Bab 4: Makan Si "Monster Air"

Mu Yao berpikir, untuk bisa melindungi keluarganya, hal pertama yang harus ia lakukan adalah memastikan perut mereka kenyang. Mereka tidak boleh lagi hidup dengan makan sehari kenyang, sehari lapar. Maka ia pun duduk tegak. "Sss...," ia meringis—bagian pinggang bawahnya terasa nyeri. Saat diraba, sepertinya ada benjolan bengkak.

Suara desahannya membuat Ayah Mu panik.

“Daya (panggilan sayang untuk putri sulung), kenapa kamu bangun? Sakit lagi ya?”

Si bungsu juga ikut panik, terus memanggil, “Kakak! Kakak!”

Mu Yao buru-buru menenangkan mereka. “Ayah, Adik, aku nggak apa-apa kok. Cuma mau gerak-gerakin badan aja. Kalian nggak usah khawatir. Nih, lihat deh.”

Sambil bicara, ia langsung pakai sepatu, berdiri, angkat tangan, tendang kaki—menunjukkan bahwa dirinya benar-benar baik-baik saja.

“Kalau Daya beneran udah nggak papa, Ayah jadi tenang,” kata Ayah Mu menghela napas lega.

Setelah Mu Yao selesai membersihkan tubuh ayahnya, Liu Shi (ibu mereka) pun pulang sambil memanggul sebungkus kecil tepung halus dan membawa beberapa butir telur. Melihat putrinya sudah bisa berjalan ke sana ke mari, Liu Shi pun merasa tenang dan langsung mulai memasak.

---

Selesai sarapan, Mu Yao bilang ke ayah dan ibunya kalau ia mau ajak adiknya pergi ke sungai kecil buat cari ikan. Ayah dan ibu awalnya khawatir karena kondisi tubuhnya, tapi karena tak bisa menolak, akhirnya mereka setuju juga.

Mu Yao lalu berkata, “Ayah, Ibu, waktu aku pingsan kemarin, aku mimpi ketemu kakek berjanggut putih. Katanya aku punya takdir istimewa dan dia mau jadi guruku, ngajarin banyak keahlian! Dia juga kasih nama bagus buat aku dan adik. Katanya kami berdua nanti bakal hidup kaya raya!”

“Wah! Beneran? Namanya apa? Cepet kasih tahu Ibu dong!” seru Liu Shi penuh semangat.

Ayah Mu juga menatap penuh harap. Dari kecil, kedua anak ini memang belum punya nama resmi. Katanya sih supaya mudah dirawat, tapi sekarang mereka udah besar, masa terus-terusan dipanggil begitu?

Si bungsu juga menatap penuh harap pada kakaknya. Dia bakal punya nama baru juga?

“Aku namanya Mu Yao. Yao-nya dari ‘Peri Kolam Giok’. Kata si kakek, takdirku ada di atas langit ke-9—terhormat dan mulia banget!”

Sebenarnya, Mu Yao tidak benar-benar mimpi ketemu kakek berjanggut. Ia cuma ingin kembali pakai nama aslinya, dan dengan cerita ‘guru’ ini, ia bisa perlahan-lahan menunjukkan keahliannya dari kehidupan sebelumnya tanpa bikin orang tua ketakutan.

Adiknya yang belum dengar namanya sendiri mulai cemas dan narik-narik lengan baju kakaknya. “Kak, kak, terus namaku apa?”

Mu Yao tersenyum lembut padanya. “Anak lelaki keluarga kita ini punya nasib penuh air, ditakdirkan menjelajah lima danau dan empat lautan, jadi pahlawan sejati yang hidup bebas!”

Siapa sangka, omongan ngawur Mu Yao hari ini kelak benar-benar jadi kenyataan?

“Bagus banget namanya!” Ayah Mu begitu terharu dan berkata ke Liu Shi, “Peri Kolam Giok, hidup bebas keliling dunia... denger aja udah luar biasa. Anak kita kelak pasti bakal jadi orang besar!”

Liu Shi juga sangat senang. “Acheng, anak-anak kita nggak cuma cantik dan tampan, namanya juga keren banget! Kita beruntung banget punya mereka!”

