Tidak ada perjanjian

Safa mengikuti Lingga ke lantai dua, masuk ke dalam sebuah kamar yang cukup luas dengan ranjang king size. Namun tampaknya belum berpenghuni karena meja rias yang ada di sana tampak kosong belum ada barang diatasnya sama sekali. Sementara ada ruangan terpisah di dalam kamar itu yang Safa tebak adalah ruang ganti dan kamar mandi.

"Ini kamarmu!"

Safa sudah sangat pintar untuk mencerna arti dari dua kata yang Lingga ucapkan. Itu tandanya, mereka akan tidur secara terpisah. Hal itu benar-benar tidak mengejutkan bagi Safa karena sebelumnya dia sudah menebak sebelumnya.

"Terima kasih" Jawab Safa, karena dia masih beruntung, Lingga masih memperlakukan dirinya dengan manusiawi karena menempatkannya di dalam kamar mewah itu.

"Untuk kesepakatan kita sebelumnya, tentu kau tau kalau aku menginginkan anak dan aku tidak hanya ingin satu anak. Aku tidak mau membuat anakku kelak harus menanggung beban sepertiku sendirian yang harus menikah demi mendapatkan pewaris untuk mewarisi kerajaan bisnis keluarga ku"

"Aku tau. Aku sudah mengatakan kalau aku bersedia melahirkan anak untukmu. Berapapun anak yang kamu inginkan" Jawab Safa sambil menatap punggung Lingga.

"Bagus kalau kau mengerti" Lingga berbalik menatap Safa yang saat ini terlihat begitu tenang.

"Aku tidak akan membuat surat perjanjian apapun padamu. Mengenai pernikahan ini, aku sudah katakan dari awal kalau kau tidak berhak menuntut apapun!" Lagi-lagi Lingga menekankan kalimat itu.

"Tapi tenang saja, aku tetap akan menafkahi mu dengan layak, kau bebas menggunakan apapun fasilitas dirumah ini. Jadi istri yang baik mau itu di rumah atau saat menemaniku di luar sana, juga jadilah Ibu yang baik untuk anak-anakku kelak, karena aku tidak mau anak-anakku kehilangan sosok Ibu meski aku tidak mencintaimu"

"Tunggu!" Safa merasa ada yang aneh dengan permintaan Lingga.

"Maksudmu, kamu mau aku merawat anak-anakmu sampai mereka dewasa? Apa itu artinya tidak akan ada perceraian diantara kita?" Safa ingin memperjelas semuanya mengenai ucapan Lingga itu.

"Aku tidak menjanjikan tapi ak juga tidak bisa memungkiri jika perceraian mungkin saja terjadi suatu saat nanti. Karena sejak awal aku memang tidak pernah ingin menikah jika saja Papa tidak memaksaku untuk memberikannya seorang pewaris. Kau juga yang menawarkan diri padahal aku sudah menolak mu. Jadi terima saja semuanya!"

Safa mulai terdiam saat Lingga mengingatkan Safa tentang siapa yang lebih dulu datang dan mengajaknya menikah.

"Tapi kalau seandainya kita bercerai, kau tidak boleh membawa anak-anak, mereka tetap akan berada di tanganku!"

"Tidak, aku tidak mau meninggalkan anak-anakku!" Entah mengapa Safa merasa tidak rela jika anak-anak yang ia lahirkan akan terpisah darinya atau di asuh orang lain. Padahal hamil saja belum.

Tapi dia merasakan sendiri bagaimana rasanya kehilangan orang tua saat masih kecil. Di saat rasa kehilangan itu mulai terobati karena hadirnya Amita, dia harus kembali kehilangan Amita yang menjadi sosok Ibu baginya.

"Jadi, kau mau bertahan di dalam pernikahan ini meski tanpa ada cinta?"

