Setelah beberapa hari berlalu, pasca Alessandro meng gagah i Sofia dengan paksa, kehidupan pria tampan itu kembali pada kebiasaannya yang terlanjur melekat sejak 5 tahun yang lalu. Hidup sebagai seorang playboy demi menutupi rasa sakit yang tidak bisa dia ungkapkan. Kekecewaan pada Sofia membuat Alessandro tidak lagi bisa menghargai wanita.
"Ouuhhh.... Kamu sexy Cindy... Aku suka me remas dua gunung kembar mu yang berukuran besar." Ucap Alessandro saat sedang dimanjakan oleh wanita bernama Cindy salah satu kekasih yang diakui Alessandro.
"Kenapa kamu tidak mau aku manjakan di atas ranjang?" Tanya Cindy heran, pasalnya mereka hanya bermain oral tanpa penyatuan tubuh.
"Jangan menuntut, atau kita putus saat ini juga. Aku tidak rugi, masih ada Laura dan wanitaku yang lain yang bisa memberikan aku kepuasan." Ucapnya tegas.
"Tapi aku ingin sekali hamil anakmu Alessandro." Ucap Cindy manja.
Brug...
Dengan tidak berperasaan, Alessandro menendang keras perut Cindy hingga wanita itu terpelanting menghantam tembok.
Seketika Cindy jatuh pingsan setelah terbatuk mengeluarkan darah dari mulutnya. Tubuh te lanjang wanita yang menginginkan benih milik Alessandro itu di lempar ke luar kamar.
"Kamu terlalu lancang menginginkan benih dariku." Setelah berucap, Alessandro meninggalkan tubuh Cindy bagaikan seonggok sampah.
"Tom, lempar tubuh wanita lancang itu ke hutan tanpa pakaian."
Begitulah pribadi Alessandro yang sangat keras dan dingin. Dia bisa melakukan apa saja jika sudah melukai perasaan dan harga dirinya. Hanya ada satu wanita yang tidak diberi hukuman fisik olehnya meskipun menurutnya sudah terlalu dalam melukainya. Diam dan pergi itu yang dia lakukan pada Sofia. Wanita yang pernah memiliki hatinya.
Karena suasana hati memburuk, Alessandro pun ingin melampiaskan kekesalannya dengan pergi ke markas miliknya. Dia akan bermain-main di sana.
Mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi, Alessandro pun tiba di markas miliknya yang berada jauh dari pemukiman. Di dalam hutan belantara di pinggir tebing yang tinggi. Tempat Alessandro mengeksekusi para musuhnya.
"Aku ingin bermain, berikan satu yang paling memberontak." Ucap Alessandro.
Hanya mendengar perintah 'ingin bermain', anak buah Alessandro sudah paham. Pasti bosnya sedang bad mood.
"Keluar kamu, bos ingin bermain-main denganmu." Ucap Darren, tangan kanan kedua Alessandro selain Tom.
"Tidak...tidak...lebih baik aku dikurung seumur hidup daripada keluar."
"Kamu hanya tahanan, tidak berhak menentukan pilihan. Paling tidak katakan pesan terakhirmu, supaya aku bisa menyampaikan pada keluargamu." Ucap Darren.
"Kalau begitu, bilang pada istri dan anakku jika daddy mereka minta maaf. Maaf karena tidak bisa membersamai mereka hingga akhir."
"Bos, mau diikat atau tidak?" Tanya Darren setelah menghadap Alessandro.
"Tidak, berikan saja dia pedang. Aku ingin bermain pedang-pedangan dengan dia." Ucap Alessandro dingin.
Dengan tangan gemetar dan air mata yang mengalir deras, pria bertubuh kurus itu mengayunkan pedang. Dia menyesali perbuatannya yang waktu itu telah memperkosa seorang gadis belia, hingga gadis itu hamil lalu bunuh diri secara tragis.
Gadis berperut buncit itu, menabrakkan dirinya di depan mobil Alesssndro yang melintas. Gadis itu berfikir mati di tangan seorang mafia lebih baik daripada menahan malu karena hamil di luar nikah.
Alessandro harus berurusan dengan pihak berwajib karena terbukti menabrak gadis hingga mati di tempat. Karena itu, Alessandro memburu pria ini.
Sraakkk...tring... Ah...
Suara dentingan pedang yang saling berayun membuat siapapun yang mendengar merasa ngeri. Hingga satu tebasan membuat semua terdiam. Kepala tahanan itu jatuh menggelinding dengan darah yang bercucuran.
Setelah merasa puas, Alessandro menyerahkan kembali pedang miliknya untuk Darren simpan ke tempatnya. Kemudian, Alessandro pergi meninggalkan markas menuju mansion.
"Andai waktu itu kamu setia Sofia? Aku memang yang pertama tapi bukan satu-satunya. Sedangkan milikku hanya pernah menyatu dengan tubuhmu." Gumam Alessandro sebelum terlelap.
Kesalahpahaman antara Alessandro dan Sofia sudah sangat dalam. Hingga membuat jurang di antara mereka semakin lebar memisahkan dua hati yang pernah menjadi satu kata 'kita'.
Hari terus berganti minggu, tanpa terasa satu bulan telah berlalu tanpa bisa dikendalikan. Tapi tidak semua hal berjalan seperti harapan.
Seperti Sofia, berharap setelah minum pil penunda kehamilan dalam jumlah banyak, dia tidak akan hamil benih dari pria yang dibencinya. Tapi kenyataan yang harus dia terima, dirinya telah berbadan dua.
Karena sudah terlambat datang bulan satu minggu, dan mengalami perubahan pada payu dara yang membesar dan terasa sakit jika disentuh. Sofia yang bukan seorang wanita polos menjadi sedikit curiga penyebabnya.
Tanpa ragu, Sofia membeli 5 buah alat tes kehamilan dan mencobanya langsung pagi ini. Melihat hasilnya membuat Sofia mendesah kecewa.
"Kenapa kamu harus tumbuh di saat aku dan dia berada dalam jurang kebencian." Gumam Sofia.
Tok tok tok
Suara pintu diketuk dengan sangat kencang dari luar. Dengan langkah lesu, Sofia yang tadi terduduk lemas di lantai toilet segera bangkit. Sofia menduga jika Naren yang datang.
"Masuklah Naren, aku sudah menunggumu."
"Kamu sakit Sofia? Wajah kamu sangat pucat dan sedikit demam." Tanya Naren setelah menempelkan telapak tangannya ke kening sahabatnya itu.
"Aku hamil." Ucap lemah Sofia.
"Lalu, apa rencana kamu selanjutnya?" Tanya Naren merasa khawatir jika sahabatnya akan memilih keputusan bodoh.
"Entah aku tidak mengerti, tapi aku membenci dia yang menghamiliku."
"Kamu tidak berfikir untuk menggugurkannya kan Sofia? Atau kamu ingin memberitahukan Alessandro tentang kehamilanmu ini?"
"Untuk apa? Bahkan dia sudah memprediksikan sejak awal kalau aku pasti hamil. Dan dia mengancam akan membunuhku jika aku berencana melenyapkan calon bayi dalam perutku."
"Kamu takut dengannya, atau ada alasan lain yang membuatmu bingung."
"Kamu jelas tahu Naren, tidak ada di dunia ini yang aku takutkan. Bahkan kematian sekalipun. Aku hanya memikirkan nasib bayi ini jika lahir dari orang tua seperti aku dan dia. Kami berdua tidak lagi sejalan, bisa dikatakan kami bermusuhan. Lalu apa yang bisa diharapkan dari keluarga yang hancur sejak awal."
"Daripada kamu setres, lebih baik kita pergi ke mall. Bukankah hari ini kita tutup kedai?"
"Baiklah, tunggu aku akan bersiap."
Beberapa saat kemudian, mereka pun tiba di mall terbesar di kota ini. Dengan penuh semangat, Naren mengandeng tangan sahabatnya ke sebuah toko pakian wanita hamil.
"Kenapa mengajakku ke sini, Naren?"
"Untuk kamu pakai, lihatlah baju-baju terlihat lucu." Ucap Naren.
"Tidak, aku tidak mau. Meskipun nanti perutku membesar, memakai pakai longgar bukan gayaku." Tolak Sofia.
"Lalu? Kamu masih ingin memakai celana pendek begitu?" Tanya Naren.
"Ya." Tegasnya tanpa ingin dibantah.
"Terserah, kalau gitu kita ke toko lain." Ucap Naren mengalah.
Saat sedang berkeliling, tak sengaja Sofia melihat Alessandro sedang berciuman mesra dengan seorang wanita. Sofia mengepalkan tangannya, seketika emosinya memuncak.
"Menjijikkan..."
"Kamu bahkan lebih buruk..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments