Setelah pemeriksaan yang aneh yang cukup memakan waktu itu, Hania kembali ke kamar pria yang di rawatnya. Pria yang sampai saat ini ia tidak tahu namanya. Wajahnya masih diliputi kebingungan, tapi ia mencoba menenangkan diri. Mungkin ini memang pemeriksaan yang dilakukan pada semua pekerja baru di mansion ini, mungkin. Bukankan orang-orang kaya memang selalu begitu. Selalu punya peraturan aneh untuk pekerjanya.
Hania merapikan seragam yang ia pakai, lalu duduk di samping ranjang, memperhatikan napas tenang pria tampan itu yang tetap terpejam, seolah tak tahu dunia di sekelilingnya sedang merencanakan hal gila. Sesekali gadis itu melihat monitor untuk memastikan detak jantung dan sanurtasi nafas sang pasien stabil.
Dengan pelan, Hania menyentuh tangan dingin sang pria, menutupnya dengan selimut agar hangat. Gadis berparas mansi itu menatap lekat wajah yang sama sekali tidak terlihat sakit. Pria ini hanya terlihat tidur, tidur yang sangat panjang.
"Kenapa Anda bisa tidur senyenyak ini Tuan? Apa mimpi Anda begitu indah, sampai Anda enggan bangun?"
"Kalau saya bisa, saya juga ingin tidur sepert Anda. Tidur ... dan tidak perlu bangun lagi." Hania mengalihkan pandangannya, menatap jauh kearah luar jendela.
Jika bisa, Hania ingin melakukannya. Tidur, tanpa perlu tahu lagi apa yang terjadi di bumi. Tanpa perlu sibuk menjalani hidup dengan semua masalahnya. Tapi tidur yang ia inginkan, bukan sekedar menutup mata. Tapi tidur dalam rengkuhan tanah dan kembali pada sang Pencipta. Seulas senyum getir tersungging di bibirnya yang pucat.
“Tuan... apa Anda tahu, peraturan di mansion Anda sangat aneh. Lebih baik Anda mengubahnya agar lebih sedikit manusiawi,” gumamnya lirih, mencoba bercanda untuk menutupi gelisah nya.
Pintu kamar itu terbuka, seorang suster masuk membawa nampan berisi obat-obatan. Hania bangkit dari kursinya. Memberi ruang suster itu untuk dekat dengan pasien.
"Bagaimana? Apa masih sakit?" suster itu bertanya tanpa menoleh pada Hania, dia sibuk menyiapkan obat untuk pasien yang terbaring tak berdaya.
Hania menunduk, reflek merapatkan pahanya.
"Emh ... masih nyeri sedikit."
Suster itu mengangguk paham. Tanpa mengatakan apapun lagi, suster itu mengerjakan tugasnya. Menyuntikan dua jenis obat melalui jalur IV agar obat yang ia berikan bisa langsung masuk ke pembuluh darah. Setelah selesai, dia menyiapkan satu suntikan lagi. Kali ini dia meminta Hania yang melakukannya.
"Coba kamu." Suster itu memberikan suntikan yang sudah berisi cairan bening.
"Sa-saya Sus?" Hania menunjuk dirinya sendiri dengan ragu.
"Apa ada orang lain di sini selain kamu?"
Hania menggeleng. Dengan tangan gemetar ia menerima suntikan kecil itu.
"Suntikan ke botol infusnya, lalu goyangkan sebentar."
Gadis itu mengangguk, lalu melakukan sesuai yang suster itu instruksikan. Menyuntikan obat lewat bagain bawah botol infus, setelah semua obatnya masuk. Hania mengguncangkan botol itu pelan lalu menaruhnya kembali seperti semula. Suster yang melihat itu mengangguk puas.
"Lumayan."
Hania tersenyum canggung mendengar pujian itu. Sebenarnya Hania bingung kenapa orang seperti dirinya dibutuhkan untuk menjaga Tuan koma ini. Sedangkan di mansion itu sudah ada dokter dan perawat dari rumah sakit.
"Kau sudah tahu apa a tugasmu di sini kan Hania?" Suster itu merapihkan botol obat dan jarum suntik yang tadi ia pakai.
Hania mengangguk kecil.
"Saya di sini menjaga Tuan, menemani, menggantikan popok, menggantikan kantong urine tiap pagi dan membersihkan badanTuan."
"Selain itu kau memberikan suntikan obat seperti tadi setiap jam 10 pagi. Tidak boleh terlewat, ak akan menyiapkan obatnya di nakas itu." Suster itu menunjukan Nakas tempat menyimpan semua peralatan medis sang tuan.
"Tapi Sus, Ivana tidak mengatakan-
"Belum, Ivana belum memberitahumu. Maka saya yang memberi tahu, begitu pun obat yang saya berikan tadi. Kedepannya itu tanggung jawab kamu," tukas Suster itu memotong.
Hania tertegun bingung, dia bukan seseorang yang berpengalaman dalam bidang medis. Menyuntik botol infus tadi saja dia gemetar, bagaimana dia menyuntik selang yang ada di punggung tangan pasien-nya.
"Jangan khawatir, saya akan mengajari kamu sampai bisa. Saya tidak akan lepas tangan begitu saja. Lebih baik sekarang kamu ganti pokok Tuan, sepertinya sudah penuh." Suster itu mengibaskan tangan di depan hidungnya lalu pergi dari kamar itu.
