Saat sedang sarapan pagi, Tuan Rakha hanya fokus untuk menyantap makanannya. Seperti dijadikan budak, laki-laki itu hanya disuruh bekerja dan menjalin hubungan baik dengan sang istri agar aset kedua orang yang merawatnya itu tidak hilang.
"Hari ini kamu harus pergi ke rumah sakit. Jenguk Poppy, dia membutuhkan kamu."
"Apa Poppy sudah bangun?"
"Belum," jawab sang Ibu.
"Aku sibuk kerja ... Kalau dia belum bangun untuk apa aku ke sana?"
"Dia itu istrimu ... Kau harus menjaganya dengan baik."
"Apa dia menjaga ku dengan baik?" Tuan Rakha memandangi ibu dan ayahnya. "Aku seperti laki-laki rendahan dibuatnya. Dan kalian cuma mementingkan harta wanita itu."
"Diam!" Ucap Daki. "Kau harus bersyukur mendapatkan istri kaya seperti dia. Kalau tidak, mungkin kau tidak dipanggil Tuan oleh orang sekeliling mu."
"Bersyukur iya. Tapi aku juga butuh kasih sayang. Bukan berarti dia punya segalanya dia bisa merendahkan ku."
"Kau ini." Ucap Daki menggelengkan kepalanya. "Kau jangan egois. Pikirkan kami yang sudah merawat mu."
"Maaf," lirih Tuan Rakha.
"Ayah mau kau bisa merebut semua harta wanita itu. Kau harus ingat, orangtuanya sudah membuat keluarga kalian hancur. Ibu mu meninggal, Ayah mu entah di mana. Apa kau lupa itu?"
"Maaf Ibu, Ayah. Aku khilaf."
"Besok Amel akan pulang, tugas mu harus bisa membuat dia masuk ke dalam perusahaan itu."
Tuan Rakha tersenyum simpul. "Jadi Amel akan membantu ku?"
"Ya ... Tapi kau jangan terlalu memerintah dia. Dia itu masih belum tau apa-apa." Ucap Tias.
"Siap, Bu. Aku berterima kasih kepada kalian."
[] [] []
Dengan mengendarai taksi online, akhirnya Dania Andara sudah sampai di sebuah sekolah swasta. Sebelum itu dia sudah mengantarkan ibunya ke rumah setelah mereka berobat.
"Kamu langsung masuk aja ya. Aku mau ketemu dengan guru mu."
"Kak ... Kalau Rini minta uang jajan boleh nggak? Rini pengen seperti orang-orang, sesekali jajan di kantin."
"Boleh dong. Tapi harus ingat ya, kita nggak boleh sombong ... Rejeki ini pun juga tidak seberapa. Setidaknya uang pengobatan Ibu dan biaya sekolah kamu bisa beres."
"Iya, Kak. Aku tau kok."
Dania memberikan beberapa lembar uang kepada adik perempuannya. Kemudian mereka berjalan dengan arah yang berbeda.
"Semoga rejeki Kakak ku bisa terus mengalir. Aku akan balas jasa Kakak karena udah menolongku hingga ke tahap ini."
Dania tidak pernah merasa terbebani dengan adik perempuannya. Bahkan ia pernah hampir putus kuliah demi sang adik.
Tetapi Rini tidak mau egois. "Kalau Kakak berhenti kuliah demi membiayai aku. Aku juga akan berhenti sekolah supaya Kakak nggak perlu repot-repot cari uang banyak."
Dania tersenyum mengingat kalimat itu. Mereka selalu bersama dalam duka maupun duka. Sampai pada akhirnya Dania tidak berpikiran untuk mencari pasangan hidup karena dunianya hanya adik dan ibunya.
[] [] []
Tuan Rakha baru sampai di rumah sakit. Tanpa menunggu lama lagi dia memasuki salah satu ruangan ICU. Dimana istrinya sedang koma karena sebuah kecelakaan bersama pria yang dia benci.
"Sayang ... Aku datang."
"Aku merindukanmu." Ucap Tuan Rakha.
Lelaki itu mengusap wajah istrinya.
"Aku merindukanmu." Ucapnya lagi tersenyum simpul.
"Kau memang selalu merendahkan ku. Tapi aku mencintaimu."
[] [] []
Di salah satu tempat kuliah, seorang wanita begitu fokus mendengarkan materi yang disampaikan oleh dosen. Tetapi fokusnya menjadi hilang saat mendapati seorang pria sedang menatapnya dari arah luar.
"Siapa itu?"
"Kenapa dia lihatin aku terus."
Dania mencoba untuk mengalihkan pandangannya. Tetapi senyum pria itu malah membuatnya terpesona.
"Apa dia lihatin aku? Tapi ngapain?"
"Diva."
"Hmmm ..." lirih seorang disebelah Dania.
"Yang diluar itu siapa sih? Dosen?"
Diva langsung menoleh. "Nggak tau, aku baru lihat, teman kamu kali. Kenalan kamu di tempat hiburan malam itu."
"Ya ampun. Kamu aneh-aneh deh. Kamu sendiri tau aku kerja di sana sebagai apa."
"Jangan salah paham dulu. Maksud aku siapa tau dia pernah mampir terus lihat kamu, dia tertarik."
"Tambah aneh lagi. Mana mungkin laki-laki sekeren dia tertarik sama perempuan kayak aku."
"Dania, Dania ... Aku 'kan udah pernah bilang, sekali-kali kamu dandan. Supaya kamu sadar kalau kamu itu cantik."
"Yang dibelakang. Ayo kita menggosip di depan sini."
Diva dan Dania langsung terdiam setelah disapa oleh dosen yang sedang menjelaskan di depan. Laki-laki tadi pun juga menghilang dari pandangan keduanya.
[] [] []
Kini Dania sedang berjalan sendirian di koridor kampus. Saat menoleh kearah samping seorang pria yang tidak ia kenal sudah berada di dekatnya membuat dia kebingungan.
"Maaf, anda siapa?"
"Apa kita bisa berbicara di tempat yang layak? Tidak baik mengobrol sambil berdiri."
"Kita ke kantin."
"Kita keluar." Ucap lelaki itu.
"Ha!"
"Jangan kaget seperti itu. Saya ingin berkenalan dengan kamu."
"Anda salah orang. Saya hanya wanita biasa."
"Dania."
"Anda mengenal saya?" tanya wanita itu menunjuk kearahnya sendiri.
"Saya sudah lama memperhatikan kamu. Mungkin saatnya saya meminta kenalan dengan kamu." Ucapnya berbohong.
"Tapi aku takut ... Anda bukan orang jahat?"
"Bukan ... Apa tampang saya seperti penjahat?" tanya Tuan Rakha.
Dania berdiam sejenak.
"Kalau begitu kita duduk di sekitar kampus kamu."
"Eummm ... Boleh."
Dengan gerakan cepat laki-laki itu mengambil buku-buku yang ada di tangan Dania. "Biar saya yang bawa."
"Tapi—"
"Jangan melawan dengan pria. Oke!"
Alhasil Dania hanya bisa terdiam. Walaupun begitu tetap saja ia tidak mengerti dengan sikap laki-laki yang baru saja ia temui itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Yuni
jual mahal dong dania apalagi gk kenal
2025-10-09
0