Bab 3 : Duri di Balik Luka

Suasana rumah megah keluarga Dirgantara pagi itu dingin dan hampa. Arumi terbangun lebih awal dari biasanya, matanya masih sembab. Ia duduk di sudut kamar, memeluk lutut, membiarkan pikirannya melayang jauh. Sudah hampir dua minggu sejak pernikahan paksa itu, tapi luka di hatinya belum juga mengering. Rasa takut, cemas, dan putus asa menyatu jadi satu. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Hanya satu yang ia yakini—ia bukan pembunuh Rose, dan suatu hari kebenaran itu harus terbukti.

Pintu kamar terbuka kasar. Damian berdiri di ambang pintu dengan kemeja rapi dan wajah yang tetap dingin seperti biasanya.

“Turun. Kita sarapan,” perintahnya tanpa emosi.

Arumi hanya menunduk. “Saya… belum lapar.”

Damian menghampiri, menarik tangan Arumi hingga berdiri. “Aku tidak tanya kamu lapar atau enggak. Aku bilang, turun.”

Arumi mengangguk pelan. Ia berjalan di belakang Damian, mencoba menahan gemetar. Di meja makan, hanya ada mereka berdua. Para pelayan berdiri di kejauhan, tahu betul tak ada satu pun yang boleh ikut campur saat suasana sedang tegang.

Selama makan, Damian hanya diam, memotong roti dan menyeruput kopi hitam. Sementara Arumi sesekali meliriknya, bingung dengan sikap pria itu. Ia tak pernah tahu kapan Damian akan tenang, dan kapan amarahnya akan meledak.

Setelah beberapa menit hening, Damian berkata pelan namun tajam, “Kalau kamu berniat kabur, jangan lupa. Aku punya rekaman CCTV rumah ini. Dan kamu nggak punya siapa-siapa.”

Arumi menatapnya. “Saya tidak berniat kabur. Saya hanya ingin… membersihkan nama saya.”

Damian mendengus. “Nama kamu sudah kotor sejak malam itu.”

“Saya bersumpah… saya tidak membunuh Rose.”

“Sudah kubilang, jangan bawa-bawa nama adikku dengan mulutmu,” bentaknya, menghentak meja hingga gelas hampir terjatuh.

Arumi memejamkan mata, mencoba menahan air mata. Tapi Damian melihatnya. Sekilas saja, dan lagi-lagi, hatinya bergetar sedikit. Tapi egonya menolak untuk luluh.

---

Beberapa hari berlalu. Arumi mulai melakukan pekerjaan rumah sekadar untuk menjaga kewarasannya. Ia menyiram tanaman, membersihkan kamar, bahkan menyiapkan makanan meski tahu Damian hampir tidak pernah menyentuhnya.

Suatu sore, Arumi duduk di taman belakang. Ia menulis sesuatu di buku kecil—semacam jurnal pribadi yang menjadi satu-satunya teman curhatnya.

> Hari ke-13 setelah pernikahan kutukan.

Damian masih belum percaya padaku.

Tapi aku mulai melihat sisi lain darinya. Luka yang begitu dalam… mungkin lebih dalam dari milikku.

Aku tidak tahu bagaimana caranya membuat dia percaya. Tapi aku tidak akan menyerah.

Aku akan mencari siapa yang membunuh Rose. Demi dia… dan demi diriku sendiri.

“Menulis tentang cara kabur dariku?”

Suara itu membuat Arumi terlonjak. Damian berdiri di belakangnya, menyilangkan tangan.

Arumi buru-buru menutup bukunya. “Bukan. Saya cuma menulis… pikiran saya.”

Damian melangkah mendekat. “Kalau aku baca… apa aku bakal menemukan alasan buat percaya kamu?”

Arumi menatapnya, kali ini dengan berani. “Entahlah. Tapi kalau kamu mau membaca luka seseorang, kadang kamu harus menurunkan senjata dulu.”

Damian terdiam sejenak. Ucapan itu menusuk sesuatu dalam dirinya. Tapi seperti biasa, ia menyembunyikan semuanya di balik tatapan tajam dan nada datar.

