Cinta langsung melangkahkan kakinya menuju kelasnya begitu berpisah dengan Langit. Namun, belum sempat ia masuk ke dalam kelasnya, ia tidak sengaja melihat Awan yang tengah duduk seorang diri di depan kelasnya sambil membaca sebuah buku. Ia terlihat sedang mendengarkan lagu dengan eardphone yang menempel di kedua telinganya.
Awan yang satu jurusan dengan Cinta memang tidak satu kelas dengannya. Namun, karena Awan adalah lelaki yang sangat didambakan oleh adiknya, maka dari itu Pelangi sering kali berkunjung ke fakultasnya Cinta hanya untuk melihat sang pujaan hatinya itu.
"Pria yang aneh," gumam Cinta pelan kemudian melanjutkan kembali langkahnya.
“Ta, elo udah ngerjain tugas Kriminalogi belum?” tanya Sasha yang merupakan teman sekelasnya Cinta begitu melihat temannya itu hendak berjalan memasuki kelas.
“Udah, kenapa?” jawabnya pendek.
“Nyontek, dong!” katanya cengengesan.
“Kebiasaan lo!”
“Pliss, nanti gue jajanin bakso, deh.”
"Bakso? Lagi nggak pengen bakso gue."
"Oke, gue jajanin apa yang lo mau, deh."
"Hokben, yee?"ujar Cinta sambil tersenyum centil dan menaik turunkan kedua alisnya.
"Busett!! Dasar manusia Hokben, seneng banget sama Hokben."
"Jadi, mau apa kagak?"
"Iya, nanti gue jajanin Hokben. Tapi, gue nyontek, yee?"
“Iya, nanti gue contekin.”
“Ya udah, sampai jumpa di kelas!” teriaknya kemudian pergi.
“Eh, lo mau ke mana?” teriak Cinta begitu temannya itu pergi setelah berbicara dengannya.
“Kantin! Lapar gue!” katanya menjawab.
“Eh, presentasi untuk Hukum Pidana Internasional gimana? Belajar dulu buat persiapan. Elo jangan sampai kelihatan oon nanti di depan.”
“Setelah gue makan ya, Ta!” sahutnya setengah berteriak.
Mendengar jawabannya, Cinta hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Cinta memang sudah mengenal dengan jelas watak teman sekelasnya itu. Sejak awal masuk perkuliahan, ia memang sudah lumayan akrab dengan Sasha.
Cinta yang urakan tapi pintar, selalu menjadi bahan contekan teman-teman dekatnya. Saking terlalu baiknya, ia selalu mengejarkan tugas kelompok seorang diri setiap kali ada presentasi.
Itu special hanya untuk teman dekatnya saja. Kalau hanya teman biasa, Cinta tak pernah mau capek-capek melakukan semua itu. Karena ia terkenal sebagai gadis yang bermulut tajam. Sering menyindir pedas di depan orangnya langsung, blak-blakkan dan perkataannya itu selalu menohok.
“Ko, bisa sih gue tahan temenan sama dia?” gumam Cinta sambil memandang ke mana arah Sasha pergi.
♪♪♪
Selama berada di dalam kelas, Langit terlihat sibuk membaca buku dengan kacamata bacanya. Beberapa dari perempuan teman sekelasnya pun mulai memperhatikannya. Bahkan, beberapa dari mereka juga terlihat seperti berbisik-bisik kecil dan memuji ketampanan Langit yang katanya mirip Kim Woobin itu.
Langit memang sangat populer di Fakultasnya. Hampir semua perempuan yang berada di Fakultas Tehnik sangat mengagumi ketampanan dan kepintarannya itu.
Langit itu orangnya memang cuek jika sudah melewati kerumunan perempuan-perempuan yang selalu memandanginya. Namun, ada beberapa dari perempuan-perempuan itu yang sejak awal masuk perkuliahan memang sudah mengagumi Langit secara diam-diam.
“Ra, mau sampai kapan lo mandangin terus si Langit?” tanya Keke yang sejak tadi melihat teman yang duduk di sebelahnya itu memperhatikan Langit terus.
Kejora, teman satu kelas Langit itu emang sudah naksir berat kepadanya. Sejak awal masuk perkuliahan, ia selalu satu kelas dengan Langit. Tapi, sepertinya Langit tidak pernah memperhatikannya sedikit pun.
