Lala tidak mau, Kak Diana tidak ingin berjuang demi keutuhan keluarga nya.
Lili tidak mau jika ulat bulu yang menjadi kakak iparnya, tidak, Lala tidak akan setuju dan tidak akan menganggapnya, kakak iparnya hanya kak Diana dan bukan si Monica itu.
" Kak jangan menyerah dulu dong kak, Lala yakin pasti Kak Vian akan jatuh cinta sama kak Lala, kakak harus percaya sama Lala kak. " Diana tersenyum simpul apa jadinya jika Lala tahu apa yang akan terjadi pada nya. Dia akan pergi jauh dan harus ada orang yang membantunya merawat Vian dan tampaknya Vian lebih nyaman bersama Monica.
Walau pun saat ini hatinya sakit dan bahkan terluka saat Vian dekat dengan Monica tapi setidaknya Diana akan lebih lega ketika Vian bahagia walau pun bukan bersama nya.
"Tapi...... " Diana ragu akan baik jika tidak berharap lebih pada seseorang yang memang tidak pernah menganggap Diana ada.
" Kakak nanti aku akan bicara sama Kak Vian ok Kak. " Diana memegang tangan Lala.
" Dengarkan mbak La. Biarkan saja mas mu itu, perjanjian pernikahan hanya satu tahun, jika mbak tidak bisa memiliki keturunan ya mbak akan berpisah sesuai perjanjian dari Mas Vian saat kita berdua menikah. " Lala tidak terima. Perjanjian apa itu? Satu tahun jika tidak memiliki anak mereka akan berpisah? Bahkan Kak Diana di sentuh aja tidak, bagaimana bisa hamil,, memang minta di hajar tu orang. " Lala geram ingin menghajar kakaknya itu, saking cintanya sama si ulat bulu dia merelakan istri yang benar benar sayang sama dia. Kak Diana tidak pantas di perlakukan seperti itu.
Lala tak terima.
" Enggak, yang jadi kakak ipar hanya Kak Diana saja dan bukan Kak Monica, " Jika Diana menjelaskan kondisinya sekarang pasti Lala semakin merajuk. Akhirnya Diana memutuskan untuk setuju walau akhirnya tidak akan ada yang berubah atau mungkin Vian akan semakin membencinya.
" Lala.. Jika seandainya Kak Vian tidak menyukai kakak, ya kamu jangan marah, karena...... Cinta itu tidak bisa di paksa. " Lala mengangguk malas dan segera pergi keluar menuju kamar Kakaknya yang tidak jauh jaraknya dari kamar Diana.
"Sudah ku bilang kau tidak perlu tahu urusan aku... " Lala geram baru juga membuka pintu sambutan kakak nya ini sangat menyebalkan.
" Idih, jahat amat tuh mulut. Gimana jika mama tau papa tahu...?? " Akhirnya Vian membuang muka dan berbaring di sofa, malas melayani adiknya yang memihak Diana.
" Apa yang membuat mu datang La?. Jangan bilang kau di hasut Diana? Apa yang dia berikan untuk meminta mu datang ke mari. " Padahal Kak Diana istrinya kenapa kakak bicaranya gitu sakit tahu dengernya.
" Enggak, siapa?? Kak. Diana baik tahu kak. " Bukan nya percaya Vian memandang Diana dengan tatapan misterius bahkan terkesan meragukan.
" Diana... Jangan kau pikir semua orang membela mu aku akan luluh, ingat batasan mu. " Diana terpaku, jawaban yang membuatnya sakit kembali terdengar, setidaknya tidak berharap lebih memang sudah benar dari pada harus di hina dan di rendahkan suami sendiri.
" Sudahlah dek ayo, pergi. " Diana menarik Lala agar keluar dari kamar, setidaknya tidak mengganggu orang yang tidak ingin di ganggu.
"Percobaan yang bagus Na, tapi ingat sampai kapan pun kita bukan siapa-siapa. Ingat itu... " Lala ingin memukul kakak nya orang kok egois banget, lebih mementingkan perasaan orang lain daripada istrinya sendiri, heran.
" Kakak enggak apa-apa kan... Jangan dengerin ya kak... "Diana tersenyum kecut. Diana memandang langit senja.
Tatapan mata yang lurus ke depan, mengedarkan pandangan pada alam yang mulai malu malu menampakkan wajahnya, mentari perlahan tenggelam.
" Kak.... " Lala ingin menguatkan hati Diana namun dia juga bingung harus bagaimana, kakak keterlaluan jika tidak suka jangan seperti itu.
.
.
.
" Lala.... "Sapa mama Luna pada anak perempuannya, bukannya tadi anaknya ini berkunjung ke rumah kakak nya tapi kenapa tuh wajahnya di tekuk seperti cucian belum kering.
" Mama.... "
" Bukannya kamu tadi berkunjung ke rumah kakak kamu? Kok mukanya gitu? Apa kalian berdua bertengkar?" Lala mengangguk tanda pertanyaan yang Luna berikan memang benar, Lili bertengkar tapi bukan masalah kecil ini menyangkut rumah tangga kakaknya.
" Kakak keterlaluan ma. " Kesal Lala bahkan wajahnya sudah memerah karena melupakan emosi.
" Apa mereka bertengkar? Bukankah pengantin baru harusnya masih senang senangnya ya sayang atau gara-gara kamu menganggu mereka? Karena itu kakak mu marah. Dasar.... " Luna mengira masalah ini hanya masalah biasa namun yang tidak Luna ketahui adalah masalah ini sangat jauh dari pemikiran nya.
"Bukan ma tapi..... " Luna yang mendengar cerita Lala terkejut.
.
.
" Bagaimana apakah kamu senang sayang?? " Monica yang sudah menenteng beberapa barang pun mengangguk hari ini dia bahagia banget akhirnya hari ini dia bisa belanja lagi. Padahal kemarin baru borong baju baju mahal dan hari ini belanja sepatu merek terkenal yang ia mau.
" Senang, kamu memang tahu cara membuat pacar senang tahu yang... " Vian menepuk dadanya, siapa dulu Vian.
" Kamu laper nggak? Makan yuk " Ajak Vian setelah melihat ada restoran.
" Laper sih. Ayo.... " Monica menarik lengan Vian, bergelayut manja layaknya sepasang kekasih yang sedang kasmaran. Namun di tempat yang tak jauh dari sana seorang pria terlihat mengepalkan tangan, apa yang membuat pria itu marah??
Keduanya bergelayut manja setelah makanan datang keduanya pun mengobrol santai.
" Yang.... Apa istri mu enggak marah?. Lagian hubungan kita salah enggak sih?" Monica sengaja bertanya seperti itu, karena Monica ingin tahu siapa yang Vian pilih istri yang lusuh itu atau dirinya.
" Kenapa kamu selalu bertanya seperti itu sih yang, lagian keluarga ku yang memaksa aku kok, kalau kamu enggak memaksa ku pasti aku juga ogah kalik yang nikah sama dia. Lagian kenapa juga kamu setuju??? " Monica tersenyum manis.
" Lalu jika kamu tidak setuju dan semua harta mu di serahkan ke panti asuhan gimana? "
" Kan aku bisa kerja yang, kasihan kan aku harus bohong sama diriku sendiri. " Vian awalnya tidak ingin menyetujui ide Monica tapi demi hubungan mereka aman jadi Vian menerima saja. Walau pun dengan hati yang berat.
" Kalau enggak gitu kita tidak akan mungkin bisa seperti ini tahu yang..... " Monica tersenyum lega, walaupun Vian menikah dengan pilihan orang tuanya tapi dia masih bisa bertemu dan jalan-jalan dan satu lagi dia belanja dengan puas.
" Aku juga yang harus berkorban.... " Monica memberikan kecupan.
" Sayang aku kangen tahu... yuk seperti biasa... " Mendengar kode dari Monica Vian tersenyum bahagia.
Belum juga menjawab pertanyaan dari Monica seorang pria paruh baya menampar wajah Vian dan bahkan sampai tertolak ke belakang.
" Papa!!!!!!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments