Bab 2 Sedatar Lapangan Bola

     "Bi, Bibi suruh suami Bi Ocoh saja untuk bawa kue ulang tahun ini. Di sini tidak ada yang makan, suami saya juga kurang suka makan yang manis-manis. Sayang, kalau dibuang begitu saja, mau dibuang ke kolam ikan juga, nanti kolam ikannya mudah kotor," titah Elyana, memberikan kue ulang tahun suaminya yang semalam tidak sempat disentuh, bahkan masih utuh.

     "Baik, Non. Tapi tidak apa-apa ini bibi bawa, soalnya ini masih utuh dan enak?" Bi Ocoh terlihat ragu.

     "Bawa saja, Bi. Saya tidak akan memakannya. Lebih baik bawa ke rumah," ujar Elyana lagi.

     "Baiklah, Non." Bi Ocoh manut dan segera menyiapkan makanan masih bagus yang akan dia bawa ke rumahnya.

     "Hari ini tidak usah masak banyak, sebab Mas Excel tidak akan pulang. Dia ada tugas mengawal Komandan ke luar kota," lanjut Elyana sesuai apa yang dikatakan Excel tadi malam.

     "Baik, Non."

     Percakapan antara Elyana dan Bi Ocoh sempat didengar Excel yang tadi akan menuju dapur. Excel buru-buru menjauh dari mulut pintu, sebelum Elyana membalikkan badan.

     Elyana segera kembali ke kamar sambil membawa segelas air bening serta paracetamol cair untuk sang putri. Sejak subuh tadi, badan Nada tiba-tiba terasa panas, padahal semalam tidak kenapa-napa.

     Tiba di kamar, Elyana melihat Excel sedang memangku Nada sembari membawanya menuju balkon.

     "Sayang, ayo, makan dulu, setelah itu baru minum obatnya," rayu Elyana sembari meraih Nada dari pangkuan Excel. Sayangnya Nada tidak mau lepas.

     Elyana menjadi bingung, sebab Nada harus makan dulu sebelum minum obat.

     "Yo, ke mama dulu. Papa sebentar lagi mau pergi, papa ada tugas dari Komandan," rayu Elyana lagi, tapi Nada keukeuh tidak mau.

     "Sini, biar aku saja yang suapkan Nada makan." Excel tiba-tiba menawarkan untuk menyuapi Nada makan.

     Dengan riang Nada bersorak girang, dia bahagia mendengar papanya akan menyuapi makan.

     Excel membawa Nada ke dalam kamar, lalu dia dudukan di sofa. "Sarapan dulu, ya. Setelah itu Nada minum obat penurun panas," rayu Excel seraya mulai menyuapkan makanan ke dalam mulut Nada.

     Awalnya Nada menolak, tapi setelah dibujuk, akhirnya dia mau makan. Hanya empat sendok, tapi lumayan, perutnya tidak kosong banget saat nanti diminumkan paracetamol.

     "Dretttt."

     HP Excel bergetar. Namun Excel tidak segera menghiraukan panggilan itu. Dia belum selesai meminumkan Nada paracetamol.

     "Setelah ini, Nada harus minum obat, ya. Nanti Nada akan sembuh," ucap Excel merayu Nada agar mau minum obat.

     "Aaa." Excel kini menyuapkan satu sendok teh paracetamol cair ke mulut Nada. Bocah batita itu patuh dan meniru mulut Excel yang menganga. Dan akhirnya, obat itu masuk ke dalam mulut Nada.

     "Dretttt."

     Lagi, Hp Excel bergetar, seakan tidak sabar ingin segera diangkat.

     "Sebentar, papa angkat telpon dulu. Nada ke mama dulu, ya," bujuk Excel seraya menjauh. Excel menerima panggilan jauh dari kamar, dia menuju beranda di lantai atas.

     "Nada cepat sembuh ya. Mama tidak mau Nada sakit, sementara papa akan tugas ke luar kota." Elyana berusaha membujuk sang putri yang memang maunya lengket terus dengan papanya. Elyana berharap demam yang dialami Nada segera turun.

     "Ayo, sebaiknya kita susul papa saja, sambil membawakan tasnya ke depan." Nada memutuskan untuk membawakan koper Excel ke beranda di mana ia menerima panggilan dari Komandannya.

     "Iya, Sayang. Sabar, ya. Sebentar lagi kita akan bertemu."

     "Mas, ini kopernya," ujar Elyana, cukup mengejutkan dirinya yang barusan sedang berbicara dengan seseorang di telpon. Excel menoleh lalu menatap wajah Elyana sekilas, dia mengamati apakah Elyana mendengarkan pembicaraannya atau tidak. Datar, itu artinya Elyana tidak mendengar apa-apa. Sepertinya tadi Elyana memang belum mendekat dan tidak mendengar apa-apa. Excel bersyukur.

     "Terimakasih. Nanti aku transfer uang selama aku tidak di rumah," ujarnya seraya meraih koper yang disodorkan Elyana.

     "Nada Sayang, papa pergi dulu, ya. Baik-baik di rumah. Assalamualaikum," pamit Excel kepada Nada seraya mencium kening putri kecilnya.

