“g-gawat aku terlalu fokus untuk menyelamatkan
diri dari Erik dan tidak melihat garis waktu kejadian ini”. Warga menendangnya, memukulnya dan mencoba melukainya
dengan benda tajam.
Lalu datang Polisi melerai dan mencoba
menyelamatkan Agaki.
(Dorr!!) tembakan ke udara ditembakkan oleh
seorang Polisi wanita. Membuat kerumunan tadi terdiam.
“Jangan main hakim sendiri bapak-bapak, ibu-ibu.
Biar kami yang mengurus mata-mata ini”. kata polisi wanita itu.
“To-tolong dengarkan aku b-bukan mata-mata,
aku-“. Belum sempat Agaki berbicara ia ditendang oleh polisi itu dan membuatnya
pingsan.
“ya ya ya . . .semua mata-mata pasti selalu
mengatakan itu, bawa dia ke kantor”.
“siap! Lalu bagaimana dengan Erik komandan Dina?”.
Tanya seorang Polisi kepada Ajun Komisaris Polisi (AKP) Dina dari satuan Densus
88.
(GAHHHHH!!!) Terdengar jeritan dari seorang warga
di belakang.
“ADA ZOMBIE!” Jerit seorang warga.
“MEREKA ADA BANYAK!”. Warga panik melihat zombi
bermunculan dari kegelapan mengepung mereka.
Mahluk iblis yang keluar dari gerbang tipe mayat
hidup/zombi cukup susah dibunuh kecuali dihancurkan kepalanya dan bila terkena
gigitannya akan menjadi zombi, ada beberapa jenis zombi yaitu manusia yang
berubah menjadi zombi yang bergeraknya cukup lambat, lalu iblis zombi yang
cukup agresif, dan ada tipe lainnya.
“semuanya kembali ke kota, kita terlalu jauh masuk
ke hutan di sini berbahaya!”.
“sial kita terlalu menarik perhatian zombi yang
ada di hutan ini”.
“kita sudahi dulu mencari Erik!”. Kata Dina
sambil menembaki zombi yang datang.
Rentetan tembakan dari polisi membunuh satu
persatu zombi yang berjalan ke arah mereka lalu mundur perlahan dan berlari
kembali ke pemukiman.
Erik terlihat membiarkan Agaki dibawa oleh polisi
sambil bersembunyi di balik pohon besar.
Di pinggiran kota terlihat para tentara menembaki
zombi yang datang memasuki pemukiman.
“sialan ada apa ini sebenarnya, tiba-tiba saja zombi
dari hutan datang kesini semua—“. Ardi terlihat kesal melihat zombi yang terus
berdatangan.
Ardi lalu melihat beberapa warga yang keluar dari
hutan di susul dengan beberapa Polisi.
“Woy Dina yang benar saja! Kenapa kau membawa
segerombolan zombi itu!” Kata Ardi.
“Kami sedang mengejar Erik, lalu tanpa sadar membawa
kami ke hutan akhirnya begitulah . . .”. kata Dina sambil berjalan santai
memasuki kota dan di belakangnya terlihat para Polisi memapah Agaki yang di borgol.
“tu-tunggu Dina! wanita itu dia-“. Ardi berusaha
memberi tahu Dina.
(DBOOMMMM!!!) Ardi yang berusaha mengatakannya terhenti
akibat tiba-tiba terjadi ledakan dari tembakan RPG (Pelontar Roket).
“WOY JANGAN MEMAKAI PELEDAK! ITU SANGAT BERISIK
DAN BISA MEMBAWA LEBIH BANYAK ZOMBI KESINI!”.
“tapi mereka ada banyak sekali pak!”. Balas para
tentara.
“sial . . . Sebanyak itukah zombi yang datang
kesini sampai mereka memakai itu“ Kata Ardi terkejut karena ledakan tadi.
“Urus zombi itu dulu sersan, tugasmu kan
melindungi kota.” Kata Dina sambil berjalan terus.
“sialan, Dina itu seenaknya saja bertindak”. Ardi
lalu pergi untuk membantu menembaki zombi yang datang.
