Potongan Puzzle

"KATAKAN ALES, APA BENAR KAMU MENGHAMILI SOFIA?" Teriak Bella yang masih belum bangun dari lantai.

"Tentu saja benar, pria breng sek seperti dia mana mungkin berani berkata jujur. Bahkan setelah pertama kali mengambil mahkotaku. Karena tidak cukup hanya satu lubang, dia mencari lubang milikmu yang sudah dimasuki puluhan pria lain."

"Apa maksudmu." Gelagapan Bella tidak ingin Alessandro berbalik curiga padanya.

"Maksudku sampah seperti dia memang cocok dibuang di tempat sampah sepertimu. Yang sudi menampung bekas wanita miskin sepertiku." Sarkas Sofia.

"ALESSANDRO... Kenapa kamu diam saja." Teriak Bella yang tidak dibela.

"Sudahlah, aku malas berurusan dengan pria menjijikkan seperti pria ini."

"Bukankah kita sama Sofia, kamu bahkan lebih buruk..." Ucap Alessandro.

"Aku memang yang pertama, tapi bukan satu-satunya. Karena kamu juga tidak puas hanya dengan satu pria. Setelah malam denganku, besoknya kamu dengan pria lain."

"Fitnah apa yang coba kamu katakan Alessandro. Kamu ingin memutar balikkan fakta?" Ucap Sofia marah.

"Aku tidak membual, justru kamu wanita munafik yang pernah aku kenal." Alessandro terlihat menahan emosi.

"Oh ya... Bukankah dia wanita setelah aku yang kamu gagahi? Wanita murahan yang dengan percaya diri menyerahkan tubuh pada kekasih orang lain? Wanita yang setelah malam itu menggantikan aku sebagai pemuas nafsumu sampai hari ini?"

"Kenapa bukan dia saja yang kamu hamili? Kenapa harus memberikan beban hidup untuk wanita miskin sepertiku ini Alessandro. Dan apa kamu yakin aku tidak akan berani melenyapkan bayi hasil benihmu?"

"Berani kamu sentuh anakku, detik itu juga aku akan membunuhmu dengan tanganku sendiri." Marah Alessandro bahkan sudah mencengkeram tangan Sofia.

"Dan aku lebih baik mati, daripada menjadi ibu dari benih manusia busuk seperti dirimu itu." Ucap Sofia tak kalah sengit.

"Ayo lebih baik kita pergi dari sini Sofia." Ajak Naren.

Sebelum benar-benar menarik tangan Sofia, Naren berbalik dan berkata.

"Harusnya kami bisa mencari kebenaran, bukan justru bersama pembuat masalah."

"Apa maksud kamu?" Tanya Alessandro.

"Bukankah kamu seorang mafia? Kenapa otak kamu lemot berfikir. Kejadian seperti itu bukankah harusnya kamu curiga, mengapa bisa nampak kebetulan. Sofia yang terlihat tidur dengan seorang pria. Dan kamu yang bisa satu ranjang dengan wanita murahan itu? Bukan mencari tahu kebenarannya, justru kamu pacari dia."

"Ayo kita pergi, kita cari baju di tempat lain saja. Mental kamu lebih penting daripada sibuk meladeni pria busuk sepertinya." Ucap Naren lalu menarik cepat tangan sahabatnya yang masih terpaku.

Setelah Sofia dan Naren tidak terlihat, pandangan Alessandro nyalang menatap Bella yang terdiam di lantai.

"Apa ini bagian dari rencanamu?"

"Jangan mencecarku seperti itu Alessandro, biar bagaimanapun aku adalah kekasihmu saat ini. Yang akan menjadi istrimu, jadi benar kata wanita miskin itu. Harusnya aku yang hamil anakmu, bukan dia." Ucapnya.

"Aku akan mencari tahu, jika benar semua ini adalah konspirasi besar yang kamu rencanakan. Siap-siap aku akan menghancurkan hidupmu."

Setelah mengatakan semua itu Alessandro pun pergi meninggalkan Bella yang menangis tergugu di lantai mall.

"Awas kamu Sofia, kamu sudah buat Alessandro membenciku. Tunggu pembalasanku. Akan aku buat hidupmu lebih sengsara daripada 5 tahun yang lalu." Ucap Bella penuh dendam.

"Tapi benarkah, Sofia hamil anak Alessandro? Bukankah dia impoten?" Gumamnya.

Beberapa hari sejak pertemuan itu, Sofia sudah kembali menjalani rutinitas seperti biasa. Membuka kedai roti di pagi hari bersama Naren, meskipun sedikit ada sedikit kendala.

"Kamu masih mual muntah Sofia?" Tanya Naren khawatir melihat wajah pucat sang sahabat pagi ini.

"Iya, sudah beberapa hari semaki parah saja." Jawab Sofia lemah.

