Bagian 3

Ketiga pasang orangtua nya itu menatap serius pada Hasifa saat mendengar kalau anak mereka akan kembali bertugas untuk menyelidiki sebuah kasus yang belum terpecahkan. Raut wajah penuh kekhawatiran kembali muncul dari mereka ber-enam. Baru saja bisa bernafas lega karena Hasifa selamat dalam menjalankan misi nya. Kini gadis itu akan kembali menjalankan tugas yang sudah pasti cukup berat untuk dilakukan.

"Jadi anak SMA? Kamu belum bisa move on dari masa-masa SMA kamu enam tahun yang lalu? Sekarang masih harus sekolah lagi gitu maksudnya? Jadi murid SMA?" tanya Rizal.

"Papi tau, kamu memang senang berkamuflase jadi apapun. Tapi sekarang, kamu akan menjadi murid SMA lagi? Itu berarti kamu harus benar-benar menjalankan peran dengan sebaik-baiknya, Fa. Kamu juga akan bertemu dengan banyak orang, tidak seperti kemarin saat kamu berpura-pura jadi babysitter. Kamu hanya perlu menghadapi seorang bayi dan orangtuanya. Tapi sekarang, kamu harus kembali menjadi seorang murid hanya untuk menyelidiki sebuah kasus, Papi takut kalau identitas kamu akan terbongkar." ujar Leo.

"Tunggu deh, ini kasus nya tentang apa lagi, sih? Korupsi lagi?" sela Diko.

Hasifa langsung menggeleng pelan, "Bukan, Pa, Ini kasus pembunhan, Seorang murid laki-laki ditemukan dengan keadaan tidak bernyawa di gudang sekolah serta terdapat luka tusukan di perut nya. Detektif Sean yang menangani kasus ini tidak berhasil menemukan siapa pelaku yang sebenarnya, karena barang bukti juga hilang. Semua orang yang di curigai pun tidak bisa diseret sebagai tersangka karena tidak adanya bukti. Akhirnya, kasus ini haya berjalan ditempat selama kurang lebih 3 bulan. Maka dari itu, Detektif Sean menyerah." ungkap Hasifa.

"Dan kamu malah maju untuk menggantikan Detektif Sean. begitu?" Tanya Rizal.

Hasifa pun spontan mengangguk, "Dari sekian banyak orang yang ada di sekolah itu, apa mungkin salah satunya atau beberapa orang tidak bisa dijadikan tersangka? Ayah tau kan, kalau anak Ayah ini paling suka dengan kasus-kasus yang sulit untuk dipecahkan, itu sudah seperti tantangan tersendiri untuk ku."

Rizal, Leo dan Diko pun hanya bisa menghela nafas, mau mereka melarang seperti apapun, Hasifa akan tetap melakukannya.

"Gak ada cara lain apa, selain harus jadi murid di sekolah itu?" tanya Rizal.

"Terus Sifa harus jadi apa, Ayah? Jadi guru atau petugas kebersihan?"

Rizal memutar bola matanya, "Ya lebih baik jadi guru lah, daripada harus jadi murid SMA!"

"Sifa mau ngajar apa, Ayah? Lagipula melamar jadi guru belum tentu diterima, dan mereka juga pasti ingin melihat gelar sarjana aku dulu sebelum menerimaku untuk mengajar disana, Itu berarti aku harus memalsukan ijazah dan semua identitas ku dulu, lebih sulit jadinya. Maka dari itu, bukankah lebih mudah untuk masuk sebagai murid disana?"

Ketiga pria itupun terdiam di tempatnya masing-masing, membuat Hasifa merasa bersalah karena tidak menuruti keinginan mereka.

"Memangnya kenapa, sih? Sifa udah nggak cocok ya jadi siswi SMA? Wajah nya udah ketuaan?" Hasifa menampilkan puppy eyes nya yang membuat ketiga pria itu tak tega.

"Hasifa, ini bukan masalah cocok dan tidak cocok. Kamu mau jadi anak SMP seperti Cantika juga masih pantas. Kita semua lebih mencemaskan bagaimana nantinya kamu beradaptasi disana. Kamu juga harus menjalankan misi yang tidak mudah, anak SMA yang biasa kita kira polos belum tentu kenyataan nya seperti itu, kamu tidak tau ada rahasia besar apa dibalik kasus ini, bisa jadi hal ini akan menyeret beberapa orang penting di kota ini juga." ujar Rizal

"Benar, Fa. Kemarin saat kamu menyelidiki kasus di rumah pejabat itu saja, kami sudah ketakutan, Padahal lawan kamu sudah kami ketahui siapa identitas nya. Apalagi sekarang, kamu belum jelas berhadapan dengan siapa." timpal Leo.

Salsa, Kia dan Tiara yang sedari tadi hanya menyimak pun mulai membuka Suara.

"Sifa sayang, kami selalu mendukung kamu walau hati kami selalu dilanda ketakutan, tapi apapun yang menjadi keputusan kamu, kami harap kamu selalu berhasil dan selamat dengan kedaan utuh ya, Nak. Kasih sayang kami tidak perlu kamu ragukan, kamu tahu sendiri bagaimana kami menyayangi kamu seperti apa. Tapi, karena jiwa kamu sudah menyatu dengan apa yang kamu tekuni, maka kami akan mensupport kamu selalu. Asalkan kamu selalu berjanji akan baik-baik saja demi kami semua, para orangtua dan adik-adikmu." Ujar Kia dengan penuh pengertian.

Salsa dan Tiara mengangguk sebagai tanda bahwa mereka setuju dengan ucapan Kia. Hasifa menatap sendu ketiga wanita itu, ia benaar-benar beruntung bisa bertemu dengan sosok penyayang seperti mereka.

"Hasifa janji akan baik-baik saja. Bunda, Mami, Mama dan juga Ayah, Papi dan Papa, terimakasih banyak atas semua support yang selalu kalian berikan untuk Sifa, Tanpa kalian, Sifa tidak akan menjadi seperti sekarang, Sifa mengerti dengan kecemasan dan ketakutan kalian, tetapi Hasifa masih harus menjalani tugas dengan profesional. Hasifa sudah terlanjur mencintai pekerjaan ini, karena dengan menjadi seorang detektif, Hasifa bisa menemukan orang-orang yang pantas mendapat hukuman dari apa yang mereka perbuat. Termasuk dengan kasus yang akan Sifa tangani ini, orangtua korban masih menangisi anak mereka yang dibunth oleh seseorang dan pelakunya masih berkeliaran dengan bebas diluar sana, ini sungguh tidak adil. Sifa akan cepat menemukan pelaku yang sebenarnya walau sesulit dan sebahaya apapun."

Mereka pun mengangguk dan akhirnya mengizinkan Hasifa untuk melakukan tugasnya.

"Ini akan menjadi kasus terakhir yang kamu tangani kan, Fa? Kamu tidak lupa kan, kalau kamu akan melanjutkan S2 di Korea?" tanya Leo.

Hasifa pun mengangguk, "lya, Pi. Ini akan jadi kasus terakhir untuk Hasifa."

Semua orangtua nya pun menghela nafas lega, setidaknya ini adalah terakhir kalinya mereka akan merasa ketakutan akan resiko yang di dapat saat Hasifa menjalankan tugasnya.

Malam hari. Hasifa sudah berada di kamar nya, setelah kurang lebih satu bulan ia tidak pulang ke rumah dan bertemu dengan ketiga orangtua nya serta ketiga adiknya. Tuntutan tugas yang harus ia selesaikan, membuat Hasifa harus meninggalkan rumah dalam kurun waktu yang sangat lama, Belum lagi ia harus bergantian menjalankan tugas wajib yaitu menginap di rumah orangtua nya yang lain.

Hasifa akan berpindah tempat tinggal selama seminggu berturut-turut. Dan minggu besok, ia akan tinggal dirumah Mami dan Papi nya, lalu minggu berikutnya ia akan tinggal dirumah Mama dan Papa nya. Hal itu memang sudah menjadi kesepakatan yang mereka buat dari sewaktu Hasifa ikut dengan mereka ke kota.

Hasifa beranjak dari tempat tidurnya menuju ke meja kerjanya, Hasifa duduk sambil menatap layar komputer dan segera melakukan pencarian melalui internet. Jarinya mulai menekan beberapa huruf di laman pencarian. Saat ia sudah mengetik seluruh kosa katanya, barulah ia mengarahkan kursor pada tombol pencarian.

Dalam beberapa detik, beberapa artikel pun muncul memenuhi layar. Berbagai macam judul tertera disana, dan Hasifa mengklik artikel paling atas. Dimana ia bisa melihat potret dari sebuah keluarga yang terlihat bahagia.