Gadis berambut ikal dan berkacamata tebal itu memang tidak begitu terkenal di kalangan teman-temannya. Kejora hanya bisa menjadi pengagum rahasia Langit, ia sendiri belum pernah sekali pun berbincang-bincang dengannya walau selalu satu kelas dengannya dari semester awal.
Padahal, ia ingin sekali bisa mengenal Langit jauh lebih dalam. Dan, Kejora sendiri ingin sekali bisa dekat dan berbincang-bincang dengannya seperti perempuan yang lain.
Langit yang tidak sengaja melirik ke arah belakang; tepatnya ke arah Kejora dan temannya, membuatnya langsung salah tingkah dan cepat-cepat menutupi wajahnya dengan menggunakan buku.
“Loh, kenapa malah di tutup, Ra? Itu kan kesempatan lo supaya Langit bisa ngelihat lo!” seru Keke yang berusaha melepaskan buku yang menutupi wajah temannya itu.
“Jangan di buka, gue malu tahu!” katanya yang tampak gugup.
“Akh, sama sekali gak ada kemajuan. Gak bosen apa lo jadi pengagum rahasianya Langit? Mau sampai kapan elo kaya gini terus?”
Kejora hanya terdiam dan memonyongkan mulutnya. “Gengsi gue, Ke. Langit terlalu ganteng buat gue. Dia mana mau ngelirik gue.”
“Usaha dong, Ra. Jangan diem terus gitu!”
“Takut gue, Ke. Dia terlalu sempurna di mata gue. Temen-temennya aja pada gaul gitu,” jawabnya yang masih melirik diam-diam ke arah Langit yang sedang berbincang-bincang dengan temannya.
“Sok tahu banget lo. Langit temenan sama siapa aja kali. Setidaknya, Langit harus tahu tentang keberadaan lo.”
“Pengen banget gue deket dan temenan gitu sama Langit. Tapi, gue terlalu minder.”
"Mau sampai kapan minder terus, Ra? Kalau lo diem terus, Langit nggak akan pernah kenal atau bahkan gak akan pernah sadar ada keberadaan lo di sekelilingnya selama ini. "
"Bagi gue, mengaguminya secara diam-diam seperti ini dan bisa melihatnya ada di sekitar gue saja, itu sudah lebih dari cukup."
Keke hanya bisa menghela nafas pendek dan kembali menatap ke arah Langit yang disukai temannya itu sejak lama.
“Lang, kayanya cewe-cewe di belakang pada ngomongin lo,” bisik Regan hingga membuat Langit langsung melirik ke belakang.
“Siapa?”
“Biasalah, cewe-cewe tukang gosip. Paling ngomongin kegantengan lo.”
Langit tersenyum tipis dan kembali melihat foto-foto yang berada di kameranya.
“Nggak nyobain pacaran sama salah satu diantara mereka?” tanya Regan kembali.
“Emangnya mereka makanan harus di coba segala,” jawab Langit asal.
“Serius gue, Lang. Cewe-cewe itu kan pada suka sama lo. Elo ganteng, tajir, pinter lagi. Tinggal milih aja kalau lo niat pacarin mereka.”
Mendengar Regan berbicara seperti itu, Langit tersenyum menyeringai dan menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Gue gak niat pacaran. Kalau pun gue pengen punya pacar, pacar gue harus deket sama saudara-saudara gue dulu. Dia harus bisa mengambil hati saudara gue. Itu syarat mutlak yang harus dilakukan oleh calon pacar gue.”
“Busett! Sistem eliminasi, dong?”
Langit tertawa dan kembali berkutat dengan kameranya. Regan ini salah satu teman dekatnya Langit. Walau dia itu playboy, tapi dia adalah teman yang baik dan bisa diandalkan.
Regan sering sekali memberikan tips berpacaran dan PDKT kepada Langit yang cuek banget sama yang namanya cewe. Regan ini memang aneh, tapi dia itu setia kawan dan mempunyai hobby yang sama sepertinya.
Memotret, itulah hal yang membuat mereka menjadi dekat meski pun sifat mereka saling bertolak belakang.
“Gue punya kenalan cewe, nih. Mau nggak?”
“No, thank’s.”
“Seksi loh, kaya bu Ike,” bisik Regan hingga membuat Langit langsung menoyor kepala Regan dengan kasar.
“Geblek lu!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments