Malam itu, Alice bersiap-siap untuk tidur setelah melewati hari yang melelahkan. Namun, sebelum ia benar-benar tenggelam dalam tidur nyenyak, ponselnya berdering. Ia segera mengambil ponsel itu dan melihat nama Meyra muncul di layar.
"Halo, iya Mey, kenapa?" tanya Alice, masih dengan suara yang mengantuk.
"Alice, maaf mengganggu. Aku besok pagi berangkat ke Inggris, kamu mau kan antar aku sampai bandara?" pinta Mey dengan suara memohon.
Alice terdiam sejenak, mencoba menimbang permintaan sahabatnya itu. Sebenarnya, besok dia sudah memiliki jadwal foto prewedding dengan seorang fotografer terkenal. Namun, ia tahu betapa pentingnya perjalanan ini bagi Meyra, dan tidak ada salahnya menyempatkan diri untuk mengantar sahabatnya.
"Baiklah, Mey. Aku akan mengantarmu besok pagi. Jam berapa kita harus berangkat?" tanya Alice, sambil mengusap matanya yang mengantuk.
Meyra tersenyum lebar di seberang sana, merasa lega karena permintaannya dikabulkan.
"Terima kasih Alice, besok jam 6 pagi aku akan meminta sopirku untuk menjemputmu" ucap Meyra semangat.
"Iya Mey, sampai ketemu besok pagi" ucap Alice.
Mereka pun mengakhiri pembicaraan itu, dan Alice kembali merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Meski harus mengorbankan waktu tidurnya, Alice merasa senang bisa membantu sahabatnya. Ia berharap semoga perjalanan Meyra ke Inggris akan lancar dan membawa keberuntungan baginya.
Tak lama Alice memejamkan matanya dan terlelap. Besok dia harus bangun pagi agar tidak kesiangan.
Keesokan paginya, matahari baru saja menyembul dari cakrawala. Alice sudah terjaga lebih awal dan bersemangat menghadapi hari ini.
Ia telah memakai pakaian rapih berwarna pastel yang menampilkan sosoknya yang anggun, serta memoles wajahnya dengan make up tipis yang menegaskan kecantikan alaminya.
Setelah berpamitan dengan ibu Lena yang tersenyum bangga, Alice melangkah keluar rumah. Ia menemukan mobil mewah yang diparkir di depan rumah, yang ternyata adalah mobil yang dikendarai oleh sopir Meyra untuk menjemputnya. Alice tersenyum simpul dan melambaikan tangan pada sopir tersebut sebelum membuka pintu mobil dan duduk di kursi belakang yang empuk.
Tak lama kemudian, mobil itu tiba di Bandara Soekarno-Hatta yang ramai oleh aktivitas orang-orang yang datang dan pergi.
Alice segera turun dari mobil dan berlari memasuki terminal dengan langkah gegas, mencari sosok Meyra yang sudah menunggunya.
Dari kejauhan, ia melihat wanita itu yang sedang asyik bercengkrama dengan keluarganya.
"Meyra!" teriak Alice sambil melambaikan tangan, berusaha menarik perhatian sahabatnya itu.
Meyra menoleh dan seketika wajahnya berbinar melihat kehadiran Alice di bandara. Gadis itu melambaikan tangannya, dan meminta Alice untuk mendekat.
Alice mengangguk , dia berlari kecil menghampiri Meyrs. Mereka berdua berpelukan untuk yang terakhir kalinya.
"Mengapa kamu lama sekali, aku sudah menunggumu dari tadi lho" ucap Meyra pura-pura merajuk.
Alice mencubit kedua pipi Meyra pelan, "siapa yang telat, bahkan masih ada sisa waktu lima menit dari waktu yang kita janjikan" ucap Alice.
Meyra tertawa kecil, dia sengaja mengerjai sahabatnya itu.
"Ini untuk mu. Kamu pasti belum sempat sarapan kan" ucap Meyra sambil memberikan sepotong roti dan juga coklat hangat untuk Alice.
"Kau memang sangat pengertian" seru Alice sambil menerima roti tersebut.
Di sela-sela obrolannya, Alice sesekali memakan roti dan menyeruput coklat hangat yang di berikan oleh Meyra.
"Rencana berapa lama kamu akan menetap di Inggris" tanya Alice.
"Mungkin empat tahun" jawab Meyra.
"Kenapa lama sekali, memangnya kamu tidak bisa menyelesaikan kuliah mu lebih cepat" protes Alice.
"Tentu saja tidak bisa, aku memang pintar. Tapi aku tidak lebih pintar dari mu" ucap Meyra mengerucutkan bibirnya sebal.