"Bukannya sejak awal aku sudah tau tentang itu?" Safa membalas pertanyaan Lingga dengan pertanyaan yang tak mendapat jawaban apapun dari Lingga. Pria itu hanya menatap Safa dengan datar.

"Apa ada lagi yang harus aku tau tentang pernikahan kita?"

Lingga masih menatap Safa. Entah apa yang ada di dalam pikiran pria itu. Yang jelas saat ini Safa hanya mencoba tenang meski perasannya sendiri tak menentu.

"Tidak ada!" Jawab Lingga kemudian melangkah melewati Safa untuk meninggalkan kamar itu.

Tapi satu langkah sebelum mencapai pintu, Lingga menghentikan langkahnya.

"Kau bebas melakukan apa saja di dalam rumah ini, asalkan jangan pernah sekalipun masuk ke dalam kamar ku!" Suara Lingga terdengar tegas. Seolah benar-benar memperingatkan Safa agar tidak pernah berani menginjakkan kakinya di sana. Kamarnya itu seperti area terlarang bagi Safa.

"Akan aku mengingatnya!" Jawab Safa dengan suaranya yang masih sangat tenang. Wanita itu memang begitu pintar membawa dirinya.

🌺🌺🌺🌺

Dia bulan berlalu, pernikahan yang didasari atas sebuah kesepakatan itu berjalan sesuai dengan kesepakatan yang telah mereka sepakati.

Safa melakukan tugasnya dengan baik selama dua bulan ini agar dia bisa segera mengandung anak dari pewaris tunggal itu.

Dia rutin memeriksakan diri ke dokter, mengikuti program hamil meski hanya dirinya sendiri. Menjaga asupan nutrisi sesuai dengan petunjuk dokter.

Safa melakukan semua itu seorang diri tanpa adanya Lingga bersamanya. Pria itu hanya berperan di atas ranjang saja. Memang bukan hanya sekali Lingga menyentuh Safa. Pria itu layaknya seorang suami yang mengg auli istrinya seperti pasangan suami istri lainnya. Mungkin Lingga melakukannya agar Safa cepat hamil dan dia segera mempunyai keturunan.

Meski Safa harus menahan rasa sakit pada hatinya karena Lingga terus saja menyebut nama Syifa, bukan Safa. Entah hadir apa yang membuat nama keduanya begitu mirip.

Yang lebih menyakitkan lagi, setelah mereka bersatu tanpa jarak, berbagi keringat bahkan air liur, Lingga pasti akan meninggalkan Safa untuk kembali ke kamarnya sendiri. Selama dua bulan ini pun, Lingga hanya akan pergi ke kamar Safa untuk meminta haknya pada Safa saja. Tak pernah Lingga bertahan di kamar Safa sampai pagi.

Tapi semua itu harus Safa terima dengan ikhlas karena itu risiko yang harus ia tanggung. Apalagi Lingga juga telah membantu membayar semua biaya operasi Ayahnya. Sebelumnya Safa tak mengira jika Lingga akan melakukan itu. Ada setitik rasa senang di hati Safa ketika pria berhati dingin itu memiliki sedikit sisi baik.

Malam ini, Safa menunggu Lingga pulang dengan terang-terangan. Kenapa disebut terang-terangan, karena setiap malamnya Safa juga menunggu Lingga pulang, tapi dia akan langsung kembali ke kamarnya setelah mendengar mobil Lingga masuk ke halaman rumah.

Dia sendiri tak tau kenapa harus melakukan hal bodoh seperti itu. Menunggu seseorang yang tak pernah mengharapkannya. Tapi Safa merasa tidak tenang jika dia tidur disaat Lingga belum pulang ke rumah.

Tapi kali ini berbeda, dia tidak berlari menuju kamarnya setelah mendengar mobil Lingga datang. Dia bahkan tetap duduk di sofa ruang tengah ketika Lingga masuk ke dalam rumah.

Pria berbadan tinggi itu terlihat berjalan dengan tegap sambil menawa jas yang ia sampaikan di lengan tangannya.

