4. Luka yang Tercium Diam-Diam

Langit tampak cerah. Anak-anak berlarian di halaman sekolah, tertawa riang. Rumi mengawasi mereka dari bangku panjang di bawah pohon besar, senyum tipis terlukis di wajahnya meski matanya tampak sayu.

"Hai, Rumi."

Suara asing itu membuatnya menoleh.

Seorang wanita cantik dengan gaun rapi dan kacamata hitam berdiri di hadapannya. Wangi parfum mahal menyusup cepat ke udara.

“Maaf, Anda siapa?” tanya Rumi sopan, berdiri dari duduknya.

Wanita itu tersenyum—senyum angkuh yang menuntun pada aura tidak bersahabat. Ia melepas kacamata pelan-pelan.

“Namaku Reva. Mungkin Radit pernah cerita soal aku,” katanya santai.

Rumi mengerutkan dahi. “Maaf, saya tidak begitu ingat.”

“Ah, ya … mungkin dia memang terlalu sibuk untuk menyebut namaku.” Reva tertawa kecil, lalu duduk di bangku yang tadi diduduki Rumi. “Aku cuma penasaran. Seperti apa, sih, perempuan yang akhirnya bisa membuat Radit menikah lagi?”

Rumi hanya diam, berusaha tetap tenang.

Reva melanjutkan, nada suaranya mulai terasa menusuk. “Guru TK, ya? Wah, menggemaskan. Tapi jujur aja, kamu nggak ngerasa ... terlalu rendah untuk masuk ke dunia Radit?”

Rumi meneguk ludah pelan. “Saya tidak merasa harus menyesuaikan dunia siapa pun. Saya hanya menjalani peran saya dengan tulus.”

“Hm, keren juga jawabannya.” Reva tersenyum miring. “Tapi jangan terlalu nyaman, ya. Karena Radit itu susah ditebak. Hari ini bisa dekat, besok bisa lupa.”

Rumi mengeratkan genggaman tangannya. “Kalau memang itu terjadi, mungkin saya yang harus belajar merelakan.”

Reva berdiri, membenahi tas kecilnya. “Good. Karena kadang, orang seperti kamu itu cuma persinggahan, bukan tujuan akhir.”

Wanita itu pun pergi, meninggalkan aroma menusuk di udara—bukan dari parfumnya, tapi dari kata-katanya.

Rumi berdiri membatu. Tangannya bergetar, tapi ia menegakkan kepala. Anak-anak di depannya masih tertawa, dan ia tahu di hadapan mereka, ia tak boleh terlihat lemah.

"Rum, siapa itu? Kok, datang-datang malah kata-katain kamu?"

Novi yang tak sengaja mencuri dengar obrolan mereka, akhirnya mendekat setelah Reva pergi.

"Mungkin ... pacarnya Mas Radit," jawab Rumi yang ia sendiri sedikit tak yakin akan jawaban itu.

"Pacar? Jadi, suamimu itu punya pacar? Tapi kenapa dia nikahi kamu, Rum?"

"Entahlah, Nov. Ini hanya dugaanku saja."

Novi tersenyum singkat lalu menarik tubuh Rumi agar sedikit lebih rapat dengannya.

"Udah, jangan sedih-sedih lagi. Lebih baik kamu tanyain langsung ke suamimu nanti."

"Aku nggak berani, Nov. Dokumen perjanjian kita melarang mencampuri urusan pribadi."

"Lho, tapi kan si perempuan itu udah menghina kamu? Masak iya, sih, kamu diam aja? Kamu juga harus mendapatkan penjelasan tentang siapa dia sebenarnya."

Rumi masih berpikir. Hubungannya dengan Radit masih sangat dingin. Tapi tiba-tiba, seseorang datang dan membuatnya makin kacau saja.

"Em, gimana kalau selesai kelas nanti kita shopping? Mau nggak, Rum?"

"Boleh. Tapi aku harus izin dulu ke Mas Radit."

"Iya, deh, iya. Si paling punya suami sekarang."

Rumi dan Novi tertawa bersamaan. Sejenak Rumi bisa melupakan tentang kedatangan Reva.

.....

"Mas Radit keliatannya capek banget. Mau aku pijitin nggak?"

Radit menoleh ke arah Rumi yang berdiri tak jauh darinya. Ia tengah duduk santai di sofa, menatap layar televisi yang menayangkan siaran acak.

Akhir-akhir ini, pekerjaannya memang cukup menguras tenaga dan pikiran. Sebagai CEO perusahaan besar, ada saja hal yang harus ia tangani sendiri.

"Aku emang nggak jago mijit, sih, Mas. Tapi boleh dicoba, kok," lanjut Rumi dengan senyum tipis.

Radit tertawa kecil, lalu mengangguk. "Ya sudah. Boleh."

Ia bergeser turun, duduk lesehan di atas karpet berbulu, membiarkan Rumi duduk di sofa di belakangnya.

Jemari Rumi mulai menyentuh pelan sisi kepalanya.

"Kalau sakit, bilang, ya."

"Nggak apa-apa. Dingin tangan kamu, ya."

"Iya, deg-degan mungkin," jawab Rumi pelan, setengah bercanda, tapi setengahnya lagi jujur.

Radit membuka mata, menoleh sedikit ke arah Rumi. Tatapan mereka bertemu sesaat.

"Kamu selalu deg-degan dekat aku?"

Rumi mengalihkan pandangan, pura-pura fokus lagi memijat. "Nggak tau. Soalnya Mas tuh suka bikin aku ...."

Rumi menggigit bibir, merasa ragu untuk melanjutkan ucapannya.

"Ketakutan?" tebak Radit, dan sialnya sangat tepat sasaran.

Karena tak ada sanggahan, Radit menganggapnya sebagai 'iya'.

Radit kembali menghadap ke depan, senyumnya mendadak tidak bisa ditahan. Ada sesuatu yang menghangat di dadanya─perasaan yang tak bisa ia jelaskan.

Diam-diam, Rumi juga mengumbar senyum yang sama. Ternyata bercanda dengan suami kontraknya ini tidak seburuk yang ia kira.

Namun, momen itu hanya bertahan sekejap.

Radit tiba-tiba bangkit, berdiri menjauh seolah tersadar dari sesuatu. Rumi menatap punggungnya, bingung.

"Mas," panggilnya pelan.

"Maaf," gumam Radit, masih membelakangi. Suaranya berubah datar. "Nggak seharusnya kita seperti ini."

"Kenapa?"

Radit menoleh, dan kali ini tatapannya jauh lebih berbeda dari sebelumnya. Dingin, seperti ada dinding tinggi yang mendadak dibangun.

"Aku butuh sendiri. Maaf."

Lalu ia melangkah ke kamarnya, menutup pintu dengan pelan. Meninggalkan Rumi yang tak hanya bingung, tapi juga merasa tertolak.

.....

Pagi ini, Rumi bersama asisten rumah tangga tampak menyiapkan sarapan bersama. Sesekali, Rumi bertanya tentang makanan apa saja yang Radit suka dan tidak.

Mereka menjelaskan secara detail, tak kurang satu pun.

Rumi pun mencatat baik-baik dalam kepala pintarnya.

Radit tampak rapi dengan setelan jas dan juga tas kerja. Ia menyusul ke meja makan setelah sempat melirik Rumi sesaat.

"Mas Radit kerja hari ini?"

Rumi bertanya sambil meletakkan lauk terakhir di atas meja. Ia juga melarang asisten untuk mengalaskan nasi ke dalam piring Radit. Entah kenapa, ia ingin melakukannya sendiri.

Karena terlalu kaya, Rumi merasa tak ada pekerjaan yang boleh dilakukan olehnya. Bahkan untuk mengelap minuman tumpah di atas meja pun, Rumi harus bergerak lebih cepat dari orang-orang yang bekerja di sana.

"Iya, ada kunjungan ke kantor cabang. Mungkin aku akan pulang malam."

Rumi tersenyum dan menatap Radit sejenak. "Hati-hati di jalan, ya, Mas. Semangat kerjanya."

Sesuatu dalam diri Radit seolah disentuh dengan lembut. Sikap Rumi yang perhatian, entah kenapa malah membuat Radit merasakan sesuatu yang berbeda dari biasanya.

Rumi terlalu baik, tak seperti mantan istrinya yang hanya memikirkan dirinya sendiri. Rumi terlalu pengertian, tak seperti mantan istrinya yang selalu menuntut banyak hal darinya. Rumi terlalu tenang, mudah memaafkan, dan penyayang.

Radit menatap piring nasinya yang kini sudah penuh. Rumi duduk di sampingnya, menuangkan air ke dalam gelas.

"Nanti Mas Radit jangan sampai lupa makan siang," katanya tanpa melihat ke arah Radit, pura-pura sibuk menata sendok.

Radit hanya mengangguk pelan, tapi dadanya terasa aneh. Hangat, seperti disentuh halus dari dalam. Ia ingin bilang terima kasih, tapi lidahnya terasa kaku.

"Kalau capek banget, jangan dipaksa, ya, Mas." Rumi menambahkan, kali ini sambil menatapnya.

Radit tak bisa menahan senyum kecil di bibirnya. "Kamu perhatian banget." Bahkan setelah semalam ia tinggalkan begitu saja.

Rumi mengangkat bahu pelan. "Soalnya Mas Radit baik."

Radit menahan napas sejenak. Kalimat sederhana itu seperti mengetuk pintu yang lama tertutup di hatinya. Ia menunduk, menyendok nasi, tapi pikirannya sibuk membongkar ulang semua kenangan. Mungkin, pertama kalinya sejak perceraiannya, ia merasa lebih dianggap.

Terpopuler

Comments

Dewi Payang

Dewi Payang

Rumi... sederhana, tenang, tapi membuat seorang Reva yang nyaris sempurna penasaran sama seorang Rumi.

2025-07-14

1

Obito Uchiha

Obito Uchiha

reva nih apa2an, sirik sama rumi? bilang aja. rumi bukan tipe cewek seperti anda! untungnya ada novi yg bisa mencairkan suasana.

rumi mijitin radit, tapi radit buru2 tersadar dan inget kontraknya. tapi lama2 radit kayaknya baper juga tuh. apa dalam benak si radit ini semua cewek sama aja? makanya dia menyimpan trauma.

btw saya kasih bintang. masuk gak?

2025-05-26

1

Dewi Payang

Dewi Payang

Secangkir kopi buat kak author, aku nunggu mas Radit buka hati untuk Rumi😍

2025-07-14

1

lihat semua
Episodes
1 1. Pernikahan Tanpa Cinta
2 2. Pertemuan yang Tak Direncanakan
3 3. Semakin Dekat, Semakin Bingung
4 4. Luka yang Tercium Diam-Diam
5 5. Perhatian yang Tak Disadari
6 6. Masalah yang Menyenangkan
7 7. Salah Paham
8 8. Detak yang Tak Bisa Disembunyikan
9 9. Ungkapan Sayang
10 10. Pelindung Dalam Diam
11 11. Kapal Berlayar
12 12. Cinta yang Utuh
13 13. Antara Dua Sahabat
14 14. Tanpa Jarak
15 15. Tes Kehamilan
16 16. Reva, Si Wanita Ular
17 17. Cinta dan Martabat
18 18. Anwar Tersentuh
19 19. Tuduhan Di Sekolah
20 20. Bukti Penghancur
21 21. Tangis Bahagia dan Keteguhan Hati
22 22. Pelukan yang Terlambat
23 23. Pelindung yang Perlahan Berubah
24 24. Dijaga atau Dikurung?
25 25. Trauma Masa Lalu
26 26. Godaan Di Malam Pesta
27 27. Rumi Mulai Mencari Tahu
28 28. Amplop Putih
29 29. Beri Aku Kesempatan Kedua
30 30. Syukuran Tujuh Bulanan
31 31. Anwar Jatuh Pingsan
32 32. Tamu Tak Terduga
33 33. Leo Wijaya
34 34. Janji Radit
35 35. Reva Bebas
36 36. Menggali Masa Lalu
37 37. Rencana Berjalan Lancar
38 38. Novi itu Nakal
39 39. Reva Dalam Dilema
40 40. Reva Putar Arah
41 41. Ayo Kita Menikah!
42 42. Setelah Sekian Lama
43 43. Izin yang Mengubah Segalanya
44 44. Tawa yang Tak Pernah Kembali
45 45. Menahan Pelukan
46 46. Nauval Curiga
47 47. Aksi Balas Dendam
48 48. Perhatian Itu Masih Ada
49 49. Orang Dalam
50 50. Akhir Hidup Bu Widya
51 51. Di Sebuah Villa
52 52. Surat Untuk Leo
53 53. Antara Rahasia dan Rasa
54 54. Lamaran Novi dan Nauval
55 55. Pesta Pernikahan
56 56. Kejutan Kecil Untuk Radit
57 57. Klien Penting
58 58. Kembali Bukan Untuk Pulang
59 59. Merasa Diabaikan
60 60. Makan Malam yang Gagal
61 61. Rencana Dimas
62 62. Perjalanan Bisnis
Episodes

Updated 62 Episodes

1
1. Pernikahan Tanpa Cinta
2
2. Pertemuan yang Tak Direncanakan
3
3. Semakin Dekat, Semakin Bingung
4
4. Luka yang Tercium Diam-Diam
5
5. Perhatian yang Tak Disadari
6
6. Masalah yang Menyenangkan
7
7. Salah Paham
8
8. Detak yang Tak Bisa Disembunyikan
9
9. Ungkapan Sayang
10
10. Pelindung Dalam Diam
11
11. Kapal Berlayar
12
12. Cinta yang Utuh
13
13. Antara Dua Sahabat
14
14. Tanpa Jarak
15
15. Tes Kehamilan
16
16. Reva, Si Wanita Ular
17
17. Cinta dan Martabat
18
18. Anwar Tersentuh
19
19. Tuduhan Di Sekolah
20
20. Bukti Penghancur
21
21. Tangis Bahagia dan Keteguhan Hati
22
22. Pelukan yang Terlambat
23
23. Pelindung yang Perlahan Berubah
24
24. Dijaga atau Dikurung?
25
25. Trauma Masa Lalu
26
26. Godaan Di Malam Pesta
27
27. Rumi Mulai Mencari Tahu
28
28. Amplop Putih
29
29. Beri Aku Kesempatan Kedua
30
30. Syukuran Tujuh Bulanan
31
31. Anwar Jatuh Pingsan
32
32. Tamu Tak Terduga
33
33. Leo Wijaya
34
34. Janji Radit
35
35. Reva Bebas
36
36. Menggali Masa Lalu
37
37. Rencana Berjalan Lancar
38
38. Novi itu Nakal
39
39. Reva Dalam Dilema
40
40. Reva Putar Arah
41
41. Ayo Kita Menikah!
42
42. Setelah Sekian Lama
43
43. Izin yang Mengubah Segalanya
44
44. Tawa yang Tak Pernah Kembali
45
45. Menahan Pelukan
46
46. Nauval Curiga
47
47. Aksi Balas Dendam
48
48. Perhatian Itu Masih Ada
49
49. Orang Dalam
50
50. Akhir Hidup Bu Widya
51
51. Di Sebuah Villa
52
52. Surat Untuk Leo
53
53. Antara Rahasia dan Rasa
54
54. Lamaran Novi dan Nauval
55
55. Pesta Pernikahan
56
56. Kejutan Kecil Untuk Radit
57
57. Klien Penting
58
58. Kembali Bukan Untuk Pulang
59
59. Merasa Diabaikan
60
60. Makan Malam yang Gagal
61
61. Rencana Dimas
62
62. Perjalanan Bisnis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!