Bagian 5

Hira menatap ketiga gadis itu, yang kini menempati meja yang tidak jauh dari posisinya.

"Queen of?" Tanya Hira.

Kara pun mengangguk, "Terdiri dari tiga murid cewek yang sangat populer di Angkasa, Yang pertama, Stevani. Dia ketua geng nya. Lo lihat, dia yang pake bando warna biru? Itu dia orangnya. Dia juga jadi ketua di kelasnya, kelas 12 A. For your information, Vani adalah anak dari seorang pengusaha terkenal bernama Andi Subandi. Pembawaan nya yang angkuh serta dingin, membuat siapa aja yang ada di dekat dia langsung gugup. Vani beberapa kali mewakili sekolah untuk mengikuti kejuaraan olimpiade sains internasional dan dia menang. Dia juga punya kemampuan yang unik. Vani bisa menebak password yang ada di ponsel semua orang dan di semua benda yang dikunci dengan password, dia bisa membukanya dengan mudah. " Bisik Kara.

Hira pun memperhatikan gadis yang memakai bando biru itu, si pemilik wajah yang cantik namun juga angkuh.

"Yang kedua, namanya Freya. Dia cukup pendiam dan pintar. Itu yang membuat para cowok-cowok penasaran sama dia, termasuk Tico yang sampe sekarang belum bisa dapetin Freya, Freya itu yang pake blazer warna pink."

"For the last, Allesya. Hobinya dalam bidang seni, nggak usah diragukan lagi. Dia bisa nyanyi, dance, acting dan main alat musik. Setiap acara pensi, dia itu bintangnya. Tapi, dia juga cuek dan dingin. Tipe cowoknya juga nggak main-main, dia pernah digosipin pacaran sama aktor film."

Kara pun bangkit dari tempat duduknya dan memesan makanan serta minuman. Mungkin tenggorokan gadis itu sudah kering karena sedari tadi menjelaskan tentang anggota Wolves dan Queen of.

"So, sekarang keadaan Angkasa udah lebih baik semenjak para detektif itu gak bolak balik lagi kesini untuk interogasi kita semua." Ucap seorang gadis yang duduk satu meja dengan Vani.

Hira pun merasa tertarik disaat salah satu dari mereka mengatakan soal detektif yang datang ke Angkasa.

"Ya. Akhirnya keadaan udah kembali normal. Gue juga merasa terganggu karena terus ditanya-tanya. Belum lagi, acara camping kita juga diundur sampai tiga bulan. Kayaknya gue perlu ngajuin acara camping itu lagi secepatnya sama kepsek. Mungkin mereka lupa, karena saking sibuknya ngurusin kasus Adam." Jawab Vani.

"Gue setuju, Van, Buat apa kita terus-terusan terlibat sama kasusnya Adam. Bukannya udah disimpulkan kalo dia bunth diri ya?" Tanya Allesya.

Vani pun mengedikkan bahunya, "Whatever. Yang pasti, gue gak mau lagi diribetin sama kasus itu, kalo gak ada pelakunya, ya berarti dia emang bunh diri. Cowok lemah kayak gitu, pantes dikit-dikit putus asa dan lukain dirinya sendiri."

"Van! Jangan ngomong kayak gitu. Adam udah nggak ada, terlepas dari apa yang dia lakukan semasa hidup kita nggak boleh menghina nya." Tukas Freya.

Vani pun mengatupkan bibirnya dan menggambil gelas minuman diatas meja. Sedangkan di meja lain, Hira yang sedari tadi mendengarkan pembicaraan mereka pun menatap lurus kedepan dengan berbagai macam dugaan yang ada di dalam benaknya.

'Cowok lemah? Sepertinya mereka cukup mengenal Adam dengan baik. Kenapa bang Sean tidak menyebutkan nama mereka di dalam laporan hasil interogasi?' batin Hira.

**

Bel masuk kembali berbunyi, Hira dan semua murid Angkasa pun kembali ke kelas masing-masing. Sampai akhirnya tiba di mata pelajaran terakhir. Hira sudah mendapat tugas untuk dikerjakan dirumah.

"Baik anak-anak, kita sudahi pelajaran hari ini, jangan lupa minggu depan tugasnya di kumpulkan ya!"

"Baik, Bu." Jawab semua murid dengan serempak.

Disaat semua murid berkemas dan bersiap pulang, Hira justru sengaja memperlambat kegiatan berkemas nya karena ia ingin menjadi murid yang terakhir pulang.

Kara mendekati Hira, "Ra, mau pulang bareng? Oh iya, rumah lo dimana?"

"Gue nunggu dijemput bokap, Lo duluan aja, Ka." Jawab Hira.

"Oh gitu, ya udah gue duluan ya, Ra. Bye!" Hira tersenyum sembari mengangguk, kini suasana sudah benar-benr sepi. Hira dengan cepat mengemas buku-bukunya kedalam tas. Jika semua murid menuju ke gerbang depan sekolah, Hira justru berjalan cepat menuju ke sebuah tempat yang seharian ini ingn sekali ia kunjungi.

Tempat apalagi jika bukan gudang, yang dimana ditemukan nya jasad Adam.

Garis polisi masih terpasang disana, menandakan bahwa tempat itu adalah saksi bisu ketika Adam meregang nyawa nya. Hira menerobos garis polisi itu dan masuk ke dalam gudang. Sesampainya didalam, keadaan gudang itu sudah bersih dari sisa dar*h atau sisa kejahatan yang dialami oleh Adam.

"Adam Sudam, saat itu kamu bertemu dengan siapa disini?" Gumam Hira.

Rasa sesak mulai menghimpit dada nya ketika ia masuk ke dalam ruangan itu, ia mengingat kembali saat dulu menemukan kedua orangtua nya tewas dirumah mereka sendiri.

Kriet

Terdengar suara pintu gudang dibuka oleh seseorang, Hira menoleh dengan cepat dan melihat seorang murid perempuan yang terkejut saat melihatnya ada didalam, gadis itupun perlahan melangkah mundur dan berlari. Hira tak tinggal diam, ia pun berlari mengejar gadis yang hendak masuk kedalam gudang itu.

"Hei, tunggu!" Teriak Hira.

Gadis itupun berhenti dan menoleh dengan hati-hati pada Hira.

Hira menetralkan nafasnya yang masih memburu, ia menatap lekat gadiis yang kini menundukkan wajahnya.

"Aku tersesat sampai sini. Aku murid baru di Angkasa, baru hari ini aku pindah." Ucap Hira.

Perlahan, gadis itupun mengangkat kembali wajahnya.

"Pantas kamu berani masuk kesana. Aku fikir, kamu juga sering mendengar suara gaduh didalam gudang itu."

Dahi Hira berkerut tipis, "Suara gaduh? Maksudnya?"

Gadis itu terlihat ragu untuk kembali berbicara dengan Hira.

"Hira Janita, Aku anak kelas 12 B." Ucap Hira sembari mengulurkan tangannya.

Tangan gadis itupun terulur untuk menjabat tangan Hagia, "Saskia, aku anak kelas 10 A."

Hira mengangguk pelan, "Jadi, kenapa kamu mengatakan kalau di gudang itu ada suara gaduh? Aku hanya sendirian disana."

Saskia menghela nafasnya sejenak. Dahi Hagia berkerut tipis, "Suara gaduh? Maksudnya?"

"Entahlah, semenjak Kak Adam ditemukan meninggal disana, aku jadi sering mendengar suara-suara itu. Kakak pasti belum tau, ya kalau semua murid di sekolah ini sering menghinaku sebagai murid yang aneh? Itu semua karena aku sering melihat sosok yang tidak bisa orang lain lihat, Kak. Aku selalu sensitif tentang hal-hal ghaib, tetapi mereka tidak percaya dan mengatakan aku aneh bahkan gila." Ujar Saskia.

"Aku sempat dengar tentang kasus yang ada di sekolah ini, tapi ku belum tau kalau kejadian nya di gudang ini." Jawab Hira berpura-pura.

"Entah kenapa, feeling ku mengatakan bahwa Kak Adam saat itu bukan hanya bertemu dengan satu orang, Kak. Karena aku selalu mendengar perdebatan dari beberaa orang yang ada di dalam gudang itu."

Hira mengangguk pelan, "Semoga saja kasusnya cepat terungkap ya."

"Tapi dari yang aku dengar, kasus itu sudah ditutup Kak. Katanya disimpulkan Kak Adam itu bun'h diri." Ujar Saskia dengan raut wajah yang sedih.

Entah harus mengatakan apalagi, Hira hanya bisa merespon sewajarnya saja. Karena ia juga tidak bisa seratus persen mempercayai apa yang menjadi kecurigaan dari gadis itu.

Akhirnya, Hira dan Saskia berpisah karena mereka sudah terlambat melebihi jam pulang yang sebenarnya. Namun, Hira tidak pulang kerumah, melainkan Ingsung ke kantor tempatnya bekerja untuk menemui Sean.

Sesampainya Hira disana, beberapa rekan kerjanya menatap heran padanya. Karena jarang sekali kantor mereka didatangi oleh seorang siswa sekolah.

"Maaf, Dek. Mau bertemu dengan siapa?" Tanya salah satu pria yang bekerja disana.

Hira pun mendengus pelan, "Masa kalian nggak ngenalin gue, sih? Ini gue Hasifa!" Tukasnya.

Semua mata pun menatap tak percaya akan perubahan dari wanita itu.

"Astaga, Ini beneran lo, Fa? Wah, bener-bener gak nyangka gue. Jadi juga lo cosplay sebagai siswa SMA" Cetus pria itu sambil terkekeh.

Hasifa pun mendelik malas, "Ck. Gak usah basa basi, San. Bang Sean dimana?" Tanya Hasifa.

"Biasa di ruangannya."

Tanpa mengucapkan terimakasih, Hasifa pun berlalu begitu saja dan masuk ke sebuah ruangan tempat Sean bekerja.

Seorang pria mengangkat wajahnya saat mendengar pintu ruangannya terbuka.

"Sifa? Kamu sudah mulai tugas hari ini?" Tanya Sean.

"Udah, Bang. Syukur deh abang ngenalin aku. Soalnya anak-anak yang lain beneran ngira kalau aku anak SMA."

Sean terkekeh kecil, "Ya, tadinya sempet gak ngenalin. Tapi, murid SMA mana yang berani masuk kesini selain kamu."

Hasifa menghela nafasnya, "To the point aja deh, Bang. Apa kemarin Bang Sean gak sempet interogasi geng cewek yang anggota nya tiga orang itu?"

Dahi Sean berkerut tipis, "Geng cewek Maksud kamu Queen of?"

Hasifa mengangguk dengan cepat dan Sean mulai memahami pertanyaan nya.

"Ketiganya punya alibi yang kuat, Fa. Waktu Adam terbunh, mereka sedang ada di acara konser penyanyi luar negeri. Bukti tiket dan foto-foto yang mereka ambil saat di acara konser itu asli. Mereka juga mengaku tidak terlalu dekat dengan Adam. Walaupun seringkali Adam yang memaksa untuk dekat dengan mereka." Ujar Sean.

Kemudian, Hasifa kembali mengingat tentang apa yang diucapkan oleh Vani saat di kantin Sekolah tadi.

"Tapi, dari apa yang aku dengar di kantin, mereka seolah-olah mengenal Adam dengan baik. Mereka mengatakan Adam itu cowok yang lemah, mudah putus asa dan pantas untuk burh diri."

Raut wajah Sean pun berubah menjadi serius, "Apa mungkin mereka terlalu kesal karena sering diganggu oleh Adam?"

"Ya, bisa jadi seperti itu. Lalu, aku juga bertemu dengan seorang gadis murid kelas 10. Dia mengaku memiliki kemampuan untuk melihat atau merasakan makhluk tak kasat mata. Dia bercerita kalau setelah Adam ditemukan tak bernyawa di gudang itu, dia jadi sering mendengar suara kegaduhan, katanya seperti ada beberapa orang yang sedang berdebat atau bertengkar disana. Dia juga memiliki firasat kalau Adam saat itu bukan bertemu dengan satu orang saja, melainkan dengan beberapa orang."

Sean mengangkat sebelah alisnya, "Dan kamu percaya dengan gadis itu?" Tanya Sean.

Hasifa mengedikkan bahunya, "Entahlah. Yang pasti jika kita tidak mengalaminya langsung, maka kita tidak akan bisa percaya begitu saja. Tapi, aku juga tidak menolak kecurigaan gadis itu mentah-mentah. Karena berbagai kemungkinan bisa saja terjadi."

Sean mengangguk pelan, "Lalu, setelah ini kamu akan melakukan apa?"

"Besok, aku akan mulai bertanya pada penjaga sekolah yang pertama kali menemukan Adam di gudang itu. Mungkin saja, ada beberapa fakta yang terlewat. Kalau ada yang mencurigakan, aku akan langsung mengatakannya pada Bang Sean."

"Baiklah. Kamu tetap hati-hati ya, Fa."

"Thanks, Bang. Kalau gitu, aku pamit dulu."

Saat diperjalanan pulang dengan menumpangi taksi, terdengar notif pesan di ponsel Hasifa la pun segera melihat siapa orang yang mengirim pesn tersebut.

Cia: Kak Sifa mau pulang kesini, kan? Boleh minta satu burger yang ada di resto Winner nggak, kak?

Hasifa terkekeh pelan membaca pesan itu.

Hasifa: Siap bos kecilku.

Setelah mengirim pesan balasan itu, akhirnya Sifa meminta sopir taksi untuk mengantarnya ke resto Winner yang berjarak tak jauh dari posisinya sekarang.

Sifa turun dari taksi dan melangkah masuk ke dalam resto yang bernuansa aesthetic itu, la memang sering datang kesana dengan ketiga adiknya jika sedang ada waktu luang. Tentu saja menu burger masih menjadi favorit bagi semua pengunjung disana. Sifa pun segera memesan apa yang Cia inginkan.

"Smurf Burger tiga, ya." Ucap Hasifa.

Pelayan resto itupun mengangguk, "Baik, ditunggu sebentar ya, Kak."

Selagi menunggu pesanannya, Sifa memainkan ponsel sambil membaca artikel atas kasus korupsi dari seorang pejabat yang berhasil diungkap la tersenyum tipis menyksikan hasil dari pekerjaannya selama satu bulan kemarin itu. Namun, seketika ia teringat akan bayi perempuan yang kemarin ia rawat disana,

"Rere, semoga kamu tumbuh menjadi anak yang baik, Jangan tiru perbuatan orangtua kamu." Gumam Hasifa.

Pesanan nya pun akhirnya selesai dibuat, setelah Sifa membayar nya, ia pun segera keluar dari resto itu. Sifa berniat menghentikan sebuah taksi yang melintas, namun ia urungkan ketika melihat sosok yang tak asing di matanya. Sifa perlahan mengikuti sosok itu yang kini menghentikan motornya di tepi jalan.

Pria itu terlihat menelfon seseorang, dan dalam beberapa detik, orang yang ia tunggu pun datang menghampiri nya dengan memakai hoodie berwarna hitam, Sifa terus memperhatikan adegan itu dari kejauhan, agar tidak memancing kecurigaan.

Sebuah paperbag berwarna coklat diberikan oleh pria yang duduk diatas motornya itu pada pria yang menemuinya. Sifa pun mengambil foto dari pria yang menerima paperbag itu. Karena ia belum pernah melihat pria itu sebelumnya. Tak lama dari itu, motor Ducati kembali melaju dengan cepat dan pria yang telah menerima paperbag itu melangkah pergi dari sana.

Sifa pun keluar dari persembunyiannya dan mengikuti pria ber-hoodie hitam itu.

Langkah nya berusaha ia samarkan karena takut pria itu akan menyadarinya. Namun, kegiatan itupun harus gagal karena ponsel nya bergetar.

Sontak, langkah pria yang ada di hadapannya pun ikut berhenti. Pria itu memakai penutup kepala dan berlari dengan sangat cepat. Sehingga membuat Hasifa mendengus kesal.

"Aishh." Keluh Hasifa sambil menghentakkan kakinya.

Kembali pada pria yang berlari membawa paperbag itu, nafasnya tersengal dan berusaha mencari tempat persembunyian, la meraih ponsel di saku jaket nya dan menefon seseorang.

"Gio ! Ada yang mata-matain gue. Lo yakin gak ngerasa diikutin seseorang pas nemuin gue."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!