Bab 2: Bepergian Melalui Waktu dan Ruang sebagai Gadis Petani

Kota Da’an adalah kota perbatasan terpencil di Negara Bagian Xiling. Gunung Xilu terletak di bagian paling barat kota tersebut. Gunung Xilu terdiri dari beberapa puncak dengan ketinggian berbeda, membentang hingga ratusan mil. Karena medannya yang terjal, kabut beracun, serta banyaknya binatang buas, gunung ini menjadi penghalang alami terhadap invasi Dayuan. Gunung Xilu juga dikenal sebagai Gunung Huguo. Di puncak tertingginya, mengalir Sungai Luoxi yang jernih. Sungai ini perlahan menuruni lereng, mengairi lahan di kaki gunung, dan akhirnya bermuara di Sungai Dayan. Desa Xiaonan terletak di kaki Gunung Shangluofeng, di tepi Sungai Luoxi.

Malam hari, asap tipis mengepul dari beberapa tungku di Desa Xiaonan. Di ujung timur desa, istri Mu Lao Da, yakni Liu, berdiri di luar gerbang pagar dengan pakaian tipis. Ia menatap cemas ke arah jalan setapak menuju gunung. Tahun lalu, suaminya terjatuh dan mengalami cedera pada pinggang saat berburu. Sejak saat itu, ia hanya bisa terbaring dan tak mampu bergerak. Di saat yang sama, Liu mengalami pendarahan hebat ketika melahirkan anak keduanya yang juga merupakan putra bungsu mereka. Meski selamat, kini ia mudah terengah-engah hanya karena berjalan beberapa langkah. Ia hanya mampu memasak dan mengurus suami serta anak-anaknya. Pekerjaan berat terpaksa dibebankan kepada putrinya, Da Ya.

Putrinya itu baru berusia sembilan tahun dan sedang dalam masa pertumbuhan. Namun karena sering kekurangan makan, tubuhnya terlihat pucat dan kurus. Da Ya harus sering pergi ke pegunungan untuk mencari kayu bakar, memetik jamur, dan menggali sayuran liar demi menghidupi keluarga.

Biasanya, Da Ya sudah pulang sebelum gelap. Tapi hari ini, matahari hampir tenggelam dan dia belum juga kembali. Liu semakin cemas. Ia pun meminta bantuan kepala desa untuk mengirim orang mencarinya. Keluarga mereka mengungsi ke desa ini saat terjadi banjir tahun lalu. Mereka tidak memiliki sanak saudara di sini. Beruntung, kepala desa menerima mereka dan memberikan sebidang tanah kosong untuk ditinggali. Para tetangga juga baik hati. Melihat mereka kesusahan, para tetangga kerap berbagi beras dan tepung agar keluarga Liu tidak kelaparan.

Desa Xiaonan memang miskin. Sebagian besar tanahnya berupa pasir dan tidak subur. Meski dekat gunung dan sungai, medan gunung yang terjal serta kehadiran binatang buas membuat warga enggan masuk jauh ke dalam hutan. Mereka hanya mengambil kayu bakar dan bahan makanan di sekitar kaki gunung. Sungai Luoxi memiliki banyak ikan dan udang, tapi ikan di sana dikenal bertulang banyak dan berbau amis, sehingga jarang ada warga yang mau menangkapnya kecuali jika benar-benar kelaparan.

Sekitar seperempat jam kemudian, beberapa sosok muncul di kejauhan. Semakin dekat, terlihat bahwa mereka adalah kepala desa dan beberapa warga. Wu Dazhuang terlihat menggendong Da Ya di punggungnya. Wajah anak itu berlumuran darah. Liu terperanjat. Apa yang terjadi pada Da Ya? Ia tak sanggup membayangkan yang lebih buruk.