"Haruskah kita tutup kedai dan pergi ke dokter?" Tanya Naren.

"Tidak perlu aku tidak selemah itu harus pergi ke dokter."

"Setidaknya kamu periksakan kandunganmu itu, sudah berapa minggu dia tumbuh di dalam rahim kamu itu. Kamu harus minta vitamin penunjang pertumbuhan janin, dan juga minum susu ibu hamil." Saran Naren.

"Entahlah apa aku harus mengikuti saranmu itu Naren." Ucap Sofia.

"Kamu masih tidak menginginkan bayi itu? Kamu tetap ingin menggugurkannya?"

"Aku memang tidak menginginkannya, tapi aku tidak setega itu membunuh dia yang bahkan tidak minta untuk hadir diantara kami berdua. Aku memang membenci Alessandro, tapi perlahan aku mulai menyayangi anaknya."

"Syukurlah kalau begitu, sekarang semangat untuk kita semua. Tidak perlu memikirkan yang tidak penting untuk dipikirkan. Biarkan semua berjalan seperti air yang mengalir." Nasihat Naren.

"Ya baiklah, ayo kita berangkat bekerja. Sekarang harus lebih rajin dan semangat untuk mengumpulkan dolar. Karena ada bayi yang nanti butuh biaya hidupnya." Ucap Sofia.

Sementara itu di sebuah ruangan serba hitam, Alessandro sedang mengamuk seorang diri. Menghancurkan semua barang yang ada di dalam kamarnya. Setelah salah satu orang anak buahnya yang ahli meretas sudah menemukan beberapa potongan rekaman cctv.

Rekaman tentang kejadian 5 tahun yang lalu, saat dia membawa Sofia masuk ke kamar hotel.

Ternyata ada kamera tersembunyi yang tidak dia ketahui. Memperlihatkan betapa mesranya dia mencumbu Sofia yang saat itu masih menjadi kekasihnya. Hingga adegan panas saat pertama kali dia mengambil mahkota atas persetujuan Sofia. Malam itu, mereka berdua menikmati manisnya madu cinta.

Hingga video berlanjut dengan cuplikan adegan yang membuat Alessandro terkejut.

Video saat Alessandro sedang tidur berpelukan sangat intim dengan Bella tanpa pakaian satu pun yang melekat pada tubuh mereka berdua. Alessandro sama sekali tidak ingat jika dirinya pernah berbuat sejauh itu dengan teman masa kecilnya.

Video berlanjut memperlihatkan Sofia yang sedang dipapah seorang pria untuk masuk ke dalam sebuah apartemen.

Hanya potongan video yang anak buahnya temukan, karena rupanya kejadian hari itu sudah sangat direncanakan. Hingga rekaman lengkapnya sudah dihapus rapi tanpa bisa dilacak lagi.

"Tunggu, kenapa mata Sofia tertutup rapat. Apa itu artinya dia tidak sadarkan diri?" Gumam Alessandro.

Detik itu juga Alessandro bangkit pergi meninggalkan kekacauan di kamarnya.

Kemudian Alessandro menghubungi Tom dan Darren, dua orang kepercayaannya untuk segera datang menemuinya di ruang kerja yang berada di mansion.

Tidak butuh waktu lama, karena Alessandro paling tidak suka menunggu. Tentu saja kedua tangan kanannya sudah paham kebiasaan sang majikan.

"Katakan apa yang kalian ketahui kejadian 5 tahun yang lalu?"

"Maaf bos, kami kurang paham?"

"Haruskah aku menghukum kalian dulu supaya kalian bisa bicara jujur?"

"Maafkan kami berdua, Anda boleh menghukum kami saat ini juga. Tapi kami melakukannya karena tidak ingin membuat Sofia semakin terluka karena Anda tidak mempercayai dirinya." Ucap Tom dengan wajah menunduk.

"Kami ingin mengatakannya sejak dulu..."

"Lalu kenapa kalian hanya diam dan membiarkan aku semakin salah paham." Ucap Alessandro menahan emosi.

"Karena setelah hari itu, Anda sudah bersama dengan Bella. Saya pikir jujur pun percuma karena saya tidak berani terlampau mengurusi urusan pribadi Anda." Ucap Darren.

"Jadi benar...? Sofia dijebak? Dan aku dengan bodohnya langsung percaya."

Terpopuler

Comments

Queen AL

Queen AL

jangan sampai si sofia kembali ke alesandro yg sdh banyak melakukan hubungan intim ke berbagai wanita. jijik

2025-05-22

0

Erchapram

Erchapram

Tunggu ya kak, terima kasih sudah mampir lagi di karya Othor yang baru.

2025-05-16

0

Dlaaa FM

Dlaaa FM

Lanjutannnnnnn

2025-05-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!