“Mulai besok, kamu ikut aku ke kantor,” ucapnya tiba-tiba.

Arumi mengernyit. “Kenapa?”

“Aku butuh pengawasan lebih dekat. Supaya kamu nggak main-main di belakangku.”

---

Hari pertama Arumi di kantor Dirgantara Company penuh tekanan. Semua karyawan menatapnya dengan berbagai ekspresi—ada yang penasaran, ada yang mencibir, ada juga yang kasihan. Damian mengenalkan Arumi sebagai "istri", tapi caranya menyebut itu penuh dengan sindiran. Seolah dia hanya sekadar ‘hukuman berjalan’.

Saka, sang asisten pribadi Damian, menyambut Arumi dengan sopan. Ia tampak berbeda dari yang lain. Pandangannya tidak menghakimi.

“Saya Saka. Kalau Ibu Arumi butuh bantuan, bisa bicara pada saya,” katanya ramah.

“Terima kasih. Tapi… panggil saya Arumi saja,” jawab Arumi, tersenyum lemah.

Di hari itu juga, Saka memperlihatkan beberapa data penyelidikan pribadi yang ia kumpulkan. Ia belum memberi tahu Damian, tapi ia merasa ada yang janggal sejak awal.

“Saya percaya Anda tidak bersalah, Arumi. Tapi saya butuh lebih banyak bukti,” bisik Saka saat mereka berada di ruang arsip.

Arumi matanya berbinar. “Saya bersedia bantu. Apa pun. Demi Rose.”

---

Malam harinya, Damian mendapati Arumi tertidur di sofa ruang kerja rumah mereka. Di pangkuannya, beberapa dokumen dan berkas tentang kasus Rose berserakan. Pria itu mendekat, mengangkat berkas-berkas itu, dan tanpa sadar menatap wajah Arumi dalam diam.

Perempuan itu… terlihat damai saat tidur. Tidak ada jejak niat jahat. Tidak ada ekspresi penipu.

Damian mendesah, kemudian memungut selimut dan menyelimuti tubuh Arumi secara perlahan. Tapi sebelum ia menjauh, tangan Arumi menggenggam ujung bajunya.

“Jangan pergi…” gumam Arumi dalam tidurnya, entah sedang bermimpi apa.

Damian membeku di tempat. Dadanya terasa sesak, tapi ia segera menarik diri dan pergi tanpa suara.

---

Beberapa hari kemudian, Saka menemukan petunjuk baru. Ia menunjukkan pada Arumi sebuah foto dari CCTV toko kelontong di dekat lokasi kejadian. Terlihat dua orang mencurigakan dengan jaket hitam dan masker—mirip dengan deskripsi Rose sebelum meninggal.

“Kalau kita bisa menemukan siapa yang beli masker ini, mungkin kita bisa buka jalannya,” kata Saka.

Mereka mulai menelusuri penjualnya, sampai menemukan satu toko yang mencatat pembelian besar-besaran masker dan sarung tangan sehari sebelum Rose ditembak.

Arumi langsung bersemangat. “Kita bisa pakai ini buat buka penyelidikan ulang!”

Tapi Saka menahan. “Tenang dulu. Kita butuh lebih dari ini. Kalau terlalu cepat, bisa-bisa pelaku kabur.”

Namun sayangnya, percakapan mereka terdengar oleh salah satu staf yang ternyata punya hubungan dengan keluarga Adam. Informasi itu langsung diteruskan diam-diam…

---

Malamnya, Arumi kembali tidur di sofa. Tapi kali ini Damian duduk di kursi seberang, memperhatikannya dengan tatapan kosong. Ia teringat bagaimana adiknya sering bercerita tentang kisah cintanya dengan Adam—terlalu sempurna hingga membuat Damian khawatir. Dan kekhawatiran itu terbukti benar.

Arumi terbangun dan kaget melihat Damian di sana.

“Kenapa… kamu di sini?”

“Menjaga. Takut kamu kabur sambil bawa semua dokumen,” jawabnya sinis.

Arumi tersenyum miris. “Kalau aku kabur, kamu akan kehilangan satu-satunya orang yang masih mencoba cari tahu kebenaran tentang Rose.”

“Berhenti sok suci.”

“Berhenti bersikap seolah kamu satu-satunya orang yang kehilangan, Damian.”

Damian terdiam. Ucapan itu menyentak hatinya keras.

“Kamu bukan satu-satunya yang merasa hancur. Aku juga. Aku kehilangan masa depanku, kehilangan kebebasan, kehilangan diriku sendiri. Tapi aku tetap di sini… untuk Rose. Untuk kamu.”

Air mata Arumi mengalir, dan kali ini, Damian tidak membentaknya. Ia hanya memalingkan wajah, karena ada sesuatu di matanya juga—air yang belum jatuh, tapi sudah menumpuk.

---

Episodes
1 Bab 1: Kepergian Yang Menghancurkan
2 Bab 2: Luka yang membakar
3 Bab 3 : Duri di Balik Luka
4 Bab 4: Luka yang Berbisik
5 Bab 5 : Jejak di Balik Nama
6 Bab 6: Luka Yang Terbuka
7 Bab 7 : Kebenaran Tak Pernah Satu
8 Bab 8: Bayangan Di Balik Nama
9 Bab 9: Nama Yang Tak Pernah Di Sebut
10 Bab 10: Pertemuan Yang Tak Bisa Dielakkan
11 Bab 11 : Rooftop
12 Bab 12 : Menemukan Pelabuhan
13 Bab 13 : Kamu dan Aku, Selamanya
14 Bab 14 : Bayangan dari Masa Lalu
15 Bab 15 : Runtuh Diantara Bayangan
16 Bab 16 : Lolos dari jebakan Jesica
17 Bab 17 : Unboxing 21+
18 Bab 18: Menyatakan Perasaan
19 Bab 19: Kabar Bahagia Dan Kembalinya Mantan Tunangan
20 Bab 20: Hubungan Yang Retak
21 Bab 21 : Cinta Dalam Tiap Detik
22 Bab 22 : Menunggu Cinta Kecil Kita
23 Bab 23: Rumah Yang Kita Bangun
24 Bab 24: Pelukan Yang Menyembuhkan
25 Bab 25: Rumah Selamanya ( end kisah Arumi dan Damian)
26 Bab 26: Rumah Tanpa Syarat ( Saka dan Angel)
27 Bab 27 : Ketika Badai Datang
28 Bab 28: Rumah Yang Tak Pernah Sama
29 Bab 29: Kunjungan Yang Menghangatkan
30 Bab 30 : Janji Yang Diukir Waktu
31 Bab 31 : Titik Balik
32 Bab 32 : Keluarga Yang Terus Bertumbuh
33 Bab 33 : Dia Detak Dalam Satu Hati
34 Bab 34 : Peluk aku, Dua kali lebih erat
35 Bab 35: Cinta Yang Tak Terbatas
36 Bab 36: Menanti Kehadiran
37 Bab 37: Pelukan Pertama, Malam Pertama
38 Bab 38: Sepasang Sayap Di Tengah Badai
39 Bab 39: Langkah Kecil, Harapan Besar
40 Bab 40: Tamat Season 1 dan Prolog
41 Season 2 : Menyerah
42 Season 2 : Bertemu
43 Season 2: Bertemu 2
44 Season 2 : Hilang Harapan
45 Season 2 : bingung judulnya apa
46 Season 2
47 Season 2: Kecelakaan dan Kabar Mengejutkan
48 Season 2
49 Season 2 : Hampir Kehilangan
50 Season 2
51 Season 2 : Pelan-pelan Tapi Bersama
52 Season 2
53 Season 2 : Ganti Panggilan
54 Season 2 : Pergi
55 Season 2 : Cerita, Canda, dan Cemburu
56 Season 2 : Lamaran
57 Season 2 : Bertengkar
58 Season 2 : Berkunjung ke Mansion Dirgantara
59 Season 2 : Fitting baju + manja maksimal
60 Season 2: Akad Cinta Elio dan Aluna
61 Season 2 : Malam Pertama
62 Season 2: Kabar Bahagia
63 Season 2 : Dua Garis Bahagia
64 Season 2 : Si Papa Protektif Sampai ke Ubun-ubun
65 Season 2 : Ngidam, Mood Swing, dan Suami Paling Tahan Banting
66 Season 2: Papa Siaga
67 Season 2 : Periksa kandungan
68 Season 2: Trimester kedua
69 Season 2: Lahiran
70 Season 2 : Tamat
Episodes

Updated 70 Episodes

1
Bab 1: Kepergian Yang Menghancurkan
2
Bab 2: Luka yang membakar
3
Bab 3 : Duri di Balik Luka
4
Bab 4: Luka yang Berbisik
5
Bab 5 : Jejak di Balik Nama
6
Bab 6: Luka Yang Terbuka
7
Bab 7 : Kebenaran Tak Pernah Satu
8
Bab 8: Bayangan Di Balik Nama
9
Bab 9: Nama Yang Tak Pernah Di Sebut
10
Bab 10: Pertemuan Yang Tak Bisa Dielakkan
11
Bab 11 : Rooftop
12
Bab 12 : Menemukan Pelabuhan
13
Bab 13 : Kamu dan Aku, Selamanya
14
Bab 14 : Bayangan dari Masa Lalu
15
Bab 15 : Runtuh Diantara Bayangan
16
Bab 16 : Lolos dari jebakan Jesica
17
Bab 17 : Unboxing 21+
18
Bab 18: Menyatakan Perasaan
19
Bab 19: Kabar Bahagia Dan Kembalinya Mantan Tunangan
20
Bab 20: Hubungan Yang Retak
21
Bab 21 : Cinta Dalam Tiap Detik
22
Bab 22 : Menunggu Cinta Kecil Kita
23
Bab 23: Rumah Yang Kita Bangun
24
Bab 24: Pelukan Yang Menyembuhkan
25
Bab 25: Rumah Selamanya ( end kisah Arumi dan Damian)
26
Bab 26: Rumah Tanpa Syarat ( Saka dan Angel)
27
Bab 27 : Ketika Badai Datang
28
Bab 28: Rumah Yang Tak Pernah Sama
29
Bab 29: Kunjungan Yang Menghangatkan
30
Bab 30 : Janji Yang Diukir Waktu
31
Bab 31 : Titik Balik
32
Bab 32 : Keluarga Yang Terus Bertumbuh
33
Bab 33 : Dia Detak Dalam Satu Hati
34
Bab 34 : Peluk aku, Dua kali lebih erat
35
Bab 35: Cinta Yang Tak Terbatas
36
Bab 36: Menanti Kehadiran
37
Bab 37: Pelukan Pertama, Malam Pertama
38
Bab 38: Sepasang Sayap Di Tengah Badai
39
Bab 39: Langkah Kecil, Harapan Besar
40
Bab 40: Tamat Season 1 dan Prolog
41
Season 2 : Menyerah
42
Season 2 : Bertemu
43
Season 2: Bertemu 2
44
Season 2 : Hilang Harapan
45
Season 2 : bingung judulnya apa
46
Season 2
47
Season 2: Kecelakaan dan Kabar Mengejutkan
48
Season 2
49
Season 2 : Hampir Kehilangan
50
Season 2
51
Season 2 : Pelan-pelan Tapi Bersama
52
Season 2
53
Season 2 : Ganti Panggilan
54
Season 2 : Pergi
55
Season 2 : Cerita, Canda, dan Cemburu
56
Season 2 : Lamaran
57
Season 2 : Bertengkar
58
Season 2 : Berkunjung ke Mansion Dirgantara
59
Season 2 : Fitting baju + manja maksimal
60
Season 2: Akad Cinta Elio dan Aluna
61
Season 2 : Malam Pertama
62
Season 2: Kabar Bahagia
63
Season 2 : Dua Garis Bahagia
64
Season 2 : Si Papa Protektif Sampai ke Ubun-ubun
65
Season 2 : Ngidam, Mood Swing, dan Suami Paling Tahan Banting
66
Season 2: Papa Siaga
67
Season 2 : Periksa kandungan
68
Season 2: Trimester kedua
69
Season 2: Lahiran
70
Season 2 : Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!