Kepala desa mendekat dan berkata dengan nada cemas, “Menantu perempuan tertua, Da Ya terjatuh dan tak sadarkan diri. Aku akan memanggil dokter. Cepat rebus air untuk digunakan nanti.” Liu yang panik hampir pingsan. Ia bergegas masuk rumah, menyalakan api untuk merebus air, dan berkata kepada putra bungsunya, “Anak kedua, cepat bentangkan kasur adikmu. Dia terluka. Kakek kepala desa dan paman-paman yang lain menyelamatkannya.”

Tiba-tiba terdengar batuk dari dalam ruangan, disusul suara laki-laki yang lemah, “Da Ya... Apa yang terjadi padanya?” Anak kedua menjawab sambil mengatur kasur, “Ayah, adik akan baik-baik saja.”

Bos Mu ingin bicara, tetapi batuknya makin menjadi. Wajah pucatnya yang sudah lama sakit tampak sedikit memerah karena batuk. Saat anak kedua selesai membentangkan kasur, Paman Wu sudah menggendong Da Ya masuk. Paman Niu membantu meletakkannya di atas tempat tidur. Melihat Da Ya berlumuran darah, Niu Er yang berhati-hati segera memeriksa luka sebelum membaringkannya. Anak kedua yang melihat kondisi adiknya, meneteskan air mata namun menahan suara, khawatir mengganggu istirahat adiknya. Ia hanya menggoyangkan bahu kurus Da Ya dengan lembut.

Beberapa saat kemudian, terdengar derit pintu. Kepala desa kembali bersama seorang dokter membawa kotak obat usang. Ia adalah Xiao Lin, satu-satunya dokter di desa itu. Ayahnya dulu bekerja sebagai dokter di kota. Setelah pensiun, ia pulang ke desa dan mewariskan ilmu kepada Xiao Lin. Setahun kemudian, sang ayah wafat. Meskipun Xiao Lin tak terlalu cerdas, ia cukup bisa mengobati penyakit ringan seperti demam dan luka.

Melihat kondisi Da Ya, Xiao Lin langsung memerintah, “Cepat ambilkan air panas dan handuk bersih!” Liu membawa baskom air panas, sementara anak keduanya menyerahkan handuk. Dokter Xiao segera menyeka darah di wajah Da Ya. Ternyata, sebagian besar luka hanya goresan ringan dari ranting, kecuali luka di dahi yang cukup besar. Ia mengoleskan obat luar dan membalutnya dengan hati-hati.

Luka lain juga ditemukan di punggung, lutut, dan lengan Da Ya. Setelah membasahi pakaiannya dan memotong bagian yang menempel di luka, Dokter Xiao memeriksa semuanya. Untungnya, luka-lukanya tidak parah. Hanya ada memar besar di pinggang dan pergelangan tangan kiri. Ia membersihkan luka, mengoleskan salep, lalu membalutnya. Terakhir, ia mengoleskan salep hitam di area yang memar parah, lalu mulai membereskan kotak obatnya.

Kepala desa bertanya, “Keponakan, bagaimana kondisi Da Ya?”

“Jangan khawatir, Paman. Hanya luka ringan. Tidak ada tulang yang patah. Asal perban diganti rutin, lukanya akan sembuh dalam beberapa hari. Dia memang kehilangan banyak darah, jadi butuh makanan bergizi agar cepat pulih.”

Kepala desa mengangguk lega. Bos Mu merasa bersalah. Anak kedua tertawa kecil dan naik ke tempat tidur, duduk di samping adiknya. Liu yang berdiri di dekat pintu juga menghela napas lega. Melihat baskom darah tadi membuatnya ketakutan akan kemungkinan terburuk.

Liu tergesa mendekati Daya dan melihat wajah putrinya yang masih pucat dengan mata terpejam. Ia kembali cemas. “Dokter Xiao, mengapa dia masih belum bangun?”

Semua orang di ruangan itu memandang dokter dengan gugup.