Gadis itu menghela nafas dalam. Waktunya mengganti popok si Tuan bayi. Hania mengambil popok, tisu basah, kantong plastik dan bedak bayi dari nakas.
"Maaf Tuan, saya izin menggantikan popok Anda."
Setelah mengatakan itu Hania membuka selimut yang menutupi tubuh sang Tuan. Dengan ragu dia mulai melepaskan celana pendek kain yang pria itu pakai. Aroma khas feses yang kental dan sangat kurang sedap seketika menguar memenuhi udara. Aroma tajam feses menyergap hidungnya, membuat perutnya mual seketika. Bau itu jauh lebih menyengat dari yang pernah ia cium.
Dengan melawan bau dan rasa canggungnya Hania mengganti popok pasien dengan cekatan. Semua ia lakukan dengan penuh tanggung jawab, meski dia belum terbiasa dengan semua ini. Fesesnya tidak terlalu banyak, hanya seperti bayi baru lahir, tapi baunya melebihi kata bau.
Hania berusaha melakukan tugas meski canggung, mengusap area yang kotor dengan tisu basar dan memastikan benar-benar bersih sebelum memakaikan popok baru. Jujur saja Hania sangat canggung, apalagi melihat benda pusaka pria dewasa secara live seperti ini. Pengalaman pertama bagi Hania, meski pusaka itu tertidur tapi tetap saja menakutkan. Walau terlihat mengemaskan juga, lembek-lembek lucu. Hania menggelengkan kepala, mengusir pikiran kotor yang mulia hinggap di otaknya.
Popok yang kotor sudah ia ganti dengan yang baru. Tuannya juga sudah segar dan tidak bau lagi. Setelah memastikan semua aman Hania bangkit. Tenggorokannya kering, setelah bekerja keras berjibaku dengan kotoran. Ia pun memutuskan untuk pergi ke dapur, berharap bisa menemukan air minum.
Lorong-lorong mansion itu sunyi, hanya langkah kakinya yang terdengar pelan. Dapur sangat sepi, saat Hania mengambil minum. Ia pun memutuskan untuk membawa segelas ke kamar afar dia tidak bolak-balik. Namun, langkahnya terhenti saat melewati sebuah ruangan yang pintunya sedikit terbuka, ia tiba-tiba berhenti.
Saat mendengar suara percakapan.
“Bagaimana? Apa cocok?” tanya Ivana kepala pelayan dengan nada menekan.
“Iya. Rahimnya subur. Tingkat keberhasilan tinggi. Benih Tuan akan bisa tumbuh dengan baik,” jawab sang dokter dengan tenang.
“Bagus. Kalau begitu, cepat kita lakukan. Kita tidak punya banyak waktu.”
BRAKK!
Gelas yang dibawa Hania terjatuh, menghantam lantai marmer dengan suara keras. Tubuhnya menegang. Dadanya berdegup kencang.
Kepala pelayan menoleh cepat, begitu juga dokter.
“Kamu menguping?” desis Ivana, matanya tajam menatap Hania dengan mengancam.
“Kalian... kalian mau aku ..... kalian gila!” teriak Hania, tubuhnya gemetar.
Tanpa pikir panjang, ia lari. Melewati lorong, menuruni tangga, menuju pintu depan mansion. Tapi semuanya terkunci.
“Buka pintunya! Aku mau keluar! Aku nggak mau jadi bagian dari kegilaan ini!” Hania memukul pintu dengan keras. Berusaha membuka tapi gagal.
Ia menoleh, melihat kearah halaman, lalu nekat berlari ke arah pagar tinggi. Dengan susah payah, ia mencoba memanjat, meskipun tubuhnya lelah setelah seharian bekerja.
Tapi sial. Kakinya ditarik seseorang dari belakang.
“LEPASKAN!” teriaknya, mencakar dan menendang sebisanya.
Namun dua pengawal berbadan besar menyeretnya paksa kembali masuk. Bulan berteriak, menangis, menggeliat seperti binatang terluka.
“Tolong! Lepas! Lepaskan aku!!”
Mereka menyeretnya ke kamar, mengunci pintu dari luar. Di dalam, Hania terduduk, tubuh gemetar. Air mata jatuh satu-satu, membasahi pipi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Anie Nhie
meski canggung tapi Hania tetap melakukan pekerjaannya mengganti popok bayi besar dengan penuh tanggung jawab,,/Chuckle//Chuckle/
Ya ampun,sma z penculikan dan penyekapan gak sch yg dilakukan ke Hania itu,,dia dipaksa loh buat mengandung benih Tuan Koma itu??/Frown//Frown//Frown/
gimana coba kedepannya kehidupan yg akan Hania jalani,pasti berat banget,,/Sob/
2025-06-16
3
Nina Ananda
wahh sungguh berat pekerjaan Hania, d tambah sekarang dia tau yg sebenarnya bahwa dia d tes kesuburan nya buat d tanam benih tuan CEO yg lagi koma, sungguh malang nasib Hania terjebak d mansion yg penuh tanda tanya, yg sabar ya Hania💪
2025-06-15
2
Yanti99
ya ampun. kebayang jadi Hani ngurus manusia koma harus ganti popok,,matanya ternoda sama pusaka seorang peria🤣🤣thorr kasian Hani masih polos loh wkwk...nah loh apa Hani rahim nya bakal di tanami benih ceo yg lagi koma itu
2025-06-15
2