Alice duduk di taman panti asuhan yang asri, di bawah rindangnya pohon yang menyejukkan hati. Di tangannya tergenggam kuas yang sedang ia gunakan untuk melukis di atas kain kanvas. Lukisan itu tampak begitu hidup, seolah menceritakan kisah kesedihan yang mendalam.
Alice memang terkenal sebagai anak yang pintar di bidang akademik, namun ia juga memiliki bakat luar biasa di bidang seni.Setiap goresan kuasnya menggambarkan perasaan yang terpendam, mengalir begitu saja tanpa ada yang menghalangi.
Tak lama kemudian, Bu Lena, pengasuh di panti asuhan, datang menghampiri Alice dengan membawa segelas minuman dingin. Langkah kakinya pelan dan penuh perhatian, tak ingin mengganggu kesendirian Alice yang tengah asyik melukis.
"Alice," panggil Bu Lena dengan suara lembut.
Mendengar panggilan itu, Alice segera menghentikan kegiatannya dan menoleh ke arah wanita yang telah menjadi ibu baginya selama ini.
Wajahnya yang semula fokus dengan lukisan berubah menjadi wajah yang penasaran.
"Apa kamu baik-baik saja?" tanya Bu Lena, sembari memperhatikan raut wajah Alice yang tampak sedikit muram.
Ia menyerahkan gelas berisi minuman dingin kepada Alice, berharap itu bisa mendinginkan hati gadis itu.
Alice tersenyum tipis, menerima gelas itu dengan tangan gemetar. "Terima kasih, Bu. Aku baik-baik saja, hanya sedikit lelah," jawabnya, berusaha menyembunyikan perasaan sedih yang sebenarnya.
Bu Lena mengangguk, menepuk pelan bahu Alice dan berbicara dengan penuh kelembutan,
"Alice, ibu tahu ini mungkin terlalu berat untukmu. Kamu masih muda, tentu masih ingin bebas meraih semua impianmu. Namun, kita tidak memiliki pilihan lain, Alice. Tuan Anderson sangat berjasa untukmu dan juga untuk Panti ini." ucap ibu Lena.
Mata Alice berkaca-kaca mendengar ucapan Bu Lena, ia merasa seolah terjebak dalam situasi yang sulit untuk dihindari.
Sebuah perasaan yang menghancurkan hatinya perlahan-lahan.
"Aku mengerti, Bu," sahut Alice dengan suara yang hampir tak terdengar, ia meneguk air dalam gelas tersebut, berusaha menenangkan diri dan menghela napas panjang.
Bu Lena tersenyum lemah, menatap Alice dengan penuh kepedulian dan pengertian.
"Percayalah, Alice. Semua ini pasti ada hikmahnya. Suatu saat nanti, kamu akan melihat bahwa keputusan ini adalah yang terbaik untukmu dan juga masa depan mu" tutur ibu Lena.
Alice mengangguk, berusaha meyakinkan dirinya akan kata-kata Bu Lena, meski dalam hati ia masih merasa begitu terpuruk.
Saat itu juga, ia berjanji pada dirinya sendiri untuk tetap kuat dan tegar menghadapi semua rintangan yang ada demi kebahagiaan keluarganya di panti.
Alice duduk sambil memegang selebaran tentang donatur panti asuhan yang ia dapatkan dari ibu Lena. Dalam hati, dia merasa bersyukur dan juga sedih karena mengetahui bahwa sebagian besar dana operasional panti asuhan berasal dari sumbangan Tuan Anderson.
Walaupun begitu, Alice tidak bisa menyalahkan Ibu Lena karena telah menerima bantuan dari lelaki itu.
Mata Alice mulai berkaca-kaca, "Maaf, kalau aku menangisi hal ini," ucap Alice sambil menunduk.
Ibu Lena menghampiri Alice dan memeluknya dengan penuh kasih sayang, "Sampai kapan pun, Ibu akan selalu menyayangi kamu, Nak," ucap Ibu Lena sambil mengusap punggung Alice.
Alice merasa hangat dalam pelukan Ibu Lena, "Terima kasih, Bu," balas Alice dengan suara bergetar.
Meski harus menerima kenyataan pahit tentang sumber dana panti asuhan, Alice bersyukur karena masih bisa merasakan kasih sayang dari seorang ibu seperti Ibu Lena.
*
*
Lucas duduk di ruang kerjanya yang luas dan mewah, menghela nafas sejenak. Dia merasa terjebak dalam situasi yang tak pernah diinginkannya. Semenjak sang kakek terus membicarakan perjodohan dengan Alice, Lucas merasa lebih nyaman berada di kantor daripada di rumah.
Pikirannya tak bisa lepas dari Alice, seorang wanita yang belum pernah ia temui tapi sudah begitu banyak membawa kekacauan dalam hidupnya.
Drtt....
Suara dering ponselnya menginterupsi lamunannya. Lucas mengangkat telepon, dan di sana terdengar suara Elena sahabatnya yang baru saja selesai melakukan syuting film.
Suara lembut dan manja Elena langsung membuai hati Lucas.
"Lucas, amu di mana? Kenapa belum menjemputku?" tanya Elena dengan nada manja.
"Maaf, El, aku banyak kerjaan yang masih harus aku kerjakan. Nanti aku akan menyuruh Jack untuk menjemputmu," jawab Lucas sambil memijat pelipisnya yang terasa berdenyut.
"Baiklah Lucas, aku tunggu di lokasi syuting" kata Elena dengan semangat.
Setelah menutup telepon, Lucas kembali menatap tumpukan dokumen di atas meja kerjanya.
Namun, pikirannya kembali melayang ke Alice. Dia merasa dilema, antara mengikuti keinginan kakeknya untuk menikahi Alice atau menolak pernikahan itu
Wajah Lucas tampak tegang dan gelisah, mencerminkan perasaan yang sedang menghimpit hatinya.
Elena, merupakan aktris papan atas yang selalu sibuk dengan pekerjaannya, kini sedang berada di lokasi syuting sebuah film romantis. Kehidupan Elena sebagai artis membuatnya jarang berkesempatan untuk bertemu dengan sahabatnya, Lucas.
Lucas memanggil Jack, dan memintanya untuk menjemput Elena.
"Jack, tolong jemput Elena di lokasi syuting sekarang juga," perintah Lucas dengan nada serius.
"Tentu, Tuan Lucas. Segera saya ke sana," jawab Jack tanpa ragu.
Saat Jack tiba di lokasi syuting, Elena sedang beristirahat di ruang ganti. Jack mengetuk pintu ruang ganti tersebut dan memberitahu Elena bahwa dia sudah tiba di lokasi.
Selama persahabatannya dengan Elena, wanita itu selalu memprioritaskan karirnya. Mereka berdua akan bertemu ketika ada waktu senggang. Namun hubungan keduanya tetap baik-baik saja, meskipun kakek Anderson sebenarnya tidak menyukai sahabat cucunya itu.
Lucas larut dalam pekerjaannya, ia melihat jam tangan yang melingkar di tangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam, dan Pria itu memutuskan menyudahi pekerjaannya.
Lucas berpikir sang kakek sudah tidur sehingga dia memutuskan untuk pulang.
Setibanya di rumah Lucas kaget melihat sang kakek yang masih terjaga.
"Mengapa kakek belum tidur" tanya Lucas.
"Duduklah, ada yang ingin kakek bicarakan sama kamu" titah kakek Anderson.
Lucas mengangguk dan mendudukkan tubuhnya di depan sang kakek. Keningnya mengeryit ketika melihat sang kakek menyodorkan sebuah map kehadapannya.
Lucas menerima map tersebut dan membacanya dengan seksama.
"Maksudnya apa ini kek? kakek mengalihkan semua harta keluarga Anderson kepada gadis miskin itu" Tanya Lucas dengan nada marah. Dia tidak habis pikir dengan kekeknya yang begitu mudahnya memberikan semua hartnya kepada orang lain yang jelas-jelas bukan darah dagingnya sendiri.
"Tidak ada cara lain, kalau kamu tidak mau menikahi Alice, maka semua harta milik kakek, akan kakek berikan kepadanya. Semua pilihan ada di tangan mu, Lucas" ucap kakek Anderson tegas, dan meninggalkan sang cucu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Srie Handayantie
nikah paksa ya inii, duh biasanya yg kaya gini bnyak makan sakit hatinya tp smoga kedepannya bisa bahagia ya. ini di awal2 udh ada penolakan keras soalnya
2025-05-12
1
Srie Handayantie
lanjuttt thorrrr aku menunggu 😉😉
2025-05-12
1