“Jangan cemas, Kak Mu,” kata Dokter Xiao menenangkan. “Dia hanya sangat lemah. Kalau nanti demam, kompres dengan handuk dingin. Bila parah, datanglah ke rumahku untuk mengambil obat. Dia akan baik-baik saja.”

“Baik, kami akan menjaganya semalaman. Terima kasih telah menyelamatkan Daya. Berapa biaya obatnya?”

“Obatnya saya buat sendiri. Murah saja, dua puluh empat sen. Tapi beri saya dua puluh sen saja. Kita kan tetangga.”

Dokter Xiao memang bukan tabib hebat, tetapi ia memiliki hati nurani. Selama dua-tiga tahun ini, ia hanya mengenakan biaya ringan dan bahkan kadang tak menagih sama sekali karena tahu warga desa hidup susah.

Bos Mu mengambil bungkusan kecil dari tempat tidur dan menyerahkannya pada Liu. Saat dibuka, hanya ada delapan belas sen. Liu bingung. Melihat itu, Dokter Xiao berkata lembut, “Tak apa. Gunakan uang itu untuk beli makanan bergizi untuk Daya. Jika nanti ada uang, baru bayar sisanya. Aku pulang dulu, malam sudah larut.”

Liu sangat terharu dan hanya bisa mengangguk. Setelah mengantar Dokter Xiao, kepala desa dan warga perlahan pamit. Sebelum pergi, kepala desa berpesan agar Liu tidak segan meminta bantuan jika ada kesulitan.

Malam itu, Daya sempat demam beberapa kali. Liu sabar mengompres dengan handuk dingin. Menjelang dini hari, suhu tubuh Daya akhirnya turun, dan seluruh keluarga tertidur pulas.

Keesokan paginya, saat fajar menyingsing, Liu terbangun dan melihat Daya tampak lebih tenang. Wajahnya tidak lagi panas. Saat ia bersiap memasak, tiba-tiba terdengar suara pelan dari arah tempat tidur.

“Air...” gumam Daya sambil perlahan membuka matanya.

Terpopuler

Comments

Aksara_Dee

Aksara_Dee

tanam semangka atau melon pasti tumbuh subur 😅

2025-06-21

2

The first child

The first child

semangat terus nulisnya thor..

2025-05-31

1

axxxxs.......

axxxxs.......