Rentetan tembakan terus saja terdengar untuk
menjatuhkan para zombi yang terus berdatangan, Zombi yang datang tipe manusia
berjalan pelan dan cukup mudah dibunuhnya, tetapi tetap saja jumlahnya yang
banyak cukup merepotkan di tambah lagi ada beberapa iblis zombi yang bergerak
agresif untuk membunuh satu persatu tentara dengan cepat.
“DIMANA BALA BANTUAN KOPRAL DIKA! KITA KEKURANGAN
DAYA SERANG!”. Kata Ardi yang kewalahan menembaki zombi yang terus datang
sedangkan dipihak tentara hanya tersisa 24 prajurit saja.
“22 menit lagi sersan! Sebuah Helikopter serbu
MH-6 Little Bird akan datang kesini”. Kata Kopral Dika yang sedang memakai
radio untuk berkomunikasi dengan angkatan udara”.
“22 Menit? Yang benar saja, Para zombi ini bakal
masuk ke kota walau kita menahannya dengan mengorbankan nyawa!”. Kata Ardi
dengan kesal.
“lalu bagaimana dengan tentara yang ada di pusat
Kota?”.
“perintah dari atasan menyuruh semua tentara
untuk mempertahankan gedung pemerintah dan tempat vital lainnya Sersan!”. Kata
Kopral Dika.
“KAPITALIS SIALAN!”.
Terlihat beberapa tentara satu persatu kewalahan
lalu tergigit zombi dan beberapa di bunuh oleh iblis zombi.
“sersan! 10 tentara kita gugur! Kalau begini
terus kita akan dibantai habis”. Kata seorang tentara.
“sialan, kalian semua mundur akan aku ulur waktu,
lalu buatlah barikade pertahanan 50 meter dari sini”
“t-tunggu sersan kau tidak bisa mengorbankan nyawamu—!”
kata Dika yang tidak terima.
“Ini tanggung jawabku sebagai komandan posko ini,
cepatlah!”.
“s-siap pak!”. kata para tentara lalu mundur secara
perlahan.
“. . . siapa juga yang mau mengorbankan nyawa,
bodoh”. kata Ardi Sambil menyalakan
rokok lalu menghisapnya.
(DOR! DOR!)
“SINI KALIAN SEMUA BANGS*T!”. Ardi berlari sambil
menembakkan senjatanya dan membuat kebisingan untuk menarik perhatian para
zombi menjauh dari pemukiman.
Di kantor Polisi, terlihat warga mengerumuni
tempat itu meminta orang yang mereka anggap mata-mata itu segera di eksekusi.
Di dalam kantor Agaki terlihat terikat di kursi
dan di interogasi oleh Dina.
“Apa tujuanmu kesini? Memasang bom di pangkalan udara?
Membunuh petinggi militer? Menyabotase?”. Sambil menyiram Agaki dengan air.
“L-letnan Agaki Ryuuka, JSDF 0008102000 utusan
dari PBB-“ Agaki menjawab dengan lemas dan tidak bertenaga.
“apanya yang PBB . . . jangan memakai alasan yang
mustahil itu untuk menghindari kami”. Kata Dina.
“percuma setiap kubilang begitu mereka tidak akan
percaya”. Kata Agaki dalam hati.
Warga yang berkerumun terlihat kesal dan
melempari kantor Polisi dengan batu.
“EKSEKUSI ORANG CINA ITU!”
“DIA PENJAJAH! PEMBUNUH!!”
“HUKUM MATI! JANGAN PILIH KASIH WOY!”.
“HUKUM JANGAN TUMPUL KEBAWAH! DASAR POLISI
SIALAN!”.
Teriakan terus saja terdengar dari warga yang
meminta Agaki untuk di eksekusi.
“apa-apaan mereka itu berisik sekali!”.
“cina-cina, Dia ini orang jepang loh . . . Dasar
traumatis sekali”. Kata Dina yang kesal karena ulah warga yang mengamuk di luar.
“komandan, kami sudah mengamankan senjata dan tas
wanita itu . . . silahkan di periksa!”.
Kata seorang Polisi.
“baiklah aku akan melihatnya dulu, Terserah
kalian mau apakan dia, buat dia bicara lebih banyak”. Dina lalu berjalan pergi
ke dalam kantornya.
“SIAP!”. kata 3 orang Polisi yang berada di
ruangan interogasi.
“dia bilang begitu, tapi tetap saja kami veteran
tidak bisa melupakan perang 3 tahun lalu”.
“kami akan tetap membenci orang asing sepertimu
bangs*t!”.
“i-ini gawat, aku kelelahan untuk memakai
kekuatan listrikku . . .”.
“sial aku mengakuinya, seharusnya aku
mendengarkan kata-katanya Erik”. Kata Agaki sambil
menyesalinya.
Di pinggiran kota, Ardi terlihat sedang terpojok di
dalam rumah dengan menggunakan pistol berusaha menembak kepala zombi yang
menyerangnya tumbang satu per satu.
Lalu tiba-tiba dia kehabisan peluru yang berada
di dalam pistolnya.
“sialan . . . yang benar saja!”. sambil melempar
pistolnya ke kepala zombi.
Ardi lalu menghisap rokoknya untuk terakhir kali
dalam-dalam dan mengambil pisaunya.
“AYO KALAU NGAJAK GELUT! AKAN KULADENI KALIAN
SEMUA B*NGSAT!” Ardi menyerang maju ke depan lalu memegang rambut salah satu
zombi dan langsung memotong kepalanya.
Ardi tiba-tiba terdorong oleh zombi di depannya
dan jatuh tertindih zombi yang mencoba menggigitnya.
“AKU TIDAK MAU MATI MENJADI ZOMBI BANGS*T! AYO
MATI BERSAMA SAJA!”. Sambil mengambil granat dan melepas pengamannya.
“apa yang kau lakukan dari tadi . . . ”.
Terdengar suara seseorang dari luar rumah yang tidak asing adalah Erik.
Erik terlihat telah menebas semua zombi yang
mengerumuni rumah tempat Ardi berada, terlihat pedang di tangan kiri Erik
menyala terbakar oleh api.
Erik kemudian berlari masuk lalu menebas zombi
yang ada di sekitar kiri dan kanan Ardi. Dengan cepat Erik menebas kepala zombi
satu persatu dengan pedangnya dan tubuh zombi yang ditebas tadi kemudian terbakar
dan hangus.
Lalu Erik menusuk kepala zombi terakhir yang menindih
Ardi yang sedang mencoba menggigitnya dan membuat zombi itu terbakar menggeliat
karena tusukan dari pedang api Erik.
Ardi yang terdiam dan kagum melihat kemampuan
Erik Cuma bisa melihatnya terus tanpa berkedip.
“woy, granatmu!”. kata Erik sambil menunjuk
granat yang sudah di lepas pengamannya yang dipegang Ardi.
“ANJ*NG!!” Ardi berdiri Lalu melempar granat itu
keluar rumah dan meledak mengenai zombi yang berusaha masuk ke rumah.
“si-sial . . . t-ternyata kamu mau menyelamatkan
manusia juga ya, kukira kau cuma mau membunuh manusia saja”.
“aku selalu hidup di hutan dan sering melawan
mereka . . . ini biasa saja”. Balas Erik dengan dingin.
“Teman masa kecilku memang orang baik”. Kata Ardi
yang lega.
“aku kesini bukan untuk menyelamatkanmu”. Sambil mengipratkan
darah yang ada dipedangnya.
“aku kesini cuma mau bertanya, di mana benda
berwarna kuning itu?”. Sambil menatap Ardi dengan wajah dinginnya.
“be-benda ya . . . dingin sekali kamu Erik”.
Balas Ardi.
“dia dibawa ke kantor Polisi Sektor di jalan
utama, sepertinya dia di tuduh aneh-aneh oleh warga, biasalah warga suka trauma
kalau ada orang asing”. Kata Ardi sambil menyalakan rokoknya dan melihat lagi
ke arah Erik namun ia sudah tidak ada di depannya.