"Pergilah, aku hanya mengantarmu sampai di sini. Kamu harus berhati-hati selama tinggal di sana" ucap Alice.
Meyra menatap lekat kedua mata Alice, ia melihat air mata Alice yang menggenang di sana. Meyra pun mendekati sahabatnya itu, dan memeluknya.
"Jangan menangis, aku akan berusaha menyelesaikan kuliah ku tepat waktu" ucap Meyra.
Setelah melepas kepergian Meyra. Alice pun memutuskan segera ke tempat studio foto. Sesuai pengaturan dari kakek Anderson.
Beberapa hari menjelang pernikahan, Alice dan Lucas mulai mempersiapkan segala keperluan. Meskipun pernikahan mereka tidak dirayakan secara mewah, kakek Anderson, tetap memberikan hadiah pernikahan yang luar biasa. Ia memberikan sebuah rumah yang indah sebagai tempat tinggal bagi Alice dan Lucas nantinya.
Alice bersemangat datang ke studio foto untuk mengambil foto prewedding bersama calon suaminya, Lucas. Namun, seiring waktu berlalu, Lucas tak kunjung datang ke studio. Alice mulai merasa cemas dan sedih, ia melihat ke arah pintu studio berharap sosok Lucas segera muncul.
"Dimana tuan Lucas, nona Alice? Mengapa jam segini belum datang juga?" tanya seorang fotografer yang bertugas, mencoba menghibur Alice.
Alice menelan ludah, berusaha menyembunyikan kekecewaannya. "Mungkin ada hal mendesak yang harus ia selesaikan. Tak apa, kita mulai saja dulu pemotretannya," jawab Alice dengan wajah yang berusaha tersenyum.
Fotografer itu mengangguk, lalu mulai mengarahkan Alice untuk berpose di depan kamera. Namun, tak bisa dipungkiri, Alice merasa ada yang kurang dalam setiap jepretan foto yang diambil.
Dalam hati, Alice berharap Lucas segera datang dan menggenggam tangannya, meyakinkan bahwa segalanya akan baik-baik saja. Namun, hingga pemotretan selesai, Lucas tetap tidak datang. Alice pulang dengan perasaan sedih dan kecewa, berharap ada alasan yang baik di balik ketidakhadiran calon suaminya tersebut.
****
Di lokasi syuting sebuah brand, Lucas duduk di kursi penonton sambil memperhatikan sahabatnya yang tengah asyik berpose di depan kamera. Ia terpana melihat kecantikan dan ketangkasan wanita itu dalam menghadapi lensa kamera.
Sementara itu, Alice, calon istrinya, menunggunya untuk mengambil foto prewedding bersama-sama.
Lucas tak dapat menahan senyum bahagianya saat melihat sahabatnya beraksi di depan kamera. Ia merasa lebih bahagia di sini daripada harus menghadapi sang kakek yang terus memaksa untuk mengambil foto prewedding dengan Alice.
Lucas tak mengerti mengapa kakeknya itu sangat terobsesi dengan foto prewedding tersebut, padahal yang lebih penting adalah pernikahan mereka yang akan diadakan dalam waktu dekat.
Sesaat kemudian, Elena menghampiri Lucas dan berbisik padanya,
"Terima kasih sudah menemaniku di sini, Lucas. Aku tahu kau seharusnya berada di kantor, tetapi kau memilih untuk berada di sini bersamaku."
Lucas tersenyum dan merasa bahagia karena dapat menghabiskan waktu bersama sahabatnya, meskipun ia tahu bahwa seharusnya ia berada di samping Alice.
"Ayo kita makan siang, kamu pasti lapar setelah syuting iklan" ajak Lucas.
"Kamu duluan saja, aku masih harus bertemu dengan produser. Setelah selesai nanti aku akan menyusulmu" ucap Elena menolak ajakan sahabatnya secara halus.
Wanita itu selalu memprioritaskan karirnya daripada kebersamaannya dengan Lucas. Namun, jika dia merasa kesepian, dia akan menganggu sahabatnya itu.
Lucas menghela nafas panjang mencoba meredam emosinya.
"Terserah kau saja" ucap Lucas seraya beranjak dari tempat duduknya.
"Ayo Jack," ucap Lucas mengajak asistennya pergi meninggalkan lokasi syuting.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Srie Handayantie
lah si Lucas ma ma calon bini cuek ke temen yg katanya sahabat itu malah begitu pdhl udh jelas2 hnya krna ada mau nya
2025-05-14
0
Srie Handayantie
lagian tidak ada persahabatan antara cwe dan cowo
2025-05-14
0