3. Semakin Dekat, Semakin Bingung

Keesokan paginya, dapur dipenuhi aroma tumisan bawang putih. Rumi berdiri di depan kompor dan ikut menyiapkan sarapan meski asisten rumah tangga puluhan kali melarang.

Dikarenakan kesalahpahaman semalam, Rumi berakhir tidur dengan tak tenang. Matanya sembab karena sempat menangis. Ia merasa tertuduh dan juga kecewa lantaran Radit memilih untuk tidak mendengarkan penjelasannya.

Matanya yang sembab, berusaha ia tutupi dengan senyum ketika Radit melintas tanpa kata. Pria itu langsung duduk di meja makan dengan wajah dingin.

Tak ada percakapan pagi ini. Tak juga tatapan mata.

Ponsel Radit ada di meja makan, sama seperti semalam. Tapi kini, Rumi tak lagi tertarik untuk menyentuhnya. Ia merasa cukup disentuh oleh luka yang masih terlalu basah.

Dan entah mengapa, pesan tanpa nama itu jauh lebih membekas daripada ucapan pedas sang mertua.

"Mas Radit ...." Rumi memanggil dan perlahan menarik kursi di sebelah Radit. Rasa takutnya sangat kentara. "Aku mau minta maaf soal tadi malam. Aku sama sekali nggak bermaksud melihat pesan itu."

Radit tak menoleh. Tatapannya tertuju ke layar laptop yang menyala di depannya. Tangannya sibuk memotong roti, sementara mulutnya sibuk menguyah.

"Mas Radit ...."

"Sudah, jangan dibahas lagi." Radit menjawab datar.

"Tapi, Mas─"

"Sudah, Rumi! Sudah! Mengerti tidak, sih?"

Rumi menunduk setelah sempat melotot karena tak percaya. Bentakan Radit membuatnya ketakutan sampai-sampai ia harus menggigit bibir untuk menahan tangis.

Beberapa asisten yang semula ada di sana perlahan-lahan mulai menjauh. Memberi ruang yang lapang untuk keduanya menyelesaikan masalah.

Akan tetapi masalah itu tak benar-benar selesai. Radit melenggang pergi, meninggalkan rotinya yang tak habis.

.....

Pagi itu, suasana kantor tampak seperti biasa. Laporan menumpuk, jadwal meeting padat, dan banyak berkas yang harus ia periksa. Tapi Radit duduk di kursinya dengan pandangan kosong menatap layar laptop yang menyala.

Tangannya menggenggam pena, tapi tak ada satu pun baris kalimat yang tercatat.

Wajah Rumi semalam kembali terlintas.

Air matanya. Senyumnya yang dipaksakan. Suaranya yang bergetar saat meminta maaf.

Radit menghela napas. Kenapa hal sekecil itu justru membuat dadanya sesak?

Dia bahkan tidak tahu pasti kenapa bersikap sekeras itu pada Rumi. Padahal ia tahu, perempuan itu tidak sepenuhnya bersalah.

Dan entah kenapa, sejak semalam, bayangan Rumi tak pernah benar-benar pergi dari pikirannya.

"Kenapa, Dit? Habis nikah bukannya seger malah makin kusut. Nggak dapat jatah, ya."

Radit memutar bola mata dengan malas. Yang masuk ke ruangannya sekarang adalah Nauval, sahabat sekaligus asisten pribadinya.

"Mana laporan yang aku mau?" Radit sama sekali tak tertarik untuk membahas tentang pernikahannya lebih lanjut.

Dan Nauval hanya tertawa singkat sambil meletakkan laporan yang Radit maksud.

"Kenapa, sih, Dit? Ada masalah apa sama pernikahan yang baru berumur seminggu ini?"

Radit tak menjawab, berusaha fokus membaca laporan di atas meja.

"Kali aja aku bisa kasih solusinya," timpal Nauval lagi.

"Kamu aja belum pernah nikah. Gimana caranya bisa kasih solusi?"

Nauval berdecak dan akhirnya menyerah.

"Kamu ... beneran nggak ada rencana buat buka hati? Ya walaupun cuma pernikahan kontrak. Siapa tau kan kalau dia ini beneran jodohmu?"

Radit menatap Nauval sejenak dengan napas berembus lelah. "Nggak ada alasan buat aku percaya sama mereka."

"Tapi nggak semua perempuan itu sama, Dit. Mereka berbeda. Dan aku juga bisa lihat kalau istrimu ini juga berbeda. Dia bukan mantan istrimu yang jahat itu, Dit. Dia orang baru yang mungkin akan meruntuhkan es di hatimu itu."

Radit tak membalas, hanya diam dengan pandangan lurus ke depan.

"Nggak ada salahnya mencoba untuk membuka hati. Coba sekarang atau kamu akan menyesal kemudian."

Setelah memberikan petuah padahal dirinya tidak mempunyai pasangan, Nauval berbalik dan berjalan keluar dari ruangan kebesaran.

Radit membuang napas panjang. Memejamkan mata sambil meraup muka.

Sejak pandang pertama pun, Radit sudah menyadari bahwa Rumi bukanlah sosok seperti mantan istrinya dulu. Wanita ini lembut, tapi juga rapuh di saat yang bersamaan. Ia baik dan mungkin juga pengertian.

Tapi, apakah ia bisa mencintai pasangan dengan tulus? Apakah ia setia? Apakah ia akan meninggalkan Radit saat dirinya benar-benar jatuh cinta?

Memikirkannya saja membuat kepala Radit seakan hampir pecah. Lagi-lagi bayangan Rumi memenuhi setiap sudut pikirannya.

Pintu ruangan Radit terbuka tanpa izin. Seorang wanita berpenampilan modis melangkah masuk dengan percaya diri, membawa senyum yang Radit kenal betul.

“Masih dingin seperti biasa, ya, Dit?” sapa Reva sambil duduk tanpa diminta.

Radit mendesah pelan. “Apa yang kamu lakukan di sini, Reva?”

“Rindu,” jawabnya cepat, menggoda. “Masa, sih, pria yang selalu dikejar banyak wanita, sekarang malah menghilang begitu saja? Eh, atau jangan-jangan, kamu udah ada yang nemenin, ya?”

Radit menegakkan badan, sorot matanya tajam. “Kalau kamu ke sini cuma buat main-main, pulang, Reva. Aku sibuk.”

Reva tertawa kecil. “Aih, galak amat. Padahal aku cuma mau ngasih tahu kalau pesanku semalam belum dibalas.”

Radit berdecak. “Ternyata itu nomor barumu, ya?"

“Ya, iyalah. Siapa lagi coba? Aku pikir kamu udah nggak bisa tidur kalau nggak aku ucapin 'love you', haha ...."

Radit berdiri. “Itu terakhir kalinya kamu kirim pesan seperti itu. Aku sudah menikah, Reva.”

Reva mencibir. “Nikah sama perempuan miskin yang bahkan bukan selera mama kamu? Please, Radit. Kamu tahu yang pantas buat kamu itu siapa.”

Radit menahan emosi. Tapi dalam hati, bayangan air mata Rumi muncul kembai. Dan entah kenapa, terasa jauh lebih menyakitkan dari semua yang dikatakan Reva barusan.

"Hentikan omong kosongmu itu. Aku tau siapa yang pantas untukku. Dan itu bukan kamu."

Reva berdiri, berjalan melingkari meja dan berdiri tepat di sebelah Radit. Lengannya yang putih bersih terlihat mengalungi leher Radit dengan mesra.

"Semakin kamu tolak, semakin aku bersemangat untuk memilikimu. Ayolah, Radit. Apa kurangnya aku untukmu? Aku seksi, aku kaya, aku cantik, aku lebih dari segala-galanya."

"Tapi kamu bukan seleraku. Menjauhlah!"

Radit melepaskan tangan Reva dengan kasar. Ia benar-benar muak.

Bertepatan dengan itu, Nauval masuk ke dalam ruangan tersebut. Kehadiran Reva sudah bukan lagi pemandangan baru buatnya.

Hanya ditatap Radit saja, Nauval tahu apa yang harus ia lakukan.

"Jangan main kode-kode, Radit. Aku bisa sendiri. Sampai jumpa nanti kesayanganku."

Reva berjalan dengan anggun. Ketukan sepatu hak tinggi miliknya terdengar berirama.

Reva akhirnya pergi.

Malam itu, rumah terasa sunyi seperti biasanya.

Radit pulang lebih awal, berharap bisa menebus sikapnya semalam. Tapi yang menyambutnya hanya aroma hangat masakan dan rumah yang rapi. Rumi tidak muncul dari dapur seperti biasa.

Ia berjalan pelan ke ruang tengah. Rumi duduk di sudut sofa, menunduk, tangannya sibuk menuliskan sesuatu. Mungkin semacam pekerjaan di sekolah yang harus ia selesaikan di rumah.

“Udah makan?” tanya Radit, mencoba membuka percakapan. Kali ini, Rumi tak lagi terkejut akan kedatangannya yang tiba-tiba.

Rumi hanya mengangguk tanpa menatap. “Sudah. Kalau Mas Radit belum makan, aku akan panaskan makanannya sebentar."

“Nggak usah. Aku bisa ambil sendiri,” balas Radit pelan.

Sunyi lagi. Radit menghela napas. Biasanya Rumi akan bertanya bagaimana harinya. Tapi sekarang, seperti ada tembok tak kasat mata yang semakin tinggi di antara mereka.

“Rumi,” panggil Radit.

Rumi menoleh, tapi cepat-cepat menunduk lagi. “Maaf, aku nggak bermaksud ganggu privasi Mas Radit. Aku akan lebih hati-hati ke depannya.”

“Rumi, bukan itu maksudku.”

Tapi Rumi sudah bangkit, hendak berjalan cepat menuju kamar sebelum Radit memutuskan untuk meraih tangannya.

"Jangan seperti ini, Rumi. Jangan sampai masalah ini merusak hubungan kita. Ingat, kita masih ada kontrak selama beberapa bulan ke depan."

Rumi membuang napas. Matanya terpaku kepada Radit yang masih memegang tangannya.

Terpopuler

Comments

Obito Uchiha

Obito Uchiha

nauval sama kayak novi isengnya, kalo dijodohin cocok tuh. saya suka sama karakter radit, walau dingin dan tegas dia baik hati, bahkan gak tergiur sama cewek sesempurna reva. penasaran saya, mau lanjut lagi

2025-05-26

2

Tanz>⁠.⁠<

Tanz>⁠.⁠<

jadi pengen nyanyi lagu stecu nih jadi nya gara gara keingat, pandang pertama lihat nona langsung suka~ 😭🙏🏻

2025-06-15

2

Dewi Payang

Dewi Payang

Buka hatimu Dit, tanggalkan trauma masa lalu...

2025-07-14

1

lihat semua
Episodes
1 1. Pernikahan Tanpa Cinta
2 2. Pertemuan yang Tak Direncanakan
3 3. Semakin Dekat, Semakin Bingung
4 4. Luka yang Tercium Diam-Diam
5 5. Perhatian yang Tak Disadari
6 6. Masalah yang Menyenangkan
7 7. Salah Paham
8 8. Detak yang Tak Bisa Disembunyikan
9 9. Ungkapan Sayang
10 10. Pelindung Dalam Diam
11 11. Kapal Berlayar
12 12. Cinta yang Utuh
13 13. Antara Dua Sahabat
14 14. Tanpa Jarak
15 15. Tes Kehamilan
16 16. Reva, Si Wanita Ular
17 17. Cinta dan Martabat
18 18. Anwar Tersentuh
19 19. Tuduhan Di Sekolah
20 20. Bukti Penghancur
21 21. Tangis Bahagia dan Keteguhan Hati
22 22. Pelukan yang Terlambat
23 23. Pelindung yang Perlahan Berubah
24 24. Dijaga atau Dikurung?
25 25. Trauma Masa Lalu
26 26. Godaan Di Malam Pesta
27 27. Rumi Mulai Mencari Tahu
28 28. Amplop Putih
29 29. Beri Aku Kesempatan Kedua
30 30. Syukuran Tujuh Bulanan
31 31. Anwar Jatuh Pingsan
32 32. Tamu Tak Terduga
33 33. Leo Wijaya
34 34. Janji Radit
35 35. Reva Bebas
36 36. Menggali Masa Lalu
37 37. Rencana Berjalan Lancar
38 38. Novi itu Nakal
39 39. Reva Dalam Dilema
40 40. Reva Putar Arah
41 41. Ayo Kita Menikah!
42 42. Setelah Sekian Lama
43 43. Izin yang Mengubah Segalanya
44 44. Tawa yang Tak Pernah Kembali
45 45. Menahan Pelukan
46 46. Nauval Curiga
47 47. Aksi Balas Dendam
48 48. Perhatian Itu Masih Ada
49 49. Orang Dalam
50 50. Akhir Hidup Bu Widya
51 51. Di Sebuah Villa
52 52. Surat Untuk Leo
53 53. Antara Rahasia dan Rasa
54 54. Lamaran Novi dan Nauval
55 55. Pesta Pernikahan
56 56. Kejutan Kecil Untuk Radit
57 57. Klien Penting
58 58. Kembali Bukan Untuk Pulang
59 59. Merasa Diabaikan
60 60. Makan Malam yang Gagal
61 61. Rencana Dimas
62 62. Perjalanan Bisnis
Episodes

Updated 62 Episodes

1
1. Pernikahan Tanpa Cinta
2
2. Pertemuan yang Tak Direncanakan
3
3. Semakin Dekat, Semakin Bingung
4
4. Luka yang Tercium Diam-Diam
5
5. Perhatian yang Tak Disadari
6
6. Masalah yang Menyenangkan
7
7. Salah Paham
8
8. Detak yang Tak Bisa Disembunyikan
9
9. Ungkapan Sayang
10
10. Pelindung Dalam Diam
11
11. Kapal Berlayar
12
12. Cinta yang Utuh
13
13. Antara Dua Sahabat
14
14. Tanpa Jarak
15
15. Tes Kehamilan
16
16. Reva, Si Wanita Ular
17
17. Cinta dan Martabat
18
18. Anwar Tersentuh
19
19. Tuduhan Di Sekolah
20
20. Bukti Penghancur
21
21. Tangis Bahagia dan Keteguhan Hati
22
22. Pelukan yang Terlambat
23
23. Pelindung yang Perlahan Berubah
24
24. Dijaga atau Dikurung?
25
25. Trauma Masa Lalu
26
26. Godaan Di Malam Pesta
27
27. Rumi Mulai Mencari Tahu
28
28. Amplop Putih
29
29. Beri Aku Kesempatan Kedua
30
30. Syukuran Tujuh Bulanan
31
31. Anwar Jatuh Pingsan
32
32. Tamu Tak Terduga
33
33. Leo Wijaya
34
34. Janji Radit
35
35. Reva Bebas
36
36. Menggali Masa Lalu
37
37. Rencana Berjalan Lancar
38
38. Novi itu Nakal
39
39. Reva Dalam Dilema
40
40. Reva Putar Arah
41
41. Ayo Kita Menikah!
42
42. Setelah Sekian Lama
43
43. Izin yang Mengubah Segalanya
44
44. Tawa yang Tak Pernah Kembali
45
45. Menahan Pelukan
46
46. Nauval Curiga
47
47. Aksi Balas Dendam
48
48. Perhatian Itu Masih Ada
49
49. Orang Dalam
50
50. Akhir Hidup Bu Widya
51
51. Di Sebuah Villa
52
52. Surat Untuk Leo
53
53. Antara Rahasia dan Rasa
54
54. Lamaran Novi dan Nauval
55
55. Pesta Pernikahan
56
56. Kejutan Kecil Untuk Radit
57
57. Klien Penting
58
58. Kembali Bukan Untuk Pulang
59
59. Merasa Diabaikan
60
60. Makan Malam yang Gagal
61
61. Rencana Dimas
62
62. Perjalanan Bisnis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!