"Hm, cukup menarik. Kira-kira apa yang di sembunyikan oleh Perfect Family ini? Suami bekerja sebagai pengusaha tambang, sang istri memiliki usaha restoran yang cukup terkenal, dan putra semata wayang mereka tidak pernah terlibat dalam kenakalan remaja dan sebagainya. Lalu, kenapa Adam dibunh? Masuk akal jika memang ada yang iri dengan nasibnya yang cukup sempurna ini. Dia juga pantas menolak beberapa wanita yang menyukai nya, melihat wajah nya yang cukup tampan sebagai seorang pria." Ujar Hasifa.

Jarinya kembali mengetik sebuah nama di kolom pencarian, kini ia bisa melihat beberapa artikel yang dimuat tentang seorang walikota bernama Aron Wasinton. Tak ada yang bisa Sifa temukan kecuali berita-berita tentang kegiatan pria itu selama kepemimpinan nya sebagai walikota, Semua berita yang dimuat tidak ada yang berkonotasi negatif.

"Entah karena dia seorang pemimpin yang jujur, atau memang semua kasus-kasus skandal nya sudah berhasil ditutupi." gumam Hasifa.

Lalu, ia terpaku pada sosok pemuda yang dicurigai sebagai pelaku pembunthan itu oleh Sean. Ciri-ciri yang Sean katakan memang sama persis dengan yang ia lihat di layar komputer nya.

"Wajah yang cukup memikat bagi semua wanita. Sekaligus menjerat siapa saja yang berani mengusiknya. Gio Jhonatan , is that you? Orang yang sudah menghilangkan nyawa Adam?"

Hasifa bangkit dari kursi sambil menunggu lembar foto yang sedang ia print. Setelah hasilnya keluar, Hasifa membawa foto itu untuk ia tempelkan pada sebuah page board di dinding kamarnya.

"Baiklah, ayo kita mulai dengan kerangka nya terlebih dahulu."

Hasifa menempatkan foto Adam di bagian paling atas dan disusul oleh kedua orangtua nya. Lalu, ia menempatkan foto Gio di bawah nya dengan di labeli sebagai kandidat tersangka pertama yang dicurigai.

"Kita lihat, foto siapa lagi yang akan memenuhi dinding ini," ucap Hasifa sambil menampilkan seringaian khas nya.

**

Keesokan harinya, Sifa menikmati sarapan dengan keluarga nya. Keluarga Sanopati yang sudah menjadi identitas nya.

"Kunjungi dulu Kakek kamu setelah sarapan pagi. Dia terus mengoceh karena kamu belum menemuinya." Cetus Rizal.

"lya, Sifa memang berniat mengunjungi Kakek Darma hari ini."

"Hm, baguslah. Bilang padanya, jangan sering marah-marah, nanti makin tua."

"Husst! Kamu ini bercanda nya keterlaluan, Mas. Dia itu Papa kamu." Sungut Kia.

Rizal pun terkekeh sambil mencubit lengan Kia, "lya maaf istriku yang paling cantik."

Kia mencebikkan bibirnya pada sang suami, "Mengenai pendaftaran kamu ke sekolah itu, akan di urus oleh siapa, sayang?" Tanya Kia pada Hasifa.

"Katanya sih mau di urus Papi Leo sama Mama Salsa." Jawab Hasifa.

Kia pun mengangguk, "Terus, setelah mengunjungi Kakek Dar, kamu mau kemana lagi, sayang?" Tanya Kia.

Sifa pun berfikir sejenak dan beberapa detik kemudian, ia langsung tersenyum manis, "Temenin Sifa ke Salon yuk, Bunda. Sifa kan perlu merubah penampilan agar terlihat seperti anak SMA sungguhan."

Kia pun spontan mengangguk, "Yuk, kita nyalon hari ini. Udah lama juga uang Ayah kamu nggak kita kuras, Fa." Cetus Kia.

Rizal pun memutar kedua bola matanya dengan malas, "Pada nginep sekalian di salon, Biar aku sama Cantika berdua jagain rumah." Sungut Rizal.

Kia dan Sifa pun tertawa, paling suka kalau sudah menjahili pria itu.

Pukul dua siang, Sifa dan Kia singgah dulu sebentar di sebuah rumah sederhana yang sekitar halaman nya di penuhi oleh berbagai macam tanaman, Rumah itu sangat terawat dengan baik. Sifa melangkah masuk dan langsung memeluk seorang pria yang sedang membaca koran di teras belakang.

"Hm, akhirnya detektif hebat ini datang juga ke rumah ku." Ucap pria paruh baya itu.