kok anak kedua manggil daya adik? sedangkan daya anak tertua🙃

2025-07-04

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Kecelakaan Pesawat
2 Bab 2: Bepergian Melalui Waktu dan Ruang sebagai Gadis Petani
3 Bab 3: Rasanya Sangat Menyenangkan Dimanja oleh Orang Tuamu
4 Bab 4: Makan Si "Monster Air"
5 Bab 5: Daging Ular Juga Bisa Dimakan?
6 Bab 6 : Mengobati Ayah
7 Bab 7 : Bikin Sepatu Kulit
8 Bab 8 : Dapet Mutiara Secara Gak Sengaja
9 Bab 9 : Naik Gunung Cari Obat
10 Bab 10: Tahu Tapi Tak Dibuka-bukaan
11 Bab 11 : Apa Aja Mau, Asal Jangan Rugi!
12 Bab 12 : Kemampuan Kecil Milik Mu Xiao
13 Bab 13 : Daging Bisa Dimakan Kayak Gini Juga?
14 Bab 14: Manusia Salju
15 Bab 15 : Naik Gunung Bareng Ayah
16 Bab 16 : Kilas Balik Masa Lalu
17 Bab 17 : Masa Kecil Mu Yao
18 Bab 18 : Kejutan yang Tak Disangka
19 Bab 19 : Jeroan Babi yang Enak Banget
20 Bab 20 - Ramuan Ajaib: Akar Huangqi
21 Bab 21 : Bikin Pangsit
22 Bab 22: Salju Lotus yang Tiba-Tiba Menghilang
23 Bab 23 : Si Tuan Muda Su Mo Yang Sial
24 Bab 24 : Penemuan Aneh di Gunung (Bagian 1)
25 Bab 25 : Penemuan Aneh di Gunung (Bagian 2)
26 Bab 26 : Perampok Gunung Masuk ke Desa
27 Bab 27: Persiapan Sebelum Serangan
28 Bab 28 : Menggulung Sarang Bandit
29 Bab 29 : Dapat Hadiah Seratus Tael Perak
30 Bab 30: Menghilang Lagi Tanpa Jejak
31 Bab 31 : Rencana Buka Usaha
32 Bab 32 : Pertama Kali Bertemu Si Rubah Bermuka Tampan
33 Bab 33 : Menjadi Pemegang Saham di Zui Xian Lou
34 Bab 34 : Menerapkan Sistem Keanggotaan
35 Bab 35 : Renovasi Besar - besaran di Zui Xian Lou
36 Bab 36 – Kain Sapu Tangan Bordir
37 Bab 37 : Hari Pertama Pembukaan Zui Xian Lou
38 Bab 38 : Menggali Es untuk Menangkap Ikan
39 Bab 39 : Sekeluarga Tukang Hitung Uang
40 Bab 40 : Pasar Akhir Tahun dan Menyambut Tahun Baru
41 Bab 41 : Tahun Baru Pertama Setelah Transmigrasi
42 Bab 42 : Bahaya di Pegunungan
43 Bab 43 : Terjun Bersama Sang Raja Serigala
44 Bab 44 : Berkah Tersembunyi, Ingatan yang Kembali
45 Bab 45 : Pondok Bambu Ajaib
46 Bab 46: Lembah Labu
47 Bab 47 : Penjaga Desa Xiaonan
48 Bab 48 : Menanam Ubi dan Kacang Tanah
49 Bab 49 : Beli Tanah
50 Bab 50 : Gambar Denah
51 Bab 51 : Mulai Membangun Rumah
52 Bab 52 : Si Salju yang Manja
53 Bab 53 : Kaca Pertama yang Lahir
54 Bab 54: Keluarga Pedagang Kekaisaran: Klan Su
55 Bab 55 : Asal Usul Su Mo
56 Bab 56 : Putri Wilayah Yuyao
57 Bab 57 : Keluarga yang Saling Menyayangi
58 Bab 58: Kusir Bernama Bei Si
59 Bab 59: Pembangunan Bagian Dalam Pabrik Arak
60 Bab 60: Membuat Semprotan Baru
61 Bab 61: Pembukaan Kedai Arak
62 Bab 62 : Si Menyebalkan dari Bayangan Utara
63 Bab 63 : Membangun Jembatan Itu Susahnya Bukan Main
64 Bab 64: Kembali ke Lembah Hulu
65 Bab 65 : Mata-mata dari Negara Dawan
66 Bab 66: Berpisah Menjadi Dua Jalur
67 Bab 67 : Tiga Roh Penjaga Ruang
68 Bab 68: Utusan dari Ibu Kota
69 Bab 69: Penempatan di Lembah Hulu
70 Bab 70: Kembalinya Bei Si
Episodes

Updated 70 Episodes

1
Bab 1: Kecelakaan Pesawat
2
Bab 2: Bepergian Melalui Waktu dan Ruang sebagai Gadis Petani
3
Bab 3: Rasanya Sangat Menyenangkan Dimanja oleh Orang Tuamu
4
Bab 4: Makan Si "Monster Air"
5
Bab 5: Daging Ular Juga Bisa Dimakan?
6
Bab 6 : Mengobati Ayah
7
Bab 7 : Bikin Sepatu Kulit
8
Bab 8 : Dapet Mutiara Secara Gak Sengaja
9
Bab 9 : Naik Gunung Cari Obat
10
Bab 10: Tahu Tapi Tak Dibuka-bukaan
11
Bab 11 : Apa Aja Mau, Asal Jangan Rugi!
12
Bab 12 : Kemampuan Kecil Milik Mu Xiao
13
Bab 13 : Daging Bisa Dimakan Kayak Gini Juga?
14
Bab 14: Manusia Salju
15
Bab 15 : Naik Gunung Bareng Ayah
16
Bab 16 : Kilas Balik Masa Lalu
17
Bab 17 : Masa Kecil Mu Yao
18
Bab 18 : Kejutan yang Tak Disangka
19
Bab 19 : Jeroan Babi yang Enak Banget
20
Bab 20 - Ramuan Ajaib: Akar Huangqi
21
Bab 21 : Bikin Pangsit
22
Bab 22: Salju Lotus yang Tiba-Tiba Menghilang
23
Bab 23 : Si Tuan Muda Su Mo Yang Sial
24
Bab 24 : Penemuan Aneh di Gunung (Bagian 1)
25
Bab 25 : Penemuan Aneh di Gunung (Bagian 2)
26
Bab 26 : Perampok Gunung Masuk ke Desa
27
Bab 27: Persiapan Sebelum Serangan
28
Bab 28 : Menggulung Sarang Bandit
29
Bab 29 : Dapat Hadiah Seratus Tael Perak
30
Bab 30: Menghilang Lagi Tanpa Jejak
31
Bab 31 : Rencana Buka Usaha
32
Bab 32 : Pertama Kali Bertemu Si Rubah Bermuka Tampan
33
Bab 33 : Menjadi Pemegang Saham di Zui Xian Lou
34
Bab 34 : Menerapkan Sistem Keanggotaan
35
Bab 35 : Renovasi Besar - besaran di Zui Xian Lou
36
Bab 36 – Kain Sapu Tangan Bordir
37
Bab 37 : Hari Pertama Pembukaan Zui Xian Lou
38
Bab 38 : Menggali Es untuk Menangkap Ikan
39
Bab 39 : Sekeluarga Tukang Hitung Uang
40
Bab 40 : Pasar Akhir Tahun dan Menyambut Tahun Baru
41
Bab 41 : Tahun Baru Pertama Setelah Transmigrasi
42
Bab 42 : Bahaya di Pegunungan
43
Bab 43 : Terjun Bersama Sang Raja Serigala
44
Bab 44 : Berkah Tersembunyi, Ingatan yang Kembali
45
Bab 45 : Pondok Bambu Ajaib
46
Bab 46: Lembah Labu
47
Bab 47 : Penjaga Desa Xiaonan
48
Bab 48 : Menanam Ubi dan Kacang Tanah
49
Bab 49 : Beli Tanah
50
Bab 50 : Gambar Denah
51
Bab 51 : Mulai Membangun Rumah
52
Bab 52 : Si Salju yang Manja
53
Bab 53 : Kaca Pertama yang Lahir
54
Bab 54: Keluarga Pedagang Kekaisaran: Klan Su
55
Bab 55 : Asal Usul Su Mo
56
Bab 56 : Putri Wilayah Yuyao
57
Bab 57 : Keluarga yang Saling Menyayangi
58
Bab 58: Kusir Bernama Bei Si
59
Bab 59: Pembangunan Bagian Dalam Pabrik Arak
60
Bab 60: Membuat Semprotan Baru
61
Bab 61: Pembukaan Kedai Arak
62
Bab 62 : Si Menyebalkan dari Bayangan Utara
63
Bab 63 : Membangun Jembatan Itu Susahnya Bukan Main
64
Bab 64: Kembali ke Lembah Hulu
65
Bab 65 : Mata-mata dari Negara Dawan
66
Bab 66: Berpisah Menjadi Dua Jalur
67
Bab 67 : Tiga Roh Penjaga Ruang
68
Bab 68: Utusan dari Ibu Kota
69
Bab 69: Penempatan di Lembah Hulu
70
Bab 70: Kembalinya Bei Si

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!