Safa langsung berdiri saat Lingga melewatinya begitu saja.

"Ada yang ingin aku sampaikan!" Safa berhasil menghentikan langkah Lingga.

Pria tampan dengan tato di lengan kanannya itu menggerakkan badannya untuk berbalik dan menatap Safa. Mata elangnya itu menatap Safa dengan datar seolah bertanya tentang apa yang ingin Safa katakan.

Safa mengulurkan kertas berukuran kecil yang mencetak sebuah gambar di sana.

Lingga menerimanya dengan alis berkerut. Pria itu menatap gambar ditangannya dalam diam.

"Kata dokter, sudah tujuh minggu"

Terpopuler

Comments

Thavyra

Thavyra

safa masadepan mu masih belum pasti lebih baik buka usaha dan buat agar hak asuh anak jatuh ke tanganmu
jadi kalau kamu berpisah sama suamimu kamu masih bisa melanjutkan hidup

2025-06-04

4

Jumi🍉

Jumi🍉

Kamar Lingga apa kamar keramat sampai gak boleh Safa masuk, ya iyalah kamar keramat orang isinya kenangan sama mantan terindah...😆😅

2025-06-04

1

Yus Nita

Yus Nita

kku sdh, y jangan gauli lagi, kan gakcinta dan gak punya rasa.
jangan terus di genjot lah, malu dengan omongan sendiri.
. nnt klu udah lahiran, udah bhbs mada nifas, baru di gauli lagi, kku mau nambah anak
jadi jngan egois, dengan terus menyakiri dengan menyebut nama orang lain, di atas tubuh orang lain.

2025-06-05

1

lihat semua
Episodes
1 Menawarkan diri
2 Hanya status
3 Malam pertama
4 Bagaikan sampah
5 Tidak ada perjanjian
6 Permintaan Indra
7 Gejala kehamilan
8 Tentang Asyifa
9 Dokter Juna
10 Bertemu Juna
11 Rencana Safa
12 Ngidam
13 Meminta tolong
14 Melahirkan
15 Baby Ken
16 Hadiah untuk Safa
17 Kamu mencintainya kan?
18 Lepaskan dia!
19 Aku tak segila itu!
20 Khawatir
21 Lingga sakit
22 Nasehat Bi Sri
23 Kangen Papa
24 Dia berhak bahagia!
25 Aneh
26 Cincin di jari manis
27 Aku yang harusnya minta maaf!
28 Banyak bicara
29 Lingga berulah
30 Cincin yang hilang
31 Kedatangan tamu
32 Terlihat bisa saja
33 Tawaran Juna
34 Semakin aneh
35 Suamiable
36 Kamu cemburu?
37 Makan siang
38 Hadiah dari Lintang
39 Mempersiapkan diri
40 Tak melanggar kesepakatan
41 Lingga yang liar
42 Nggak expect
43 Posesif
44 Tak direncanakan
45 Makan siang di kantor
46 Khawatir?
47 Menginap di rumah mertua
48 Safa..
49 Masalah apa sebenarnya?
50 Rencana Safa
51 Kedatangan Juna
52 Tamu di pagi hari
53 Mirip atau sama?
54 Keputusan Safa
55 Perdebatan Safa dan Lingga
56 Bertubi-tubi
57 Keputusan Safa
58 Berada di tempat yang sama
59 Kamu cemburu?
60 Mencuri dengar
61 Tidak tau apa-apa!
62 Indra yang murka
63 Sebenarnya....
64 Lupa segalanya
65 Safa pingsan
66 Kemarahan yang meluap
67 Hanya secuil perhatian
68 Tarik ulur
69 Kamu kenapa?
70 Hampir terbongkar
71 Leci
72 Lingga Pov I
73 Lingga Pov II
74 Meminta kesempatan
75 Ketakutan Lingga
76 Bukan karena kasihan!
77 Keras kepala
78 Apa yang Lingga sembunyikan?
79 Kebenaran kamar Lingga
80 Kedekatan Kendra dan Zahra
81 Kemarahan Lingga
82 Sudah muak
83 Kalah telak
84 Aku tidak sekarat!
85 Jangan bercanda!
86 Lentera cinta
87 Nyonya besar
88 Rubah betina
89 Pengakuan Lingga
90 Bukan Ayah yang gagal
91 Ingatan yang hilang
92 Rencana di balik rencana
93 Janji Zahra
94 Tidak percaya
95 Takut kalah
96 Aku pasrah
97 Catatan kecil
98 Permintaan kecil Safa
99 Terima kasih Mas
100 Menantikan jawaban
101 Pilihan yang berat
102 Tuduhan pada Zahra
103 Keadaan anak dan istriku
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Menawarkan diri
2
Hanya status
3
Malam pertama
4
Bagaikan sampah
5
Tidak ada perjanjian
6
Permintaan Indra
7
Gejala kehamilan
8
Tentang Asyifa
9
Dokter Juna
10
Bertemu Juna
11
Rencana Safa
12
Ngidam
13
Meminta tolong
14
Melahirkan
15
Baby Ken
16
Hadiah untuk Safa
17
Kamu mencintainya kan?
18
Lepaskan dia!
19
Aku tak segila itu!
20
Khawatir
21
Lingga sakit
22
Nasehat Bi Sri
23
Kangen Papa
24
Dia berhak bahagia!
25
Aneh
26
Cincin di jari manis
27
Aku yang harusnya minta maaf!
28
Banyak bicara
29
Lingga berulah
30
Cincin yang hilang
31
Kedatangan tamu
32
Terlihat bisa saja
33
Tawaran Juna
34
Semakin aneh
35
Suamiable
36
Kamu cemburu?
37
Makan siang
38
Hadiah dari Lintang
39
Mempersiapkan diri
40
Tak melanggar kesepakatan
41
Lingga yang liar
42
Nggak expect
43
Posesif
44
Tak direncanakan
45
Makan siang di kantor
46
Khawatir?
47
Menginap di rumah mertua
48
Safa..
49
Masalah apa sebenarnya?
50
Rencana Safa
51
Kedatangan Juna
52
Tamu di pagi hari
53
Mirip atau sama?
54
Keputusan Safa
55
Perdebatan Safa dan Lingga
56
Bertubi-tubi
57
Keputusan Safa
58
Berada di tempat yang sama
59
Kamu cemburu?
60
Mencuri dengar
61
Tidak tau apa-apa!
62
Indra yang murka
63
Sebenarnya....
64
Lupa segalanya
65
Safa pingsan
66
Kemarahan yang meluap
67
Hanya secuil perhatian
68
Tarik ulur
69
Kamu kenapa?
70
Hampir terbongkar
71
Leci
72
Lingga Pov I
73
Lingga Pov II
74
Meminta kesempatan
75
Ketakutan Lingga
76
Bukan karena kasihan!
77
Keras kepala
78
Apa yang Lingga sembunyikan?
79
Kebenaran kamar Lingga
80
Kedekatan Kendra dan Zahra
81
Kemarahan Lingga
82
Sudah muak
83
Kalah telak
84
Aku tidak sekarat!
85
Jangan bercanda!
86
Lentera cinta
87
Nyonya besar
88
Rubah betina
89
Pengakuan Lingga
90
Bukan Ayah yang gagal
91
Ingatan yang hilang
92
Rencana di balik rencana
93
Janji Zahra
94
Tidak percaya
95
Takut kalah
96
Aku pasrah
97
Catatan kecil
98
Permintaan kecil Safa
99
Terima kasih Mas
100
Menantikan jawaban
101
Pilihan yang berat
102
Tuduhan pada Zahra
103
Keadaan anak dan istriku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!