wanita yang sedang duduk di kursi roda.

 "Assalamualaikum, Bu."

 "Waalaikumsalam ..."

 Inggit mengernyitkan keningnya saat melihat putri pertamanya datamg ke rumah bersama seorang pria yang tidak dikenal.

 Tuan Rakha mengikuti pergerakan Dania Andini untuk mengecup punggung tangan wanita lumpuh itu. Dia pun langsung berjongkok dihadapan wanita paruh baya itu.

 "Kamu siapa?"

 "Izinkan saya menikah dengan anak Ibu."

 "Ha!" Inggit dan Dania kebingungan dengan ucapan pria itu.

 "Tuan."

 "Diam, Dania ... Saya ingin bicara dengan Ibu kamu."

 Kembali lelaki itu menoleh kearah Inggit. "Saya sudah lama memperhatikan Dania. Saya ingin menjadikan dia sebagai istri saya."

 "Dia wanita yang sangat kuat ... Menjadi tulang punggung keluarga di usianya yang masih muda."

 "Saya bangga pada anak Ibu." Lanjut Tuan Rakha.

 "Izinkan saya untuk membuat anak Ibu terlepas dari masa sulit ini ... Saya akan menjamin kehidupan Dania, bahkan Ibu dan juga adiknya akan sejahtera."

 "Tuan tau dari mana saya punya adik?"

 "Apa perlu saya katakan lagi kalau saya sudah mengintai kamu sangat lama ... Ini waktunya saya mengatakan perasaan saya kepada kamu. Saya tidak ingin tersiksa dengan semua ini."

 "Apa kamu yakin dengan pilihan mu, Nak? Kami hanya orang biasa." Lirih Inggit. "Bahkan kamu lihat ... Saya cacat, dan tidak bisa berobat."

 "Saya yakin, Bu."

 "Tuan, saya—"

 "Diam! Bu, yakinkan Dania untuk menerima saya."

 Inggit menatap anak perempuannya, dia merasa inilah waktunya untuk mengakhiri penderitaan Dania. Mungkin dengan memiliki seorang suami, wanita itu akan berhenti bekerja.

 "Ibu serahkan semuanya kepada Dania." Ucapnya sambil menatap sang anak perempuan.

 "Jadi Ibu setuju?" tanya Tuan Rakha memastikan.

 "Iya, Nak."

 "Terima kasih, Ibu ... Saya akan kabarkan berita bahagia ini kepada orang tua saya."

 Inggit ikut tersenyum melihat kebahagiaan Tuan Rakha. Sebelum dia pergi, lelaki itu meninggalkan sejumlah uang kepada keluarga tersebut.

 "Anggap saja ini adalah uang hasil dari menantu Ibu."

 "Tuan—"

 "Saya permisi, Bu."

 Dania mengejar lelaki itu hingga ke depan. Belum sempat dia berbicara, Tuan Rakha malah langsung pergi dengan mobilnya.

 "Apa dia serius dengan semua ini?"

Terpopuler

Comments

Yuni

Yuni

berasa dpt durian runtuh hhh

2025-10-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!