Elyana hanyalah seorang gadis biasa sebelum dijodohkan dengan Excel. Kedua orang tua Elyana dan Excel, merupakan dua sahabat sekaligus tetangga dekat di kampung.
Ayah Excel merupakan seorang pegawai Pertamina. Suatu hari dia mendapat perintah pindah tugas ke kota, dengan terpaksa ayahnya Excel memutuskan pindah ke kota serta memboyong seluruh keluarganya.
Kedua orang tua Excel dan Elyana mau tidak mau harus berpisah. Mereka terpaksa meninggalkan rumah yang penuh kenangan masa kecil Excel dan kedua adiknya di kampung.
Berhubung tidak mau menghilangkan kenangan masa kecil, kedua orang tua Excel memutuskan membangun kembali rumah itu menjadi sebuah villa. Rumah itu selalu dikunjungi enam bulan sekali disaat liburan, untuk bernostalgia di kampung halaman, sembari bersilaturahmi dengan kedua orang tua Elyana.
Pertemuan kedua sahabat itulah awal menjadinya hubungan Elyana dan Excel. Kedua orang tua Excel menginginkan silaturahmi antara keduanya tetap terjalin semakin erat, salah satunya melalui perjodohan.
"Aku ingin menjodohkan anakku dengan anakmu Arman, agar hubungan persahabatan kita tetap terjalin lebih erat," ungkap Pak Erik, ayahnya Excel kala itu kepada Pak Arman.
"Tapi, aku tidak memiliki anak perempuan yang sebaya dengan anakmu Excel. Elyana juga baru menginjak 21 tahun, sepertinya dia kemudaan apabila dijodohkan dengan Excel yang seorang aparat negara. Aku takut Elyana belum cukup dewasa untuk Excel." Saat itu usia Excel sudah 29 tahun, perbedaan yang cukup jauh memang.
Awalnya Pak Arman memang menolak, karena melihat umur Elyana yang masih terbilang muda. Pak Arman khawatir kalau Elyana masih belum dewasa.
Namun, keteguhan hati Erik yang tetap ingin menjodohkan anaknya dengan anak perempuan Arman, tidak bisa dibantah. Akhirnya Pak Arman setuju. Dan Excel pun pada akhirnya menerima, meskipun pada awalnya sempat menolak, karena mengaku sudah memiliki kekasih.
Pernikahan itupun terjadi. Namun baru saja beberapa jam ijab kabul, terdengar kabar bahwa Excel dan kedua orang tuanya sempat berdebat, Excel menyatakan tidak akan pernah mencintai Elyana. Dia menerima perjodohan itu karena terpaksa.
"Jangan salahkan aku kalau aku tidak bisa mencintai Elyana. Karena cinta aku hanya untuk kekasihku," ucap Excel kala itu yang sempat didengar Pak Arman. Namun, sampai kini Pak Arman tidak pernah bercerita bahwa Excel pernah berkata seperti itu untuk Elyana. Pak Arman menyimpan rahasia itu, dan berharap Excel seiring waktu bisa mencintai Elyana.
***
Tiga tahun berlalu, dan kini Elyana sudah menjadi istri Excel dengan perasaan bahagia. Meskipun sikap Excel yang terkesan datar dan dingin, akan tetapi Elyana menganggap itu hanyalah setelan Excel yang sudah terbentuk dari sananya. Elyana seperti tidak pernah terpengaruh dengan sikap Excel yang tetap datar.
Elyana selalu mengimbangi sikap datar Excel dengan perhatian. Bahkan sepertinya Elyana saja yang mencintai Excel, sementara Excel entahlah.
Namun, pembicaraan Excel di telpon dengan seseorang kemarin yang terdengar mesra, membuat hati Elyana tiba-tiba gundah. Dia tidak berhenti berpikir dan bertanya, apakah Excel memiliki wanita lain? Apakah sikap datar Excel pada akhirnya adalah sebuah jawaban bahwa dia tidak mencintai Elyana?
Semua pertanyaan itu masih disimpan rapat-rapat di dalam hati Elyana. Dia masih perlu bukti dan tidak mau sembarangan menuduh Excel memiliki hubungan dengan perempuan lain.
"Mas Excel tidak mungkin tidak mencintai aku, buktinya Nada bisa lahir ke dunia. Betul kata Yeri, kalau Mas Excel tidak mencintai aku, kenapa Nada bisa lahir?"
"Aku juga belum menemukan bukti kalau Mas Excel menduakan cintaku. Untuk itu, aku harus berusaha bersabar untuk mencari gelagat apakah Mas Excel benar-benar berselingkuh di belakangku," batin Elyana masih tetap positif thinking.
"Mamaaa." Nada berteriak memanggil Elyana. Elyana tersentak lalu menoleh ke arah Nada. Binar di wajahnya kembali bahagia ketika melihat sang putri sehat dan ceria.
Elyana menangkap tubuh kecil itu dan menimangnya. "Ada apa? Kenapa Nada memanggil mama, Nada pasti sudah digendong papa sebelum papa berangkat kerja, kan?" tebaknya. Elyana tahu, Nada sang putri selalu bahagia apabila dipeluk Excel sebelum Excel pergi ke kantor.
Tidak lama dari itu, deru mobil Excel mulai terdengar. Elyana mencelos, padahal hari-hari memang seperti itu sikap Excel. Namun kali ini beda, Elyana merasakan hatinya sakit dan terluka. Sudah jelas, sikap Excel seperti itu ada apa-apa di baliknya.
Bahkan Elyana tidak sempat menyusul dan melambaikan tangan seperti biasanya kali ini. Excel seperti benar-benar sengaja menghindarinya.
"Tapi, bukankah sehari-harinya Mas Excel seperti itu? Mengabaikan aku, bahkan tiap berangkat kerja, dia tidak pernah sengaja berpamitan padaku? Hanya aku yang selalu merebut tangannya untuk kucium," batinnya getir. Elyana benar-benar sakit hati kali ini dengan sikap Excel yang memang selama ini seperti itu.
"Kita harus bicara, Mas. Aku harus tahu apa sebenarnya isi di dalam hatimu? Setelah mendengar obrolan Mas Excel di telpon hari itu dengan seseorang dengan mesra, aku menaruh curiga padamu Mas. Wajar bukan kalau aku menaruh curiga?" batinnya lagi bertekad, bahwa nanti sepulang Excel dari kantor, Elyana harus menanyakan sikap Excel yang datar dalam seminggu ke belakang ini.
"Mama, minum," pinta Nada dengan gaya bicara yang lucu dan belum jelas. Elyana tersadar, lalu membawa Nada ke dapur dan mengambilkan air bening dari dispenser.
"Bi Ocoh, waktu itu Bibi mencucikan baju kotor Mas Excel sepulang dari tugas empat hari itukah?" Tiba-tiba Elyana menanyakan apakah Bi Ocoh mencucikan baju kotor Excel saat tugas mengawal Komandan yang empat hari itu.
"Tidak, Non. Den Excel tidak ada cucian kotor setelah pulang dari tugasnya itu, hanya baju seragam dan jaket lorengnya saja yang bibi cuci karena basah kehujanan," sanggah Bi Ocoh membuat Elyana mengerutkan kening dalam.
"Tidak ada, yang benar, Bi?" Elyana heran.
"Benar Non, tidak ada."
Elyana termenung, dalam hati bertanya-tanya, ke mana baju-baju kotor suaminya, bukankah waktu itu dia memasukkan beberapa baju ganti di dalam koper suaminya.
"Oh, ya sudah Bi. Kalau begitu saya ke atas dulu, ya. Ayo, Sayang." Elyana buru-buru berpamitan pada Bi Ocoh sembari membawa Nada ke kamar.
Kecurigaan Elyana semakin hari semakin besar, terlebih ketika menyadari saat pulang dari tugas, Excel ternyata tidak membawa baju kotornya ke rumah.
"Di ke manakan baju kotor itu oleh Mas Excel?" gumamnya.
"Mama main," ucap Nada sembari menunjukkan boneka doraemon kesukaannya.
Elyana meraih boneka kucing itu, lalu dia berikan pada Nada.
"Nada main dulu boneka, ya. Mama mau bereskan kasur dulu," ucap Elyana. Nada patuh, dia pun anteng ketika bermain dengan boneka doraemonnya.
Elyana membereskan kasurnya dan seluruh ruangan kamar. Setelah itu mengumpulkan baju-baju kotor termasuk baju kotor Excel yang tergantung di kastop. Elyana meraba seluruh saku celana maupun kemeja milik Excel. Saat meraba saku kemeja, Elyana justru menemukan sesuatu di dalam saku kemeja itu yang membuat matanya terbelalak.
Bersambung, hari ini mohon maaf hanya bisa satu bab. Tangan Author kebas. 🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Rini qi
hah... dpt apa kamu elyana
2025-05-15
1
Lela27
penasarannn thorrr
2025-05-15
1
Anggye syahab
up lagi kak
2025-05-15
1