"Kakek. Maaf, Sifa baru selesai bertugas." Sifa pun duduk di dekat Darma, salah satu pria yang telah berjasa dalam hidup nya.

"Mm, bagaimana hasilnya? Dia sudah mendapat hukumannya?"

Sifa mengangguk cepat, "Menangkap seorang penjahat bukanlah hal sulit untuk Sifa, Kek." cetus Sifa berbangga.

Darma pun tersenyum, "Ilmu kamu semakin banyak. Tapi ingat, tetaplah hati-hati."

"Siap !" seru Sifa sambil memberikan hormat pada Darma.

"Bagus. Lalu, setelah ini kamu akan kembali bekerja di kantor saja, kan?"

Sifa terdiam, ia ragu untuk mengatakan kalau ia akan kembali bertugas untuk mengungkap sebuah kasus baru lagi.

Melihat Hasifa yang terdiam, membuat Darma menghela nafasnya, "Kamu akan kembali bertugas diluar? Kasus apa kali ini?"

Sifa menatap pria itu dengan serius, "Kasus pembunthan, Kek. Sifa juga kesini sekaligus ingin meminta restu dari Kakek. Baru kali ini Sifa mendapat kasus pembun han lagi setelah sekian lama."

Darma memegang pundak Sifa, "Kakek merestui kamu. Kalau kamu merasa berat dan kesulitan, datanglah kesini, Kakek akan membantu kamu."

Sifa tersenyum sembari mengangguk, "Terimakasih, Kakek memang yang terbaik!" seru Hasifa.

Sore harinya, Sifa dan Kia benar-benar pergi ke salon untuk merawat diri, lebih tepatnya untuk merubah sedikit dari penampilan Sifa agar terlihat seperti siswi SMA sungguhan.

Salon yang cukup ramai dan tentunya sangat terkenal di kalangan wanita sosialita itu sudah pasti memiliki kualitas yang tinggi, bukan hanya tempatnya saja yang mewah, seluruh pegawai disana pun direkrut langsung dari bidangnya. Sehingga, pekerjaan mereka selalu profesional dan memuaskan.

Sifa dan Kia duduk bersebelahan, tak lama seorang pegawai salon pun mendekat pada mereka.

"Ingin melakukan treatment apa, Dek?"

Sifa menatap wanita itu dan tersenyum, "Tolong rubah rambut saya seperti gadis SMA"

"Lho, memangnya umur kamu berapa? Saya fikir kamu memang masih sekolah." Jawab wanita itu dengan kedua alis yang berkerut.

Sifa pun menoleh pada bundanya, dan Kia terlihat sedang menahan tawa.

"Mm, iya saya masih sekolah. Maksud nya, saya ingin terlihat lebih muda lagi. Bisa kan?"

Wanita itupun mengangguk faham, "Pasti bisa, itu memang sudah tugas seorang hair stylist, saya akan melakukan apa yang diminta oleh pelanggan. Ya sudah, kita mulai saja ya sekarang."

Sifa mengangguk pelan dan membiarkan wanita itu mulai melakukan pekerjaan nya. Di sampingnya, Kia pun sudah mulai melakukan treatment dengan dilayani oleh pegawai salon yang lain.

Beberapa menit berlalu, Sifa pun mulai bosan, la memang bukan tipe wanita yang sering pergi ke salon, la akan pergi ke tempat itu hanya saat Bunda, Mami serta Mamanya memaksa agar Sifa ikut bersama mereka, Sifa lebih suka mengeksplore dirinya dengan hal-hal yang lebih menantang.

Latihan bela diri, berkuda, memanah, menembak, berenang, dan berburu adalah hobinya. Di banding pergi ke salon dan berbelanja bersama ketiga ibunya, ia lebih suka melakukan aktivitas yang sering dilakukan oleh ketiga Papanya.

Waktu berlalu, akhirnya Sifa sudah selesai dirubah penampilannya. Rambutnya masih memiliki panjang sebahu, namun kini bentuknya saja yang berbeda. Yang tadinya rambut itu bergaya belah dua ditengah, kini Sifa memiliki poni di kening nya.

Membuat ia benar-benar terlihat seperti gadis yang polos dan manis.

"Gimana, apa kurang remaja gaya rambutnya?" Tanya pegawai salon itu.

Kia yang baru selesai melakukan treatment di wajah pun terpukau dengan penampilan Hasifa. "Wah, anak Bunda cantik sekali. Kamu jadi sama seperti Cantika, Fa."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!