Kekacauan!

CHAPTER 2 : KEKACAUAN!

September 2022. Kota Lowu, Sentral Sulawesi. Agaki terlihat berjalan

menuju gerbang masuk perbatasan kota yang dipenuhi dengan pengungsi dan

tentara, terlihat di sekitar posko pertahanan tentara ada beberapa parit, beton

penghalang, kawat berduri dan lainnya untuk menunjang pertahanan kota dari

serangan Mahluk iblis yang muncul dari gerbang kecil di sekitar.

Agaki berjalan masuk ke kota memakai baju tentara dengan bekas bercak

darah, membawa Sniper, dan menggendong tas militer. Terlihat warga sangat risih

dengan kehadiran tentara negara asing karena trauma akan Perang dunia 3 tahun

lalu.

“hey, kamu tentara dari mana? Amerika ya?”. Seorang tentara bertanya

yang sedang duduk di posko sambil menghisap rokoknya.

“siap pak! Letnan Dua Agaki Ryuuka, Tentara JSDF utusan dari PBB”.

Agaki menjawab dengan bahasa Indonesia yang sebelumnya ia pelajari selama 1

bulan.

“Siap! Sersan satu Ardi Setiawan, TNI-AD Kopassuss, tentara jepang ya,

kamu terlalu muda untuk memiliki pangkat Letnan . . . “. Kata Ardi melihati

tubuh Agaki.

“apa kau habis membunuh seseorang, Letnan?”. Tanya Ardi sambil

menunjuk baju Agaki dan snipernya yang banyak dengan bekas bercak darah.

“ti-tidak . . . hanya saja aku melawan beberapa monster dan zombi

sebelum sampai disini jadi . . . “. Kata Agaki sambil mengelap-ngelap bekas

darah.

“wah . . . hebat juga kamu bisa melawan mereka di luar sana”. Kata Ardi kagum.

“kalau begitu tujuanmu kesini dalam rangka apa Letnan?”. tanya Ardi

“PBB menugaskan saya kesini untuk mencari orang ini”. Agaki sambil menyodorkan dokumen yang di dalamnya

terdapat data Erik Xavier.

“oh Erik Xavier, ya. Si Iblis mengerikan yang membunuh dengan tanpa

belas kasihan itu”. Ardi sambil mengisap rokoknya.

“apa kau tahu di mana dia pak? Aku ada urusan dengannya”. Tanya Agaki.

“yang jelas dia ada di kota ini Letnan . . .”. kata Ardi dengan

nyeleneh.

“yahh, aku juga tahu kalau itu. Posisi tepatnya maksudku”. Agaki berbicara

dengan sedikit kesal.

“hahaha . . . itu kan tugasmu untuk mencarinya”. Ardi tertawa sambil

menghisap rokoknya.

“lagi pula kami tentara tidak mau berurusan dengannya, tugas kami

melindungi warga dan kota ini dari serangan monster dan iblis”.

“Kalau mau mencari info tanya saja ke Polisi, mereka yang menyelidik

si Erik itu”.

“hah . . . iya-iya menyebalkan sekali”. Kata Agaki dengan pelan lalu

berjalan pergi masuk ke dalam kota.

“ . . . kalau kau mencarinya, coba cari di pemukiman kumuh pinggiran

kota dekat hutan!”. kata Ardi.

“kenapa mereka susah sekali di ajak kerja sama”. Kata Agaki dengan

cemberut.

Agaki lalu pergi ke pemukiman kumuh yang berada di pinggiran kota,

terlihat ada beberapa warga yang mencurigakan mengikuti Agaki dari belakang.

“bagaimana cara menemukan orang yang bernama Erik ini, menyusahkan

saja”. Agaki bergumam kesal sembari berjalan di gang gelap.

“. . . hai cewek! Mau jalan sama kami?” Terdengar suara dari belakang

dan perlahan menghampiri Agaki.

“kami butuh hiburan dimasa sulit ini, jadi maukan temani kami para

pria ini untuk bersenang-senang”. Mendengar itu, Agaki lalu menengok ke

belakang untuk melihatnya.

“oh . . . dia tentara cewek, cantik sekali”. Terlihat 3 orang pria menghampiri Agaki dari

belakang. Agaki lalu berhenti sejenak.

“maaf saja aku lagi sibuk!”. Lalu Agaki berlari meninggalkan mereka.

“WOY DIA LARI”. Teriak kesal pria tadi.

“kejar cepat, kita harus dapatkan cewek cantik itu!” Kata 3 pria itu

sembari mengejar Agaki.

“ahh sial, warga di sini sudah tidak beres semua”. Kata Agaki dengan terus berlari.

“apa-apaan coba mereka itu mengambil kesempatan dalam masa sulit begini”. Kata Agaki

sambil berlari melihat-lihat sekitar perumahan kumuh.

“woy tunggu, jangan kabur!”.

“sini dek. Abang tidak akan menyakitimu kok . . . hahaha!”. kata salah satu pria itu.

“Keras kepala sekali, kalau begitu . . .”

Mata Agaki yang berwarna biru itu tiba-tiba bercahaya, lalu Agaki berbelok tajam dengan

cepat ke salah satu gang.

3 orang pria tadi yang sempat mengejar Agaki terus mengikutinya masuk ke gang namun

tiba-tiba saja mereka kehilangan jejaknya.

“Loh kok! Ke mana dia pergi?” kata mereka bingung karena kehilangan jejak Agaki yang

menghilang begitu saja.

“sialan . . . ayo terus cari!”. Mereka pergi berlalu meninggalkan gang itu.

Tidak jauh dari situ, di dalam rumah kosong dekat hutan. Agaki mengintip keluar lewat

jendala untuk memastikan mereka telah pergi.

“yap berhasil . . . interval waktuku tersisa 30 detik. Aku tidak bisa menggunakan

kekuatan itu lagi”. Sambil melihat jam digital ditangannya.

“kemampuan Time Vision, aku bisa melihat apa yang terjadi di 15 sampai 30 detik ke depan

Dan mengambil tindakan untuk mengubah kejadian di waktu tersebut”.

“penggunaannya cukup menguras tenaga, otak aku dibuat berpikir cepat untuk memproyeksikan segala

kejadian yang terjadi di 30 detik dimasa depan”.

“setelah digunakan, kemampuan ini baru bisa digunakan lagi setelah interval waktu kurang

lebih 30 detik dan harus dalam kondisi tenang.” Agaki mengambil cokelat dari

tasnya lalu memakannya sambil bersandar di dinding.

“20 detik lagi . . . setelah ini aku akan pergi ke kota—” Agaki berdiri untuk bersiap

pergi akan tetapi, tiba-tiba hawa membunuh yang kuat terasa sampai ketulang

Agaki.

“a-apa ini? aku merasakan hawa membunuh!” Lalu Agaki segera berlari keluar untuk

mencari keganjilan tersebut. Beberapa meter dari situ Agaki terkejut melihat

banyak darah bersimbah di tanah dan didekat-Nya terdapat 2 jasad pria yang

mengejar Agaki tadi.

“sial ada apa ini, mereka dibunuh oleh iblis?”. Sambil melihat jasad itu, Agaki mengokang

Snipernya untuk bersiap bertarung.

(AAAAAAA!!!)

Agaki segera berlari ke arah teriakan yang berada di depan.

“TOLONG! SIAPAPU-GUAHHHG!!” jeritan seseorang yang meminta pertolongan yang terdengar telah sampai ajalnya.

“10 detik lagi, HEY! BERTAHANLAH!”. Agaki sambil mengeker Snipernya ke depan di mana

tempat orang itu menjerit.

Tepat di depan mata Agaki, Pria yang menjerit tadi di bunuh dengan kejam oleh seseorang

berambut putih, memakai tudung jaket hitam, dan terlihat menusuk pria itu

dengan 2 bilah pedang.

“b-bukan Mahluk iblis . . . manusia”. Agaki terkejut sekaligus heran.

“jangan-jangan dia itu Erik—” Agaki begitu terkejut sambil melihat dengan tajam wajahnya, lalu

tiba-tiba erik menatap balik Agaki.

(DORR!) Agaki yang tertekan menembaknya tanpa pikir panjang.

Agaki menembakkan Snipernya ke arah Erik yang masih menusuk pria tadi.

Erik dengan cepat menarik pedangnya, lalu membelah peluru yang di tembakan Agaki

menjadi 2 dengan cepat sambil bersikap sangat tenang dengan wajah dinginnya.

“. . . Apa kau orang jahat juga?”. Tanya Erik lalu berlari ke arah Agaki.

Namun di waktu yang tipis, Agaki bisa menggunakan Time Visionnya dan memasuki penglihatan masa

depan untuk kejadian 15-30 detik ke depan.

“dia mau menebasku dari kanan lalu menusukku memakai pedang kirinya yang benar saja dia

mau langsung membunuhku?”. Kata Agaki.

Lalu Tiba-tiba Erik berlari dengan cepat dari jarak 20 meter ke jarak 5 meter tepat

di depan Agaki.

“dia terlalu cepat, aku tidak bisa memikirkan tindakan berikutnya untuk mengatasi

tusukannya . . .” Agaki terlihat panik melihat Erik datang dengan cepat.

(SRING!) tebasan pedang itu ditahan dengan Sniper Agaki.

“. . . apa-”. Erik terlihat kagum melihat reaksi Agaki yang bisa menahan serangannya

(DORR!!). Lalu Agaki menembakkan Snipernya ke kaki Erik.

Namun Erik bisa menghindarinya dengan cepat sesuai perkiraan Agaki dengan Time Visionnya.

“hmm? Dia tahu apa yang mau aku lakukan?” . Kata Erik dalam

hati kagum.

Agaki lalu melompat mundur untuk menjaga jarak.

“yosh aku berhasil mengubah kejadian penusukan itu, sekarang . . .”. Agaki tiba-tiba

langsung berlari dengan cepat menjauhi Erik.

“YANG BENAR SAJA BODOH!” Agaki menjerit panik lalu berlari.

“AKU INI SNIPER MASA 1 LAWAN 1 MELAWAN TIPE ASSASSIN! AKU TIDAK BISA MENANG!” Agaki

Berlari dengan panik ke arah kota.

“PBB SIALAN!”.

Karena Tas yang dibawa Agaki lumayan berat, dia tidak bisa berlari dengan cepat.

“ehh . . . Dia tidak mengejar?”. Agaki Berlari sambil melihat ke belakang untuk memastikan

Erik tidak mengejarnya.

“10 detik lagi, setelah itu aku akan melumpuhkan kakinya-“.

Tiba-tiba Agaki langsung di terjang dari samping oleh Erik yang muncul dan terpental

masuk ke dalam rumah kosong.

Agaki di tindih oleh Erik yang membuatnya tidak bisa bergerak.

Erik terlihat sedang mendudukinya di atas perut Agaki sambil menahan pedangnya di

leher Agaki.

“S-sialan Keberuntungan 70% ku!”. Agaki mengambil pistolnya di paha kirinya lalu mencoba

menembakkannya ke kepala Erik.

(DOR!!). Erik dengan cepat memiringkan kepalanya membuat peluru itu hanya menyentuh ujung

rambutnya saja.

“a-apa kenapa dia bisa menghindari tembakanku dari jarak sedekat ini dengan mudah”.

Agaki dengan wajah pucat dan terkejut.

“ti-tidak mungkin . . .”. Agaki begitu terkejut melihat refleks cepat Erik yang

menghindari tembakannya.

Lalu Erik mengambil pistolnya dan membuangnya.

“siapa kamu ini? kau sedikit berbeda dengan manusia biasa yang kubunuh”. Erik

mendekatkan wajahnya ke Agaki dengan tatapan dinginnya dan mata kosongnya.

“k-kenapa kamu membunuh mereka? Apa kau tidak punya hati sebagai sesama manusia?”. Kata

Agaki yang ketakutan karena pedang Erik terasa menempel di lehernya.

“aku cuma membunuh manusia yang kurasa pantas mendapatkannya”. Erik dengan suara datar,

begitu tenang mengucapkan itu.

“bahkan saat perang pun kita sesama manusia akan saling membunuh, percuma saja membahas

ada hati apa tidak sekarang”. Sambil berbicara dengan tatapan dingin ke Agaki.

“y-ya kau b-benar tapi perang memiliki alasan kepentingan bersama tapi kau berbeda, kau

membunuh manusia yang tidak bersalah tanpa tujuan yang jelas”. Kata Agaki

dengan gugup mencari alasan.

“. . . bukannya 3 orang tadi mencoba melakukan sesuatu kepadamu?”. Kata Erik.

“I-ITU SALAH! MEREKA BAHKAN BELUM MELAKUKAN APAPUN PADAKU! KAMU TIDAK BISA MEMBUNUHNYA

BEGITU SAJ-”.

“terus kau ingin mereka membunuhmu dulu? sampai akhirnya kau menyesal karena tidak

bertindak!?” Erik berkata dengan pelan dan membuat Agaki terdiam.

“Aku akan membunuh siapa pun yang mendatangkan kesengsaraan, tidak akan pernah kuampuni

walau baru sekedar niat jahat pun”. Menatap Mata Agaki dengan tatapan tajam dan

berwajah datar.

“bahkan aku sudah hampir kehilangan kepercayaan terhadap manusia yang ada di

sekitarku”.

“jika ada manusia yang membuat aku kesal . . . akan kubunuh dia”.

“g-gawat . . . aku akan dibunuh!”. Agaki berpikir demikian karena tadi merasa sempat

ingin membunuh Erik dengan menembak tepat dimuka-Nya.

“b-baiklah, bisa kita bicara dengan tenang dulu. J-jangan bunuh . . . aku utusan dari PBB”.

“k-kalau kau membunuhku, itu akan membuat Amerika menyerbu negara ini dan menjadikannya

medan perang”. Agaki mencoba bernegosiasi.

“aku tidak akan membunuhmu, karena kurasa kau sedikit berbeda dan sama denganku”. sambil

menyingkirkan pedangnya dari leher Agaki.

“Yosh! Time Visionku sudah bisa digunakan, aku akan melumpuhkannya lalu pergi”  kata Agaki dalam hati.

“Kau cukup hebat ya, aku kagum kau bisa selamat dari seranganku tadi”. Kata Erik dengan

wajah dinginnya.

“Penglihatan masa depanku terlihat tidak akan terjadi apa-apa dia hanya melakuka—“. Kata

Agaki dalam hati sambil melihat masa depan.

“aku cukup menyukaimu . . .”. Erik memegang dagu Agaki lalu menciumnya dan mendekap

bibirnya dengan tiba-tiba yang membuat Agaki terkejut dan terdiam.

Dalam keheningan malam di dalam rumah kosong itu, Agaki yang sebelumnya terdiam

beberapa saat lalu terkejut dan sadar mencoba mendorong wajah erik yang dari

tadi masih mendekap bibirnya dan akhirnya terlepas.

“AP-APA YANG KAU LAKUKAN BODOH!” Berteriak sambil mengusap bibirnya dengan wajah

memerah.

“apa yang aku lakukan? aku menciummu karena kau menarik.”

“dan juga karena aku menyukaimu . . .” Erik berbicara dengan wajah dingin tanpa ekspresi.

“ITU BUKAN BERARTI KAU BISA LANGSUNG MENCIUMKU!!!”. Bentak Agaki dengan wajah merah.

“aku bisa melakukannya tadi”. Erik berbicara dengan wajah dinginnya.

“C-ciuman pertamaku direnggut pembunuh berdarah dingin! Apa-apan dia itu”. Kata Agaki

dalam hati sambil menutup bibirnya.

“Sekarang kau menjalin kontrak denganku, panggil aku tuan”.

“MANA BISA BEGITU!” Agaki sangat kesal mendengar ucapan Erik.

“. . . budak?”

“HAHHHH!!! KAMU BODOH ATAU GIMANA SIH!”. Kata Agaki dengan kesal dengan wajah memerah.

Tiba-tiba Erik langsung menarik pedangnya.

“kalau kau coba melarikan diri dariku, dan membuatku sakit hati”.

“atau bahkan menghianatiku . . . “.

“aku akan membunuhmu . . . dengan tanganku”. Erik menodongkan pedangnya ke wajah Agaki.

“AAAA!!! GK ADA ROMANTISNYA SAMA SEKALI! DASAR

PSIKOPAT BODOH!!!” Berteriak ke Erik membuat situasi di rumah itu menjadi tidak

mencekam lagi.

Agaki yang masih terkejut terlihat sedang duduk dan memikirkan kejadian tadi.

“a-ada yang ingin kutanyakan . . . namamu Erik Xavier kan? ”. kata Agaki terlihat

duduk sambil memegang dahinya.

“diam!”. Balas Erik.

“ehh?”. Agaki  yang mendengar itu begitu heran.

“kita harus pergi dari sini dulu”. Erik berdiri lalu memegang tangan Agaki dan langsung

menariknya berlari ke dalam hutan.

“TU-TUNGGU! KAMU INI KENAPA DARI TADI SEENAKNYA SAJ-“. Mulut Agaki tiba-tiba di dekap oleh

tangan Erik dan memeluknya lalu bersembunyi dibalik pohon yang ditutupi semak

belukar.

“apa-apaan ini . . . di-dia mau memperkosaku!”. Kata Agaki dalam hati dengan panik.

“diamlah . . . Warga dan polisi sedang mengejarku!”. Kata erik dengan tenang dan melihat

sekitar.

“e-ehh . . . be-begitu ya“. Kata Agaki dengan wajah memerah karena salah paham.

“b-benar, Time Visionku bisa melihat 15 detik ke depan, mereka akan melewati tempat ini,

kesempatanku untuk selamat dari psikopat ini!”.

Agaki melepas sarung tangannya dengan perlahan,

lalu terlihat di ujung jarinya seolah ada aura listrik biru.

Agaki memiliki kekuatan utama yaitu Listrik.

Agaki lalu memegang lengan Erik yang sedang mendekap mulutnya dan menyetrumnya dan membuat

Erik terkejut yang membuat pegangannya terlepas.

“woy apa yang kau lakuka-“ Erik berbisik dengan suara pelan.

“TOLONG! POLISI! DISINI ADA PEMBUNUH!”

“BURONAN KALIAN ERIK ADA DISINI!”. Agaki berteriak dengan keras untuk memanggil warga

dan polisi lalu merangkak pergi menghampiri warga dari balik semak-semak.

“DI SANA ERIK!”. Warga menghampiri Agaki yang merangkak keluar dari semak-semak.

“hah . . . selamat. Untung saja ada kalian”. Agaki menghela nafas dengan lega melihat

beberapa warga yang memegang sabit, golok, dan disusul beberapa Polisi datang.

Namun seorang warga menarik kerah Agaki dengan wajah pucat.

“woy dia ini tentara asing . . .”

“ehh . . . ada apa dengan orang-orang ini”. Agaki yang tiba-tiba kebingungan

dengan tingkah warga yang ketakutan melihatnya.

“Jangan-jangan dia mata-mata dari Cina!”

“mereka mau menyelidiki negara kita!”

“DASAR KURANG AJAR!” pria itu lalu memukul Agaki sampai terlempar ke tanah.

“g-gawat aku terlalu fokus untuk menyelamatkan diri dari Erik dan tidak melihat garis

waktu kejadian ini”. Warga menendangnya, memukulnya dan mencoba melukainya

dengan benda tajam.

Terpopuler

Comments

Mistery

Mistery

hallo guys

2020-11-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!