Mulai hari itu, tiap kali ketemu tetangga, pasangan suami istri ini selalu cerita soal nama anak-anak mereka dan takdir hebat Mu Yao—murid dewa, kelak jadi orang kaya! Mu Xiao (adik Mu Yao) bahkan digambarkan seperti pendekar atau jenderal hebat. Gara-gara promosi ini, Mu Yao pun jadi lebih gampang menjalankan rencananya ke depan.

---

Setelah dapat kembali namanya dan melihat orang tuanya senang, Mu Yao pun ikut bahagia. Ia membawa jala ikan buatan Ayah dan satu ember, lalu menggandeng adiknya ke sungai kecil di luar desa.

Letaknya nggak jauh, sekitar dua li dari rumah. Kalau di kehidupan dulu, Mu Yao bisa sampai sana cuma beberapa menit. Tapi karena sekarang sambil ajak adik kecilnya, mereka butuh lebih dari 10 menit.

Mu Yao bukan ingin adiknya bantu menangkap ikan, tapi biar tubuhnya terbiasa bergerak. Dibanding anak-anak seumuran di desa, tubuh adiknya lebih kecil dan kurus. Harus makan makanan bergizi seperti ikan! Tapi Mu Yao juga nggak akan jelaskan soal protein atau gizi ke orang tuanya—mereka nggak bakal ngerti. Untungnya, mereka percaya penuh pada semua yang dikatakan putrinya, bahkan soal kakek berjanggut putih itu.

Punya orang tua yang begitu menyayanginya dan percaya sepenuhnya—itu adalah keberuntungan terbesar Mu Yao!

---

Tepi sungai itu sepi banget, siang bolong pun tak ada satu orang pun. Karena jarang didatangi, tanah di pinggirnya jadi lembek. Mu Yao pilih area yang agak keras dan ada batuan, lalu menyuruh adiknya berdiri di belakangnya agar tidak kena cipratan air.

Sungainya tidak lebar, cuma sekitar 30 meter, tapi airnya cukup dalam. Dari ingatan pemilik tubuh ini sebelumnya, Mu Yao tahu kalau pernah ada anak desa yang tenggelam di sungai ini. Karena itu, warga tak pernah izinkan anak mereka bermain di dekatnya.

Tapi keluarga Mu yang miskin, saat sudah benar-benar tidak ada makanan, kadang datang ke sini untuk cari ikan sekadar mengisi perut.

Sungguh sayang sumber daya sebagus ini tidak dimanfaatkan!

Kalau Mu Yao sudah datang, maka semua ini harus bisa jadi sumber uang baginya!

---

Di kehidupan sebelumnya, Mu Yao biasa pakai pisau atau ranting tajam buat tikam ikan, atau langsung pakai tangan. Tapi sekarang tubuhnya lemah, jadi cuma bisa pakai jala.

Ketika sekelompok ikan berenang ke arahnya, mereka sempat bingung. "Hah? Manusia? Mereka ngapain? Mau main sama kita?"

Ikan-ikan ini jelas tidak punya kesadaran bahaya. Mu Yao tersenyum dalam hati. “Hari ini aku ajarin kalian satu hal: jangan pernah kehilangan kewaspadaan!”

Tanpa tahu niat Mu Yao, ikan-ikan itu malah berenang ke kakinya dan mengeluarkan gelembung seolah gembira. Mu Yao dalam hati berkata, “Dasar bodoh!”

Begitu melihat momen pas, ia segera menjala mereka!

Sayangnya, ukuran ikan-ikannya kecil. Untuk dijadikan ikan asin atau digoreng pun tidak layak. Jadi Mu Yao memutuskan untuk lepaskan lagi. Ia hanya ambil beberapa ekor udang besar (yang disebut ‘monster air’ oleh warga dan tidak ada yang berani makan) ke dalam ember, sisanya dilepas kembali.

Mu Xiao melihat kakaknya buang semua ikan, mengira kakaknya cuma main. Dia juga ingin coba, tapi tubuhnya terlalu kecil. Nanti kalau sudah besar, dia juga mau bantu kakaknya tangkap ikan.

Ikan-ikan kecil yang dibuang pun merasa sedih. “Kakak nggak mau main sama kita karena kita kecil, ya? Huh, bawa Mama ke sini!”

Tak lama, mereka balik lagi dengan keluarga lengkap. Bahkan membalikkan badan pamer perut putih mereka, “Hah, masih mau buang kami?!”

Mu Yao tertawa terpingkal-pingkal. “Ikan-ikan ini lucu banget!”

Ia menjala dua kali lagi dan dapat enam sampai tujuh ikan besar. Salah satunya beratnya lebih dari satu kilo!

Beberapa ikan dia kenali, beberapa lagi tidak. Tapi yang pasti, ikan-ikan ini liar dan sehat, jauh lebih baik dari yang diternak di masa modern. Awalnya Mu Yao ingin ambil empat ekor saja, tapi ternyata hasilnya jauh melebihi target!

Mu Xiao senang sekali. “Kakak hebat banget! Nanti Xiao juga mau tangkap ikan buat Kakak makan!”

Mu Yao tersenyum dan mengusap kepala adiknya. “Xiao paling baik. Nanti kalau sudah besar, Kakak tunggu masakan ikan dari kamu ya.”

Mereka pun pulang dengan ember penuh ikan. Di belakang, para ikan masih berseru, “Kakak peri, datang main lagi ya!”

Tapi mereka tak tahu, peri yang mereka puja ini nantinya akan menyebabkan keluarga ikan berantakan. Hari ini Kakak Ikan hilang, besok Adik Udang lenyap. Seluruh dunia bawah laut jadi penuh ketakutan.

Begitu lihat Mu Yao dari jauh, mereka langsung kabur. “Dewa, tolong! Jauhkan iblis kecil ini dari kami!”

Tapi semua itu tidak penting bagi Mu Yao.

---

Makan siang dimasak oleh Mu Yao sendiri, Liu Shi membantunya. Ia bersihkan lima ikan besar dan mulai masak. Malam nanti juga tinggal panaskan ulang saja, makin dipanaskan malah makin enak.

Begitu ikan setengah matang, udang besar dimasukkan juga. Ia menaburkan sedikit garam dan bumbu seadanya. Sayangnya, tidak ada cabai. Tapi saat ini tubuh keluarga belum kuat, jadi makanan pedas memang sebaiknya dihindari dulu.

Sisa ikan diasinkan dan dijemur jadi ikan kering, disimpan untuk musim dingin.

Saat makan siang, Ayah Mu dan Liu Shi makan banyak. Mereka tak menyangka rasa ikan bisa seenak itu. Bahkan ‘monster air’ yang dikupas kulitnya pun rasanya seperti daging!

Mu Xiao juga mengelus perutnya. “Kakak, besok Xiao mau makan ikan buatan Kakak lagi!”

“Baiklah, Xiao sayang. Kakak akan masak makanan enak setiap hari buat kamu.”

Lihat keluarganya makan dengan gembira, hati Mu Yao pun ikut hangat. Sudah lama sekali keluarga ini tak bisa makan kenyang seperti hari ini.

---

Setelah itu, orang-orang desa mulai bergosip: “Sepertinya Daya kepalanya terbentur—sampai-sampai berani makan monster air!”

Mu Yao cuma bisa mengelus dada. “Sudah aku kasih jalan menuju kekayaan, kalian malah nggak percaya. Ya sudah, nasib kalian.”

Setelah warga desa Xiaonan kehilangan kesempatan selama setahun penuh, barulah mereka sadar Mu Yao benar. Sejak itu, Mu Yao diperlakukan seperti dewi, semua kata-katanya dipercaya. Dan mereka pun ikut melangkah di jalan menuju kekayaan yang bersinar terang.

Terpopuler

Comments

y@y@

y@y@

💥👍🏾⭐👍🏾💥

2025-07-03

0

Murni Dewita

Murni Dewita

next

2025-06-22

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Kecelakaan Pesawat
2 Bab 2: Bepergian Melalui Waktu dan Ruang sebagai Gadis Petani
3 Bab 3: Rasanya Sangat Menyenangkan Dimanja oleh Orang Tuamu
4 Bab 4: Makan Si "Monster Air"
5 Bab 5: Daging Ular Juga Bisa Dimakan?
6 Bab 6 : Mengobati Ayah
7 Bab 7 : Bikin Sepatu Kulit
8 Bab 8 : Dapet Mutiara Secara Gak Sengaja
9 Bab 9 : Naik Gunung Cari Obat
10 Bab 10: Tahu Tapi Tak Dibuka-bukaan
11 Bab 11 : Apa Aja Mau, Asal Jangan Rugi!
12 Bab 12 : Kemampuan Kecil Milik Mu Xiao
13 Bab 13 : Daging Bisa Dimakan Kayak Gini Juga?
14 Bab 14: Manusia Salju
15 Bab 15 : Naik Gunung Bareng Ayah
16 Bab 16 : Kilas Balik Masa Lalu
17 Bab 17 : Masa Kecil Mu Yao
18 Bab 18 : Kejutan yang Tak Disangka
19 Bab 19 : Jeroan Babi yang Enak Banget
20 Bab 20 - Ramuan Ajaib: Akar Huangqi
21 Bab 21 : Bikin Pangsit
22 Bab 22: Salju Lotus yang Tiba-Tiba Menghilang
23 Bab 23 : Si Tuan Muda Su Mo Yang Sial
24 Bab 24 : Penemuan Aneh di Gunung (Bagian 1)
25 Bab 25 : Penemuan Aneh di Gunung (Bagian 2)
26 Bab 26 : Perampok Gunung Masuk ke Desa
27 Bab 27: Persiapan Sebelum Serangan
28 Bab 28 : Menggulung Sarang Bandit
29 Bab 29 : Dapat Hadiah Seratus Tael Perak
30 Bab 30: Menghilang Lagi Tanpa Jejak
31 Bab 31 : Rencana Buka Usaha
32 Bab 32 : Pertama Kali Bertemu Si Rubah Bermuka Tampan
33 Bab 33 : Menjadi Pemegang Saham di Zui Xian Lou
34 Bab 34 : Menerapkan Sistem Keanggotaan
35 Bab 35 : Renovasi Besar - besaran di Zui Xian Lou
36 Bab 36 – Kain Sapu Tangan Bordir
37 Bab 37 : Hari Pertama Pembukaan Zui Xian Lou
38 Bab 38 : Menggali Es untuk Menangkap Ikan
39 Bab 39 : Sekeluarga Tukang Hitung Uang
40 Bab 40 : Pasar Akhir Tahun dan Menyambut Tahun Baru
41 Bab 41 : Tahun Baru Pertama Setelah Transmigrasi
42 Bab 42 : Bahaya di Pegunungan
43 Bab 43 : Terjun Bersama Sang Raja Serigala
44 Bab 44 : Berkah Tersembunyi, Ingatan yang Kembali
45 Bab 45 : Pondok Bambu Ajaib
46 Bab 46: Lembah Labu
47 Bab 47 : Penjaga Desa Xiaonan
48 Bab 48 : Menanam Ubi dan Kacang Tanah
49 Bab 49 : Beli Tanah
50 Bab 50 : Gambar Denah
51 Bab 51 : Mulai Membangun Rumah
52 Bab 52 : Si Salju yang Manja
53 Bab 53 : Kaca Pertama yang Lahir
54 Bab 54: Keluarga Pedagang Kekaisaran: Klan Su
55 Bab 55 : Asal Usul Su Mo
56 Bab 56 : Putri Wilayah Yuyao
57 Bab 57 : Keluarga yang Saling Menyayangi
58 Bab 58: Kusir Bernama Bei Si
59 Bab 59: Pembangunan Bagian Dalam Pabrik Arak
60 Bab 60: Membuat Semprotan Baru
61 Bab 61: Pembukaan Kedai Arak
62 Bab 62 : Si Menyebalkan dari Bayangan Utara
63 Bab 63 : Membangun Jembatan Itu Susahnya Bukan Main
64 Bab 64: Kembali ke Lembah Hulu
65 Bab 65 : Mata-mata dari Negara Dawan
66 Bab 66: Berpisah Menjadi Dua Jalur
67 Bab 67 : Tiga Roh Penjaga Ruang
68 Bab 68: Utusan dari Ibu Kota
69 Bab 69: Penempatan di Lembah Hulu
70 Bab 70: Kembalinya Bei Si
Episodes

Updated 70 Episodes

1
Bab 1: Kecelakaan Pesawat
2
Bab 2: Bepergian Melalui Waktu dan Ruang sebagai Gadis Petani
3
Bab 3: Rasanya Sangat Menyenangkan Dimanja oleh Orang Tuamu
4
Bab 4: Makan Si "Monster Air"
5
Bab 5: Daging Ular Juga Bisa Dimakan?
6
Bab 6 : Mengobati Ayah
7
Bab 7 : Bikin Sepatu Kulit
8
Bab 8 : Dapet Mutiara Secara Gak Sengaja
9
Bab 9 : Naik Gunung Cari Obat
10
Bab 10: Tahu Tapi Tak Dibuka-bukaan
11
Bab 11 : Apa Aja Mau, Asal Jangan Rugi!
12
Bab 12 : Kemampuan Kecil Milik Mu Xiao
13
Bab 13 : Daging Bisa Dimakan Kayak Gini Juga?
14
Bab 14: Manusia Salju
15
Bab 15 : Naik Gunung Bareng Ayah
16
Bab 16 : Kilas Balik Masa Lalu
17
Bab 17 : Masa Kecil Mu Yao
18
Bab 18 : Kejutan yang Tak Disangka
19
Bab 19 : Jeroan Babi yang Enak Banget
20
Bab 20 - Ramuan Ajaib: Akar Huangqi
21
Bab 21 : Bikin Pangsit
22
Bab 22: Salju Lotus yang Tiba-Tiba Menghilang
23
Bab 23 : Si Tuan Muda Su Mo Yang Sial
24
Bab 24 : Penemuan Aneh di Gunung (Bagian 1)
25
Bab 25 : Penemuan Aneh di Gunung (Bagian 2)
26
Bab 26 : Perampok Gunung Masuk ke Desa
27
Bab 27: Persiapan Sebelum Serangan
28
Bab 28 : Menggulung Sarang Bandit
29
Bab 29 : Dapat Hadiah Seratus Tael Perak
30
Bab 30: Menghilang Lagi Tanpa Jejak
31
Bab 31 : Rencana Buka Usaha
32
Bab 32 : Pertama Kali Bertemu Si Rubah Bermuka Tampan
33
Bab 33 : Menjadi Pemegang Saham di Zui Xian Lou
34
Bab 34 : Menerapkan Sistem Keanggotaan
35
Bab 35 : Renovasi Besar - besaran di Zui Xian Lou
36
Bab 36 – Kain Sapu Tangan Bordir
37
Bab 37 : Hari Pertama Pembukaan Zui Xian Lou
38
Bab 38 : Menggali Es untuk Menangkap Ikan
39
Bab 39 : Sekeluarga Tukang Hitung Uang
40
Bab 40 : Pasar Akhir Tahun dan Menyambut Tahun Baru
41
Bab 41 : Tahun Baru Pertama Setelah Transmigrasi
42
Bab 42 : Bahaya di Pegunungan
43
Bab 43 : Terjun Bersama Sang Raja Serigala
44
Bab 44 : Berkah Tersembunyi, Ingatan yang Kembali
45
Bab 45 : Pondok Bambu Ajaib
46
Bab 46: Lembah Labu
47
Bab 47 : Penjaga Desa Xiaonan
48
Bab 48 : Menanam Ubi dan Kacang Tanah
49
Bab 49 : Beli Tanah
50
Bab 50 : Gambar Denah
51
Bab 51 : Mulai Membangun Rumah
52
Bab 52 : Si Salju yang Manja
53
Bab 53 : Kaca Pertama yang Lahir
54
Bab 54: Keluarga Pedagang Kekaisaran: Klan Su
55
Bab 55 : Asal Usul Su Mo
56
Bab 56 : Putri Wilayah Yuyao
57
Bab 57 : Keluarga yang Saling Menyayangi
58
Bab 58: Kusir Bernama Bei Si
59
Bab 59: Pembangunan Bagian Dalam Pabrik Arak
60
Bab 60: Membuat Semprotan Baru
61
Bab 61: Pembukaan Kedai Arak
62
Bab 62 : Si Menyebalkan dari Bayangan Utara
63
Bab 63 : Membangun Jembatan Itu Susahnya Bukan Main
64
Bab 64: Kembali ke Lembah Hulu
65
Bab 65 : Mata-mata dari Negara Dawan
66
Bab 66: Berpisah Menjadi Dua Jalur
67
Bab 67 : Tiga Roh Penjaga Ruang
68
Bab 68: Utusan dari Ibu Kota
69
Bab 69: Penempatan di Lembah Hulu
70
Bab 70: Kembalinya Bei Si

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!