     "Papa," ucap Nada seraya merentangkan tangannya ingin dipangku. Tapi Elyana berhasil menjauhkan tangan Nada, sebab ia tahu suaminya harus pergi.

     "Mas." Elyana meraih tangan Excel yang tadi sudah melangkahkan kaki, lalu diciumnya. Excel menoleh dan membiarkan tangannya dicium Elyana.

     "Hati-hati, Mas. Semoga selamat dalam tugas serta selamat pergi maupun pulang," doa Elyana tulus. Excel membalas dengan senyuman, lalu segera bergegas.

     Elyana menatap kepergian sang suami sampai tubuhnya menghilang di balik tembok. Tidak lama, deru mobilnya terdengar dan menjauh.

     "Papa harus pergi, kita doakan papa selamat sampai tujuan dan pulang membawa oleh-oleh buat Nada," hibur Elyana yang tidak tega melihat wajah Nada seperti ingin menangis.

     Elyana kembali ke kamar, di dalam kamar seperti ada ruang yang kosong. Bukan sejak kepergian Excel barusan. Namun, sejak ulang tahun pernikahan yang semalam tidak dihadiri Excel. Lalu, tiba-tiba pagi ini Excel harus pergi karena tugas dari Komandan.

     "Tiga tahun kami menikah, tapi sikap Mas Excel masih saja datar. Padahal kurang apa aku? Aku selalu patuh dengan segala ucapannya, tidak pernah menuntut atau bertanya banyak tentang kegiatannya di luar, karena selama ini Mas Excel memang tidak suka kalau aku banyak tanya mengenai kegiatannya di luar." Elyana berbicara di dalam hati, mengungkapkan kekosongan dalam hidupnya setelah menikah bersama Excel.

     "Wajar saja sikap suamimu datar dan dingin, orang dijodohkan memang seperti itu. Tapi, tidak semua sih. Contohnya suami aku, walau kami dijodohkan, tapi suami aku sikapnya beda dengan suami kamu, dia bucin pol," ujar Yeri sahabat Elyana tempo hari, membeberkan tipe suami yang dijodohkan.

     "Jadi, suami aku datar dan dingin seperti itu, bukan berarti tidak cinta?" tanya Elyana lagi.

     "Tentu saja. Buktinya, Nada lahir ke dunia. Kalau selama suamimu meminta jatah dan memberi transferan lancar, itu artinya dia mencintaimu, meskipun sikapnya sedatar lapangan bola."

     "Oh gitu, ya, Yer. Berarti, aku tidak perlu heran atau merasa sedih lagi jika suami aku sikapnya memang datar dan sedingin itu?" yakin Elyana lagi.

     "Hooh. Ya sudah. Aku harus pulang dulu. Aku mau up load vidio dulu untuk posting di Nosebook pro, biar aku bulan depan gajian lagi. Kamu, coba deh lanjutin aktif di Nosebook lagi, follower kamu juga sudah banyak, aku yakin statusmu fyp," saran Yeri mengakhiri pertemuannya di rumah Elyana.

     "Hati-hati, Yer." Elyana melambaikan tangan saat Yeri mulai melajukan motornya. Elyana sejenak termenung sebelum ia kembali ke kamar, memikirkan ucapan Yeri tadi. Atas keyakinan dari Yerilah, Elyana percaya kalau suaminya benar-benar mencintainya meskipun sikapnya sedatar lapangan bola.

Tes angin. Apakah karya ini akan banyak diminati. Ayo, saya mohon dukungannya. Terimakasih...

     

Terpopuler

Comments

Dewi Oktavia

Dewi Oktavia

astaghfirullah,sakit x....saya juga menikah ma laki aneh,uang kasih gaji perbulan,minta jatah sering tapi tak pernah bicara,bercanda tak pernah,tak pernah mesra tapi aneh sama wanita lain begitu bahagia tak seperti saya istri y ko cerita y agak mirip,saya sampaikan😭na cerai mikir anak sudah 2 .

2025-05-13

3

Nasir

Nasir

Ayo komen dong teman2, mohon dukungannya.

2025-05-12

3

Syifa

Syifa

lanjut kaka ceritanya menarik..

2025-05-12

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Ulang Tahun Dan Anniversary
2 Bab 2 Sedatar Lapangan Bola
3 Bab 3 Elyana Khawatir
4 Bab 4 Sebuah Perhatian Yang Ironi
5 Bab 5 Sebuah Penemuan Di Saku Kemeja
6 Bab 6 Penemuan Foto Dan Sebuah Insiden
7 Bab 7 Sikap Ketus Excel
8 Bab 8 Pertengkaran Dan Pengakuan Excel
9 Bab 9 Elyana Mulai Mendiamkan Excel
10 Bab 10 Melampiaskan Amarah
11 Bab 11 Kebodohan Elyana
12 Bab 12 Pelukan Terakhir
13 Bab 13 Excel Yang Culas
14 Bab 14 Pergi
15 Bab 15 Excel Marah
16 Bab 16 Surat Dari Elyana
17 Bab 17 Dompet Elyana Jatuh
18 Bab 18 Kedatangan Kedua Orang Tua Excel
19 Bab 19 Kemarahan Orang Tua Excel
20 Bab 20 Bu Gina Sakit, Excel Resah
21 Bab 21 Excel Menemukan Elyana
22 Bab 22 Keegoisan Excel
23 Bab 23 Wejangan Mama Mertua
24 Bab 24 Elyana Terus Terang
25 Bab 25 Nada Sebagai Senjata
26 Bab 26 Elyana Kabur
27 Bab 27 Pelarian Elyana Dan Pertemuan Dengan Pria Asing
28 Bab 28 Kabar Duka
29 Bab 29 Firasat Orang Tua
30 Bab 30 Nasib Yang Sama, Takdir Berbeda
31 Bab 31 Kedatangan Besan
32 Bab 32 Pertemuan Elyana dan Excel
33 Bab 33 Permohonan Bu Gina
34 Bab 34 Dua Pilihan Yang Sulit
35 Bab 35 Keteguhan Elyana
36 Bab 36 Kemarahan Orang Tua Excel
37 Bab 37 Di Balik Duka Dan Nada
38 Bab 38 Gara-gara Kulit Pisang
39 Bab 39 Menikmati Pasar Malam
40 Bab 40 Diantar Pulang
41 Bab 41 Menjenguk Bu Gina
42 Bab 42 Kekecewaan Excel
43 Bab 43 Ancaman Elyana
44 Bab 44 Pertengkaran Sengit
45 Bab 45 Keputusan Elyana
46 Bab 46 Bercerai
47 Bab 47 Pembicaraan Orang Tua Excel
48 Bab 48 Excel Terpuruk, Elyana Bersinar
49 Bab 49 Penemuan Excel
50 Bab 50 Undangan Owner Skin Care
51 Bab 51 Pria Bersuara Bass
52 Bab 52 Duda Jalur Duka VS Duda Jalur Pisah
53 Bab 53 Siapa Sih Pria Suara Bass Itu?
54 Bab 54 Pertemuan Kembali Dengan Rafka
55 Bab 55 Menalak Erni
Episodes

Updated 55 Episodes

1
Bab 1 Ulang Tahun Dan Anniversary
2
Bab 2 Sedatar Lapangan Bola
3
Bab 3 Elyana Khawatir
4
Bab 4 Sebuah Perhatian Yang Ironi
5
Bab 5 Sebuah Penemuan Di Saku Kemeja
6
Bab 6 Penemuan Foto Dan Sebuah Insiden
7
Bab 7 Sikap Ketus Excel
8
Bab 8 Pertengkaran Dan Pengakuan Excel
9
Bab 9 Elyana Mulai Mendiamkan Excel
10
Bab 10 Melampiaskan Amarah
11
Bab 11 Kebodohan Elyana
12
Bab 12 Pelukan Terakhir
13
Bab 13 Excel Yang Culas
14
Bab 14 Pergi
15
Bab 15 Excel Marah
16
Bab 16 Surat Dari Elyana
17
Bab 17 Dompet Elyana Jatuh
18
Bab 18 Kedatangan Kedua Orang Tua Excel
19
Bab 19 Kemarahan Orang Tua Excel
20
Bab 20 Bu Gina Sakit, Excel Resah
21
Bab 21 Excel Menemukan Elyana
22
Bab 22 Keegoisan Excel
23
Bab 23 Wejangan Mama Mertua
24
Bab 24 Elyana Terus Terang
25
Bab 25 Nada Sebagai Senjata
26
Bab 26 Elyana Kabur
27
Bab 27 Pelarian Elyana Dan Pertemuan Dengan Pria Asing
28
Bab 28 Kabar Duka
29
Bab 29 Firasat Orang Tua
30
Bab 30 Nasib Yang Sama, Takdir Berbeda
31
Bab 31 Kedatangan Besan
32
Bab 32 Pertemuan Elyana dan Excel
33
Bab 33 Permohonan Bu Gina
34
Bab 34 Dua Pilihan Yang Sulit
35
Bab 35 Keteguhan Elyana
36
Bab 36 Kemarahan Orang Tua Excel
37
Bab 37 Di Balik Duka Dan Nada
38
Bab 38 Gara-gara Kulit Pisang
39
Bab 39 Menikmati Pasar Malam
40
Bab 40 Diantar Pulang
41
Bab 41 Menjenguk Bu Gina
42
Bab 42 Kekecewaan Excel
43
Bab 43 Ancaman Elyana
44
Bab 44 Pertengkaran Sengit
45
Bab 45 Keputusan Elyana
46
Bab 46 Bercerai
47
Bab 47 Pembicaraan Orang Tua Excel
48
Bab 48 Excel Terpuruk, Elyana Bersinar
49
Bab 49 Penemuan Excel
50
Bab 50 Undangan Owner Skin Care
51
Bab 51 Pria Bersuara Bass
52
Bab 52 Duda Jalur Duka VS Duda Jalur Pisah
53
Bab 53 Siapa Sih Pria Suara Bass Itu?
54
Bab 54 Pertemuan Kembali Dengan Rafka
55
Bab 55 Menalak Erni

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!