“loh!!”. Tanpa sadar rokok Ardi sudah hilang dari
mulutnya karena Erik mengambilnya dengan cepat.
“T-TUNGGU WOY! UDUT GUE!”. Kata Ardi dengan
kesal. Lalu Erik terlihat tidak peduli dan pergi meninggalkannya.
“LOH WOY! JANGAN PERGI DULU ERIK! NASIB GUE
GIMANA ANJIN-. . . !”.
(BRRRRTTTTT) tiba-tiba terdengar di luar suara
helikopter yang menembaki zombi di sekitar.
“sudah datang ya . . . “. Ardi lalu mengambil
rokok lagi dan menyalakannya.
“ahhhh, si Erik sialan itu . . . ”. Ardi membuang
rokoknya lalu menginjaknya karena penasaran dengan kekuatan Erik dan pergi
mengejar Erik.
Di dalam kantor Polisi, terlihat Agaki di siram,
di jambak rambutnya, lalu ditampar dengan beringasnya oleh para Polisi yang
menginterogasinya.
“hahhhh . . . bosan, dia masih saja tetap diam”.
Kata seorang Polisi.
“kita bawa keluar saja, biarkan warga yang
menghakiminya, kalau dia mati tinggal bilang ke komandan dia di seret oleh
warga keluar dan di pukuli”.
“ohhh, itu patut di coba”. Kata seorang Polisi.
Lalu mereka Sambil menyeret Agaki yang terborgol
dan tidak berdaya, langsung melempar Agaki keluar di depan halaman kantor
Polisi di barengi dengan 3 Polisi yang
berjalan keluar.
Polisi yang berjaga di luar dan Warga yang
melihatnya terdiam sejenak.
“a-apa yang kau lakukan pak! Dia bisa di hakimi
masa!”. kata seorang Polisi yang menjaga kerumunan warga.
“diam ini perintah dari komandan Dina!”. Balas
salah satu Polisi.
“baiklah warga kalian boleh memukulnya, tapi
jangan sampai membunuhnya”. Kata seorang Polisi sambil menyalakan rokoknya dengan
tersenyum.
“B-BUNUH!”
“AYO HAJAR DIA!”
“CINA SIALAN!”.
Keadaan menjadi riuh di luar, terlihat beberapa
Polisi yang tidak menerima pernyataan itu mencoba menghalau warga yang makin beringas
ingin memukuli Agaki.
Di dalam ruangan kantor AKP. Dina, terlihat
mereka memeriksa dokumen yang ada di dalam tas Agaki.
“ja-jadi dia betulan dari PBB? Seharusnya dia
melapor dulu ke kita sebelu—“. Kata Dina.
(Terdengar suara kerusuhan di luar) Dina terlihat
kaget setelah melihat dari jendela lantai 2 kantor.
Terlihat Agaki tergeletak di halaman yang sedang
coba di keroyok warga.
“SIAPA YANG MEMBAWANYA KELUAR SIALAN!” Dina
bergegas keluar dari kantornya.
Polisi yang berusaha membendung amarah warga
akhirnya ikut di pukuli dan pada akhirnya kerumunan warga menerobos masuk ke
halaman kantor lalu menginjak-injak Agaki, seorang warga terlihat mencoba
menusuknya dengan pisau.
“yah aku mengakuinya, kau benar. Lebih baik
bertindak sebelum menyesal seperti ini”.kata Agaki dengan
pelan dan tidak berdaya.
“kalian tidak punya hati ya . . . ”. Kata Erik
dari belakang kerumunan dengan wajah dinginnya melihat Agaki di pukuli sambil
membuang rokok yang ada dimulutnya.
“hhaaa?? Dia itu penjaja—“. Balas seorang warga
dan melihat ke arah Erik yang langsung menghunuskan pedangnya ke arah kepala
warga itu.
(SRIIINGGGG!!)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Mistery
halo guys
2020-11-08
1